26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pertamina Alami Krisis Keuangan

Foto: BAGUS SYAHPUTRA/SUMUT POS
KETERANGAN: Ketua Umum Serikat Pekerja Pertamina Bersatu Marketing Operation Region (MOR) I Sutrisno (tengah), memberikan keterangan pers di Kota Medan, Senin (16/7).

MEDAN, SUMUTPOS.CO -PT Pertamina (Persero) saat ini, mengalami krisis keuangan. Hal ini, berdampak dengan kebijakan pemerintah yang diambil, berupa rencana akan menjual aset perusahaan pelat merah itu, hingga 50 persen kepada Perusahaan Gas Negara (PGN), yang disebut-sebut pemilik saham sebagiannya milik swasta atau pihak asing.

Hal itu, membuat prihatin Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) atas kondisi miris yang diderita perusahaan minyak tersebut. Dengan ini, FSPPB akan melakukan aksi penyelamatan aset pemerintah dari kekuasaan asing. Dengan tujuan menolak kebijakan pemerintah untuk menjual aset Pertamina.

Ketua Umum FSPPB Marketing Operation Region (MOR) I, Sutrisno mengatakan, akan menggelar aksi doa bersama untuk mendoakan Pertamina lebih baik dan dihidarkan dari penjualan aset ke pihak asing. Aksi ini, akan dilakukan di Kota Medan, Rabu (18/7).

“Di sini kami ingin memberitahukan kepada publik terkait kondisi Pertamina terkini. Ada beberapa kebijakan pemerintah, kondisi Pertamina kritis, bukan lagi berdarah,” tutur Sutrisno di Kantor Pertamina MOR I, Senin (16/7) sore.

Sutrisno juga mengatakan, FSPPB akan mempertahankan aset-aset milik Pertamina dengan melakukan aksi solidaritas terhadap Pertamin, yang dilakukan secara nasional di Jakarta, 20 Juli mendatang. “Titik aksi akan dilakukan di Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, Pertamina Pusat, dan Istana Negara. Kemudian, kami akan lakukan kumpulkan koin untuk Pertamina, karena tidak mampu lagi untuk membeli minyak dan gas,” katanya.

Sutrisno menjelaskan, kondisi eksternal, harga minyak dunia saat ini di atas 72 dolar AS per barel. Dengan hal ini, Indonesia sebagai pengimpor dengan kebutuhan BBM dan gas 1,6 juta barel per hari, Pertamina mengalami penekanan perekonomian. “Kami di dalam negeri tidak lebih menguasi 20 persen di hulu, sisanya mengimpor. Produksi di kilang minyak hanya 700 barel per hari. Minyaknya itu, jadinya 400 barel, tidak cukup itu. Makanya impor,” ungkap Sutrisno.

Foto: BAGUS SYAHPUTRA/SUMUT POS
KETERANGAN: Ketua Umum Serikat Pekerja Pertamina Bersatu Marketing Operation Region (MOR) I Sutrisno (tengah), memberikan keterangan pers di Kota Medan, Senin (16/7).

MEDAN, SUMUTPOS.CO -PT Pertamina (Persero) saat ini, mengalami krisis keuangan. Hal ini, berdampak dengan kebijakan pemerintah yang diambil, berupa rencana akan menjual aset perusahaan pelat merah itu, hingga 50 persen kepada Perusahaan Gas Negara (PGN), yang disebut-sebut pemilik saham sebagiannya milik swasta atau pihak asing.

Hal itu, membuat prihatin Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) atas kondisi miris yang diderita perusahaan minyak tersebut. Dengan ini, FSPPB akan melakukan aksi penyelamatan aset pemerintah dari kekuasaan asing. Dengan tujuan menolak kebijakan pemerintah untuk menjual aset Pertamina.

Ketua Umum FSPPB Marketing Operation Region (MOR) I, Sutrisno mengatakan, akan menggelar aksi doa bersama untuk mendoakan Pertamina lebih baik dan dihidarkan dari penjualan aset ke pihak asing. Aksi ini, akan dilakukan di Kota Medan, Rabu (18/7).

“Di sini kami ingin memberitahukan kepada publik terkait kondisi Pertamina terkini. Ada beberapa kebijakan pemerintah, kondisi Pertamina kritis, bukan lagi berdarah,” tutur Sutrisno di Kantor Pertamina MOR I, Senin (16/7) sore.

Sutrisno juga mengatakan, FSPPB akan mempertahankan aset-aset milik Pertamina dengan melakukan aksi solidaritas terhadap Pertamin, yang dilakukan secara nasional di Jakarta, 20 Juli mendatang. “Titik aksi akan dilakukan di Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, Pertamina Pusat, dan Istana Negara. Kemudian, kami akan lakukan kumpulkan koin untuk Pertamina, karena tidak mampu lagi untuk membeli minyak dan gas,” katanya.

Sutrisno menjelaskan, kondisi eksternal, harga minyak dunia saat ini di atas 72 dolar AS per barel. Dengan hal ini, Indonesia sebagai pengimpor dengan kebutuhan BBM dan gas 1,6 juta barel per hari, Pertamina mengalami penekanan perekonomian. “Kami di dalam negeri tidak lebih menguasi 20 persen di hulu, sisanya mengimpor. Produksi di kilang minyak hanya 700 barel per hari. Minyaknya itu, jadinya 400 barel, tidak cukup itu. Makanya impor,” ungkap Sutrisno.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/