26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Nyaris Roboh dan Kerab Digali Pemburu Harta Karun

Melihat Kondisi Candi Sangkilon dan Tandihat-I

Dari 16 candi (biara) yang terdapat di Kabupaten Padang Lawas (Palas) dan Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta), terdapat dua candi yang paling  mungkin untuk dilakukan restorasi atau pemugaran. Kedua candi tersebut yakni Candi Sangkilon dan Candi Tandihat-I.

Peneliti Pussis-Unimed Erond Damanik menjelaskan, hal ini dikarenakan, kedua candi tersebut masih utuh sekitar 50-75 persen.

“Jika Candi Bahal I-III dan Candi Sipamutung sudah direstorasi, maka seharusnya kedua candi ini juga di restorasi sesegera mungkin sebelum roboh 100 persen,” ungkapnya, kemarin (14/10).

Erond yang mengunjungi kedua candi tersebut pada 11-14 Oktober 2011 mengatakan, hal tersebut dilakukan dalam rangka inventarisasi situs oleh Pussis-Unimed.

“Dari 16 candi yang hingga kini ditemukan, empat diantaranya sudah dipugar dan sisanya 12 candi, belum dipugar sama sekali. Dari 12 candi itu, dua diantaranya paling mungkin di restorasi,” katanya lagi.

Candi Tandihat-I yang terletak di desa Tandihat, Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padang Lawas, berjarak sekitar 35 Km dari Gunung Tua ke Sibuhuan, ibukota Padang Lawas. Menurut Erond, candi ini berdekatan dengan Sungai Barumun yang merupakan jalur transportasi utama pada saat itu.

“Candi utama masih utuh, berbentuk empat persegi kecuali bagian puncak (atapnya) sudah roboh. Candi ini memiliki tiga buah perwara yang sudah tertimbun tanah,tapi masih terlihat berupa gundukan tanah serta bebeberapa Nekara dan Umpak batu yang merupakan bagian dari candi tersebut,” jelasnya.

Demikian pula benteng bata yang sudah ditumbuhi rumput disekeliling candi. Tampak areal candi sudah pernah dipagar dengan kawat berduri dan papan nama candi pun sudah terpampang.

“Walau demikian, ternak peliharaan seperti kerbau masih saja bebas berkeliaran. Dikhawatirkan, dalam waktu dekat ini, jika tidak segera dilakukan pemugaran, maka candi tersebut akan roboh. Jika roboh, maka akan sulit sekali melakukan restorasi karena keseluruhan arsitektur dan gambar candi sudah hilang,” tegas Erond.

Lebih lanjut, pengajar di Fakultas Ilmu Sosial itu mengemukakan, satu lagi candi yang paling mungkin di restorasi atau dipugar adalah Candi Sangkilon. Menurutnya, posisi candi berdekatan dengan Aek (Sungai) Sangkilon yang merupakan sarana penting pada saat pembangunan candi.

“Terletak di Desa Sangkilon, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas, sekitar 52 Km dari Gunung Tua ke Sibuhuan, candi tersebut masih berdiri tegak, berupa dinding candi di sebelah barat, utara, dan selatan, sedangkan atapnya sudah roboh,” paparnya.

Lebih lanjut Erond memaparkan hasil pengamatannya, di sebelah Selatan candi tersebut terdapat galian liar dengan kedalaman tiga meter, lebar satu meter dan panjang empat meter, yang digali oleh pemburu harta karun pada 2009 lalu.

Dari galian yang tampak, sepertinya penggalian sudah berhari-hari sehingga mampu memindahkan bata yang tersusun rapat tersebut. Batubata itu disingkirkan dan diletakkan secara tidak teratur di atas bata lainnya sehingga membentuk lubang dan sekaligus  menampakkan kontruksi dasar candi.

Ketika dikonfirmasi tentang siapa yang bertanggungjawab terhadap keselamatan candi ini, Erond menegaskan, masyarakat setempat memiliki tanggungjawab untuk keselamatan candi tersebut, karena mereka berada di lokasi candi.

