DETROIT – Tragedi serangan 11 September 2001 atau 9/11 menumbuhkan ide di benak Naif Al-Mutawa untuk membuat buku. Bukan novel atau dongeng, melainkan komik. Melalui perusahaan penerbitan yang didirikannya, Teshkeel Comics, pada 2006 Mutawa menciptakan komik heroik atau superhero berjudul “The 99” yang bernuansa Islam.
Tetapi, memasarkan komik semacam itu tak semudah seperti membuatnya. Pria berdarah Kuwait itu berjuang keras agar komik karyanya bersama dua penulis lain, Stuart Moore dan John McCrea, tersebut bisa diapresiasi masyarakat umum. Karena banyak mengadopsi nilai-nilai Islami dari Alquran, Mutawa yakin komiknya disambut dengan tangan terbuka di Arab Saudi. Di luar dugaan, pemerintah negara monarki itu mencekal. Komik Mutawa terkena sensor.
Upaya memasarkan The 99 di AS juga tidak mudah. Tetapi, pengalaman buruk di Arab Saudi membuat Mutawa menaruh harapan di AS. Dia meyakini negara maju yang selalu mengedepankan kebebasan berekspresi itu pasti akan lebih terbuka menyambut komiknya. Dugaannya ternyata meleset. Tragedi 9/11 telah mengubah persepsi masyarakat Negeri Paman Sam itu terhadap segala hal yang berbau Islam.
Meski berupaya mengangkat nilai-nilai universal, The 99 tak mendapatkan sambutan hangat di AS.
“Hal itulah yang membuat saya terpukul di awal upaya untuk mengenalkan karya saya. Di tempat kelahiran Islam dan di tempat kelahiran demokrasi, karya saya sama-sama tidak diterima,” ungkap penggemar komik Batman dan Superman tersebut. Tapi, pencekalan dan sentimen negatif tak membuat dia patah semangat. Muntawa tetap mencari cara untuk memopulerkan komiknya.
Kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil. Pada tahun sama, The 99 diangkat ke dalam serial animasi. Dalam tiap seri, versi animasi itu menonjolkan nilai positif The 99 yang selaras dengan ajaran Alquran. Misalnya, keberanian, kekuatan, kebijaksanaan, kemurahan, hati dan kesabaran. Kini, The 99 telah menjelma menjadi serial animasi televisi dengan durasi 30 menit per episode.
Selain serial animasi televisi, The 99 diangkat ke layar tiga dimensi (3D). Rencananya, versi 3D akan dirilisi awal tahun depan di 50 negara. “Komik itu memang berkiblat pada Alquran, seperti Batman dan Superman yang terilhami Alkitab dan keyakinan Kristen-Yahudi. Tapi, sama seperti Batman dan Superman, komik tersebut bisa dinikmati siapa saja,” paparnya.
Bapak lima anak itu menegaskan bahwa tiap karya sastra yang terinspirasi dari salah satu agama atau keyakinan tidak perlu diidentikkan dengan agama atau keyakinan tersebut. “Hanya orang-orang dengan niat tidak baik yang sengaja menggunakan media massa sebagai sarana untuk memberi pengaruh salah satu agama atau keyakinan terhadap masyarakat,” katanya. (ap/hep/dwi/jpnn)