MEDAN,SUMUTPOS.CO – Sejumlah pedagang gedung pasar Petisah Kota Medan mengeluhkan soal rusaknya kanopi pintu masuk sebelah selatan menuju tempat pedagang ikan. Bahkan, listrik di tempat mereka menggelar dagangan sering padam.
Selain itu, kondisi lantainya selalu basah dan licin akibat akibat rembesan air dari kamar mandi di lantai II, serta tampak bersumber dari kebocoran-kebocoran lainnya. Akibatnya, bukan tidak mungkin kerusakan tersebut diduga yang menjadi penyebab peristiwa korsleting listrik di gedung Pasar Petisah beberapa waktu lalu.
“Ini masih mendingan, kalau saat hujan lebih parah kondisinya. Becek dan terlihat kumuh,” keluh Mester Harahap, salah seorang pedagang bumbu yang kios dagangannya tepat di lokasi pintu masuk tersebut, Sabtu (15/9).
Kondisi itu juga diakui pedagang lainnya sehingga membuat pembeli kerap kesulitan masukn
bahkan bisa menyebabkan orang yang melintas tergelincir. “Kami selama ini sudah melaporkan kerusakan tersebut, serta pada saat terjadinya korsleting listrik di lokasi itu,” timpal Kepala Divisi Humas DPP Pelindung Persaudaraan Pedagang Pasar Bersatu (P4B), Tekken Sinaga.
Namun, lanjutnya, pihak PD Pasar Kota Medan terkesan mengelak dengan menyatakan bahwa hal tersebut masih menjadi tanggung jawab PT. GKKS, selaku perusahaan yang mengelola Pasar Petisah Tahap II Medan. Dengan alasan karena korsleting listrik tersebut terjadi pada kabel listrik di lantai I.
Sementara itu, belum lama ini, dalam rapat P4B, ada beberapa poin yang diprioritaskan untuk diperjuangkan. Antara lain perawatan pasar, yang sejak berdiri 2014 tak pernah dilakukan pengecatan, kipas angin tidak pernah dirawat dan banyak yang rusak, blower tidak optimal dalam pengaktifannya, seringnya mesin pompa penghisap air rusak, hingga limbah pedagang ikan dan ayam menggenangi lapak para pedagang di basemant.
Lalu, kurangnya kesiapan pengelolaan listrik ketika terjadi pemadaman bergilir. Sementara kutipan-kutipan harian tetap harus dibayarkan pedagang.
Ketua DPP P4B, Suwarno mengatakan, pedagang setiap hari setidaknya harus menyisihkan uang untuk membayar retribusi harian, diantaranya retribusi PD Pasar yang sepaket dengan uang kebersihan, lalu uang jaga malam, setelah itu masih harus membayar uang lampu, uang bongkar muat serikat pekerja, ada juga sebahagian yang membayar izin masuk.
“Kami para pedagang sangat kecewa dengan pengelolaan lampu seperti ini. Ini uda sering kali terjadi mati lampu di basement. Mana tanggung jawab PD Pasar? Gengset pun tidak pernah berfungsi alasan batrainya sowak/habis minyak,” uangkapnya.
Pihaknya sudah melaporkan kondisi tersebut kepada Dirut PD Pasar, Rusdi Sinuraya namun hingga kini belum ada respon dari yang bersangkutan. “Sudahlah lampu mati, banjir, lengkaplah penderitaan pedagang,” pungkas Suwarno. (prn)