“Tapi, secara kelembagaan maka lembaga yang paling bertanggungjawab adalah Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Sumut-Aceh yang berkedudukan di Banda Aceh,” tuturnya. (saz)

Melihat Kondisi Candi Sangkilon dan Tandihat-I

Dari 16 candi (biara) yang terdapat di Kabupaten Padang Lawas (Palas) dan Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta), terdapat dua candi yang paling  mungkin untuk dilakukan restorasi atau pemugaran. Kedua candi tersebut yakni Candi Sangkilon dan Candi Tandihat-I.

Peneliti Pussis-Unimed Erond Damanik menjelaskan, hal ini dikarenakan, kedua candi tersebut masih utuh sekitar 50-75 persen.

“Jika Candi Bahal I-III dan Candi Sipamutung sudah direstorasi, maka seharusnya kedua candi ini juga di restorasi sesegera mungkin sebelum roboh 100 persen,” ungkapnya, kemarin (14/10).

Erond yang mengunjungi kedua candi tersebut pada 11-14 Oktober 2011 mengatakan, hal tersebut dilakukan dalam rangka inventarisasi situs oleh Pussis-Unimed.

“Dari 16 candi yang hingga kini ditemukan, empat diantaranya sudah dipugar dan sisanya 12 candi, belum dipugar sama sekali. Dari 12 candi itu, dua diantaranya paling mungkin di restorasi,” katanya lagi.

Candi Tandihat-I yang terletak di desa Tandihat, Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padang Lawas, berjarak sekitar 35 Km dari Gunung Tua ke Sibuhuan, ibukota Padang Lawas. Menurut Erond, candi ini berdekatan dengan Sungai Barumun yang merupakan jalur transportasi utama pada saat itu.

“Candi utama masih utuh, berbentuk empat persegi kecuali bagian puncak (atapnya) sudah roboh. Candi ini memiliki tiga buah perwara yang sudah tertimbun tanah,tapi masih terlihat berupa gundukan tanah serta bebeberapa Nekara dan Umpak batu yang merupakan bagian dari candi tersebut,” jelasnya.

Demikian pula benteng bata yang sudah ditumbuhi rumput disekeliling candi. Tampak areal candi sudah pernah dipagar dengan kawat berduri dan papan nama candi pun sudah terpampang.

“Walau demikian, ternak peliharaan seperti kerbau masih saja bebas berkeliaran. Dikhawatirkan, dalam waktu dekat ini, jika tidak segera dilakukan pemugaran, maka candi tersebut akan roboh. Jika roboh, maka akan sulit sekali melakukan restorasi karena keseluruhan arsitektur dan gambar candi sudah hilang,” tegas Erond.

Lebih lanjut, pengajar di Fakultas Ilmu Sosial itu mengemukakan, satu lagi candi yang paling mungkin di restorasi atau dipugar adalah Candi Sangkilon. Menurutnya, posisi candi berdekatan dengan Aek (Sungai) Sangkilon yang merupakan sarana penting pada saat pembangunan candi.

“Terletak di Desa Sangkilon, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas, sekitar 52 Km dari Gunung Tua ke Sibuhuan, candi tersebut masih berdiri tegak, berupa dinding candi di sebelah barat, utara, dan selatan, sedangkan atapnya sudah roboh,” paparnya.

Lebih lanjut Erond memaparkan hasil pengamatannya, di sebelah Selatan candi tersebut terdapat galian liar dengan kedalaman tiga meter, lebar satu meter dan panjang empat meter, yang digali oleh pemburu harta karun pada 2009 lalu.

Dari galian yang tampak, sepertinya penggalian sudah berhari-hari sehingga mampu memindahkan bata yang tersusun rapat tersebut. Batubata itu disingkirkan dan diletakkan secara tidak teratur di atas bata lainnya sehingga membentuk lubang dan sekaligus  menampakkan kontruksi dasar candi.

Ketika dikonfirmasi tentang siapa yang bertanggungjawab terhadap keselamatan candi ini, Erond menegaskan, masyarakat setempat memiliki tanggungjawab untuk keselamatan candi tersebut, karena mereka berada di lokasi candi.

“Tapi, secara kelembagaan maka lembaga yang paling bertanggungjawab adalah Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Sumut-Aceh yang berkedudukan di Banda Aceh,” tuturnya. (saz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/