32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Terbenam Lumpur Saat Gempa, Selamat karena Kabel Listrik

AP Photo/Dita Alangkara
Seorang pria berjalan di antara jalan yang rusak berat akibat gempa di Balaroa dekat Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia Indonesia, Kamis (2/10/2018).

SUMUTPOS.CO – Gempa bumi dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, masih menyisakan kepedihan mendalam. Peristiwa yang terjadi secara mengejutkan, Jumat (28/9) sore itu, membuat banyak warga trauma dan mengungsi.

Tenda-tenda pengungsian masih terlihat di pinggir-pinggir jalan. Warga masih bertahan. Ada pula yang sudah tidak bisa kembali ke rumah, karena kediaman mereka hancur. Tinggal puing-puing berserakan. Digoyang gempa berkekuatan 7,4 Skala Richter. Warga membutuhkan makanan, minuman, obat-obatan, pakaian hingga selimut.

Peristiwa itu sangat mengagetkan warga. Hasni (51) salah satunya. Perempuan yang bermukim di kawasan Balaroa, Palu Barat, itu hampir saja meninggal dunia ketika terjadi gempa bumi.

Jumat (28/9) sore itu, Hasni tengah mandi. Tiba-tiba tanah bergoyang. Dia pun kaget. Keluar melihat.

Tak lama kemudian rumahnya roboh. Tanah retak. Dia pun lari. Tapi, Hasni mengaku sempat terjebak dengan reruntuhan.

“Rumah saya terbenam, hancur,” katanya ditemui di lokasi pengungsian di Stasiun Geofisika Kelas I Palu, Jalan Sumur Yuga, Balaroa, Palu Barat, Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Rabu (3/10).

Hasni pun berusaha lari menghindar. Dia tidak membawa apa pun selain baju di badan. “Hanya ini yang saya bawa,” katanya sembari tangannya memegang baju.

Hasni pun terjebak dan sempat terbenam di dalam tanah yang berlumpur. Hasni mengaku saat itu sudah pasrah. “Saya hanya angkat tangan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa,” ungkap Hasni.

Lantas, Hasni pun berupaya naik dari lumpur terbenam. Akhirnya dia memegang sebuah batang pisang yang terbawa oleh seretan lumpur.

Dia mengaku bertahan dengan memegang batang pisang. Lantas, ujar Hasni, dia menemukan sebuah tali listrik yang putus.

Tali itulah yang digunakannya untuk naik dan menyelamatkan diri. “Saya naik pakai tali listrik yang putus,” kata Hasni.

Kini, Hasni bersama para pengungsi lain tinggal di tenda pengungsian. Cerita lain datang dari Supriyadi (52), warga Kelurahan Donggala Dodi.

Supriyadi mengatakan, peristiwa gempa yang menimpa pemukiman Perumnas Balaroa, sangat cepat. Saat itu, kata dia, jelang waktu salat magrib tiba.

“Tanah waktu itu bergoyang kuat. Saking kuatnya, itu di sana ada lapangan bola terseret sekitar 300 meter. Pohon kelapa itu juga bergeser 300 meter terseret,” ujar Supriyadi saat ditemui di Jalan Gawalise Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Rabu (3/10).

Supriyadi menjelaskan, saat ini goyangan tanah begitu kuat. Setelah bergoyang, tanah retak dan berputar. “Rumah sampai terbawa ke bawah,” jelasnya.

Di kawasan itu terlihat puing-puing rumah berserakan. Diduga masih banyak korban yang belum dievakuasi. Jalanan terputus. Tanah retak. (boy/jpnn)

AP Photo/Dita Alangkara
Seorang pria berjalan di antara jalan yang rusak berat akibat gempa di Balaroa dekat Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia Indonesia, Kamis (2/10/2018).

SUMUTPOS.CO – Gempa bumi dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, masih menyisakan kepedihan mendalam. Peristiwa yang terjadi secara mengejutkan, Jumat (28/9) sore itu, membuat banyak warga trauma dan mengungsi.

Tenda-tenda pengungsian masih terlihat di pinggir-pinggir jalan. Warga masih bertahan. Ada pula yang sudah tidak bisa kembali ke rumah, karena kediaman mereka hancur. Tinggal puing-puing berserakan. Digoyang gempa berkekuatan 7,4 Skala Richter. Warga membutuhkan makanan, minuman, obat-obatan, pakaian hingga selimut.

Peristiwa itu sangat mengagetkan warga. Hasni (51) salah satunya. Perempuan yang bermukim di kawasan Balaroa, Palu Barat, itu hampir saja meninggal dunia ketika terjadi gempa bumi.

Jumat (28/9) sore itu, Hasni tengah mandi. Tiba-tiba tanah bergoyang. Dia pun kaget. Keluar melihat.

Tak lama kemudian rumahnya roboh. Tanah retak. Dia pun lari. Tapi, Hasni mengaku sempat terjebak dengan reruntuhan.

“Rumah saya terbenam, hancur,” katanya ditemui di lokasi pengungsian di Stasiun Geofisika Kelas I Palu, Jalan Sumur Yuga, Balaroa, Palu Barat, Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Rabu (3/10).

Hasni pun berusaha lari menghindar. Dia tidak membawa apa pun selain baju di badan. “Hanya ini yang saya bawa,” katanya sembari tangannya memegang baju.

Hasni pun terjebak dan sempat terbenam di dalam tanah yang berlumpur. Hasni mengaku saat itu sudah pasrah. “Saya hanya angkat tangan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa,” ungkap Hasni.

Lantas, Hasni pun berupaya naik dari lumpur terbenam. Akhirnya dia memegang sebuah batang pisang yang terbawa oleh seretan lumpur.

Dia mengaku bertahan dengan memegang batang pisang. Lantas, ujar Hasni, dia menemukan sebuah tali listrik yang putus.

Tali itulah yang digunakannya untuk naik dan menyelamatkan diri. “Saya naik pakai tali listrik yang putus,” kata Hasni.

Kini, Hasni bersama para pengungsi lain tinggal di tenda pengungsian. Cerita lain datang dari Supriyadi (52), warga Kelurahan Donggala Dodi.

Supriyadi mengatakan, peristiwa gempa yang menimpa pemukiman Perumnas Balaroa, sangat cepat. Saat itu, kata dia, jelang waktu salat magrib tiba.

“Tanah waktu itu bergoyang kuat. Saking kuatnya, itu di sana ada lapangan bola terseret sekitar 300 meter. Pohon kelapa itu juga bergeser 300 meter terseret,” ujar Supriyadi saat ditemui di Jalan Gawalise Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Rabu (3/10).

Supriyadi menjelaskan, saat ini goyangan tanah begitu kuat. Setelah bergoyang, tanah retak dan berputar. “Rumah sampai terbawa ke bawah,” jelasnya.

Di kawasan itu terlihat puing-puing rumah berserakan. Diduga masih banyak korban yang belum dievakuasi. Jalanan terputus. Tanah retak. (boy/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/