25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Beli Obat Sulit, Alkes Tak Diperbaiki, Kondisi Keuangan RSUD dr Pirngadi Medan Kian Pailit

PETUGAS MEDIS: Dua dokter muda berjalan di RSU dr Pirngadi Medan, belum lama ini. Besok, Kemenpan-RB akan mengedarkan formasi CASN 2018 ke pemerintah provinsi, kabupaten dan kota se-Indonesia.

MEDAN,SUMUTPOS.CO – Kondisi keuangan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan kian mengalami pailit. Selain belum mampu membayar gaji honorernya, juga kesulitan beli obat karena ketiadaaan uang. Bahkan, alat kesehatan (alkes) yang rusak terpaksa dibiarkan karena tak punya biaya untuk memperbaikinya.

Hal ini diakui Humas RSUD dr Pirngadi Medan, Edison Peranginangin. “Kami belum menerima pembayaran klaim BPJS Kesehatan bulan Mei dan Juni 2018 sepenuhnya, makanya kami belum bisa bayar gaji honorer kami. Bukan ada uang belum dibagi. Kalau sudah kita terima klaim BPJS, pasti kita bayar,” ujar Edison.

Begitu juga uang jasa Pegawai Negeri Sipil (PNS) di RSUD dr Pirngadi Medan, lanjutnya, juga belum dibayar sejak April 2018 karena memprioritaskan pegawai honor agar gajian bulan Mei 2018, bila klaim BPJS dibayar oleh BPJS Kesehatan.

“Masih mending kita sudah dibayar sampai April. Untuk bulan 7 dan 8, memang karena kita belum menagih. Kalau BPJS sesuai regulasinya tidak ada salahnya. Kalau terlambat, BPJS didenda 1%,” kata Edison.

Selain berpengaruh kepada gaji pegawai honorer, kata Edison, kondisi keuangan juga berpengaruh pada ketersediaan obat di RSUD dr Pirngadi Medan. Sebab, untuk beli obat, pihaknya sudah mulai kesusahan karena provider selalu menuntut bayar utang pembelian obat. Namun, provider diakui Edisom masih baik hati dan mau memahami.

“Kalau tidak ada obat, sesuai peraturan rumah sakit wajib menyiapkannya. Maka Pirngadi membeli ke luar walau di luar e-katalog sepanjang tidak ada di e-katalog. Namun itu tidak boleh membuat banyak stok. Kalau ada di e-katalog, baru kita ditangkap. Makanya di rumah sakit ini, maju kena, mundur kena,” katanya lagi.

Tidak hanya itu, Edison mengaku untuk operasional rumah sakit, termasuk untuk pemeliharaan alat kesehatan juga terkendala. Seperti, alat scan belum dapat diperbaiki sehingga bila ada pasien yang hendak scan, terpakasa pihaknya membawa ke rumah sakit lain namun biayanya ditanggung RSUD dr Pirngadi Medan. Begitu juga beberapa alat kesehatan lainnya yang rusajk, ada yang belum diperbaiki. (ain/ila)

PETUGAS MEDIS: Dua dokter muda berjalan di RSU dr Pirngadi Medan, belum lama ini. Besok, Kemenpan-RB akan mengedarkan formasi CASN 2018 ke pemerintah provinsi, kabupaten dan kota se-Indonesia.

MEDAN,SUMUTPOS.CO – Kondisi keuangan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan kian mengalami pailit. Selain belum mampu membayar gaji honorernya, juga kesulitan beli obat karena ketiadaaan uang. Bahkan, alat kesehatan (alkes) yang rusak terpaksa dibiarkan karena tak punya biaya untuk memperbaikinya.

Hal ini diakui Humas RSUD dr Pirngadi Medan, Edison Peranginangin. “Kami belum menerima pembayaran klaim BPJS Kesehatan bulan Mei dan Juni 2018 sepenuhnya, makanya kami belum bisa bayar gaji honorer kami. Bukan ada uang belum dibagi. Kalau sudah kita terima klaim BPJS, pasti kita bayar,” ujar Edison.

Begitu juga uang jasa Pegawai Negeri Sipil (PNS) di RSUD dr Pirngadi Medan, lanjutnya, juga belum dibayar sejak April 2018 karena memprioritaskan pegawai honor agar gajian bulan Mei 2018, bila klaim BPJS dibayar oleh BPJS Kesehatan.

“Masih mending kita sudah dibayar sampai April. Untuk bulan 7 dan 8, memang karena kita belum menagih. Kalau BPJS sesuai regulasinya tidak ada salahnya. Kalau terlambat, BPJS didenda 1%,” kata Edison.

Selain berpengaruh kepada gaji pegawai honorer, kata Edison, kondisi keuangan juga berpengaruh pada ketersediaan obat di RSUD dr Pirngadi Medan. Sebab, untuk beli obat, pihaknya sudah mulai kesusahan karena provider selalu menuntut bayar utang pembelian obat. Namun, provider diakui Edisom masih baik hati dan mau memahami.

“Kalau tidak ada obat, sesuai peraturan rumah sakit wajib menyiapkannya. Maka Pirngadi membeli ke luar walau di luar e-katalog sepanjang tidak ada di e-katalog. Namun itu tidak boleh membuat banyak stok. Kalau ada di e-katalog, baru kita ditangkap. Makanya di rumah sakit ini, maju kena, mundur kena,” katanya lagi.

Tidak hanya itu, Edison mengaku untuk operasional rumah sakit, termasuk untuk pemeliharaan alat kesehatan juga terkendala. Seperti, alat scan belum dapat diperbaiki sehingga bila ada pasien yang hendak scan, terpakasa pihaknya membawa ke rumah sakit lain namun biayanya ditanggung RSUD dr Pirngadi Medan. Begitu juga beberapa alat kesehatan lainnya yang rusajk, ada yang belum diperbaiki. (ain/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/