MEDAN-Jaminan ketersediaan energi listrik menjadi bagian penting dalam masa depan anak-anak Indonesia. Namun sayangnya, jaminan tersebut masih belum sepenuhnya terwujud. Salah satunya, ditandai dengan masih adanya pemadaman listrik bergilir.
Wakil Direktur Eksekutif Yayasan Kelompok Kerja Sosial dan Perkotaan (KKSP), Maman Natawijaya mengungkapkan, pemadaman listrik yang terjadi berdampak terhadap proses belajar anak baik di sekolah maupun di rumah. Pemadaman yang terjadi, menurutnya, kemungkinan diakibatkan ketersediaan energi listrik.
“Proses belajar dan peningkatan kapasitas anak dalam rangka mempersiapkan masa depan mereka, saya kira tidak terlepas dari ketersediaan energi listrik,” ungkap Maman dalam seminar bertajuk ‘Energi Terbarukan dan Masa Depan Anak Indonesia’, yang digelar di Hotel Grand Kanaya, Medan, Jumat (31/8). Dalam seminar itu, menghadirkan narasumber dari akademisi USU Irsa’ Suryati dan Sekretaris Lembaga Advokasi Perlindungan Konsumen (LAPK) Padian Adi Siregar.
Diutarakan Maman, jaminan ketersedian energi listrik sangat penting dan dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang anak. Oleh sebab itu, didorong kepada pemerintah terus menggalakkan pembangunan sumber energi baru dan terbarukan listrik. “Sumber energi baru dan terbarukan ini tentunya harus ramah lingkungan atau tidak mengakibatkan kerusakan. Sebab, kelestarian lingkungan juga menjadi bagian penting sebagai warisan yang akan mereka kelola kedepannya,” sebut Maman.
Untuk itu, sambungnya, guna menjawab persoalan yang maka dianggap perlu duduk bersama dalam memperhatikan perspektif kepentingan anak. Karena, jika sama-sama dipandang dari perspektif yang sama maka persoalan yang ada akan ada solusi. “Dengan seminar ini,
diharapkan dapat melahirkan gagasan sebagai solusi akan pentingnya ketersediaan listrik yang dapat diakses hingga ke pelosok negeri. Sebab, anak-anak yang nantinya berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan,” tandasnya.
Sementara, akademisi USU Irsa’ Suryati menuturkan, berdasarkan data dari Dinas ESDM Sumut bahwa kapasitas listrik yang terpasang saat ini mencapai 3.780,37 mega watt (MW). Sedangkan daya mampu pasok atau kebutuhan sebesar 2.683 MW. Hal ini berarti kondisi listrik di Sumut masih surplus, akan tetapi kenyataannya masih terjadi pemadaman bergilir.
“Dari informasi yang saya terima, pemadaman bergilir yang terjadi bukan diakibatkan karena defisit pasokan listrik. Melainkan, adanya perbaikan pembangkit. Sebab, apabila tidak dilakukan akan berdampak yang mengakibatkan hingga kerusakan,” tutur Suryati.
Dikatakan dosen Teknik Lingkungan USU ini, dalam mendukung jaminan ketersediaan energi listrik demi masa depan anak perlu dilakukan beberapa hal. Seperti, gerakan hemat energi dan memberikan contoh konkrit kepada mereka bagaimana caranya. “Sebagai contoh, matikan lampu, televisi, charger, komputer hingga AC saat tidak dipergunakan. Ajari anak secara langsung dengan menekan stop kontak yang ada saklar on/off,” jelasnya.
Selain itu, melakukan sosialisasi cara-cara hemat energi atau kampanye di sekolah-sekolah. Bahkan, memberikan penghargaan atau reward bagi mereka yang melakukannya. “Semua ini harus konsisten terhadap konsep hemat energi, karena kalau tidak maka akan percuma,” sebut Suryati sembari menambahkan, hal-hal lain yang juga bisa dilakukan diajarkan dengan membuang sampah pada tempatnya, menanam pohon hingga mermbersihkan pekarangan rumah. (ris/ila)