26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Pertahankan Legacy, Sirup Kurnia Raih Penghargaan dari Marketeers

SEIRING berjalannya waktu, sirup tersebut laris dan menjadi buah bibir di pasaran. Sehingga, orangorang menamainya sebagai “Sirup Aceh”. Hingga akhirnya, nama merek Sirup Kurnia muncul setelah kedua pasutri itu mengemas sirup dalam sebuah botol kaca bergambar Patung Liberty. “Orang sering sebut sebagai Sirup Patung di Aceh.

Meskipun sekarang kami selalu sosialisasikan kembali bahwa merek kami yaitu Sirup Kurnia. Sebab, mulai banyak merek tiruan yang juga pakai patung,” papar Utomo Ngadimin, Head of Marketing Manager PT Kurnia Aneka Gemilang (KAG).

Utomo melanjutkan, brand identity dari Sirup Kurnia bahkan masih dipertahankan sampai sekarang. Misalnya, desain botol yang tak pernah diubah, serta kandungannya yang masih setia menggunakan gula asli tanpa campuran pemanis buatan. Sirup Kurnia pun belum pernah merilis varian rasa lain, selain rasa raspberry yang identik dengan warnanya yang merah.

Pada tahun 1982, KAG memindahkan basis produksinya dari Aceh ke Medan, tepatnya di Jalan Tanjung Morawa, dekat dengan kawasan industri Kuala Tanjung saat ini. Sampai sekarang, Sirup Kurnia berhasil mempertahankan market share sebagai merek sirup terbesar di Aceh dan Medan dengan pangsa pasar hingga 80%.

“Kami sudah memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) dan kerap menjadi role model oleh Kementerian Perindustrian maupun Kementerian Perdagangan sebagai perusahaan daerah yang sukses menembangkan produk lokal. Sehingga menjadi contoh bagi UKM sejenis di daerah-daerah lain di Indonesia,” lanjut dia.

Segala prestasi itulah yang menjadikan Sirup Kurnia mendapatkan penghargaan The Legendary Product of The Year 2018 dari Majalah Marketeers. Berawal dari bisnis rumahan, Sirup Kurnia mampu mempertahankan DNA-nya dan menjadi produk legendaris asli asal Indonesia. Digitalisasi Di tangan generasi kedua, Sirup Kurnia dihadapkan pada tantangan sekaligus peluang, yaitu bagaimana mempertahankan brand legacy namun masuk ke generasi yang lebih muda.

Perusahaan pun sepakat untuk berinvestasi di ranah digital dengan melakukan serangkaian digital marketing. Merek ini juga aktif di media sosial dengan memberikan update setiap harinya. Utomo menjelaskan, dalam memasarkan produk ke generasi muda, Sirup Kurnia sering melakukan kampanye di media sosial dengan mengajak netizen mengunduh kreasi makanan dan minuman menggunakan sirup tersebut. Ini dilakukan agar merek menghasil kan user generated content, sehingga membantu perusahaan meningkatkan brand presence di dunia digital. “Kami berikan hadiah menarik bagi mereka yang memberikan ide atau inspirasi makanan dan minuman dari bahan Sirup Kurnia.

Kami terus melakukan hal ini,” paparnya. Dari segi teknologi, pabrik sirup itu telah menggunakan sistem robotik yang membuat produksi menjadi lebih efisien. Sementara untuk ekspansi, perusahaan ditantang untuk mencari pasar baru di luar “kandang” utama mereka yang berada di Aceh, Medan, dan kawasan Sumatera lain. Pilihan pun jatuh ke Indonesia Timur. Ini dilandasi atas meningkatnya permintaan Sirup Kurnia di daerah-daerah seperti Sulawesi, Papua, dan Ambon.

Utomo bilang, ketika pihaknya melakukan survei internal, ternyata banyak perantau dari Sumatera yang bermigrasi dan bekerja di kawasan Timur Indonesia. Sirup Kurnia pun didistribusikan dari tangan distributor di Surabaya. “Tingkat solidaritas orang Sumatera masih tinggi terhadap produk lokal mereka. Inilah salah satu cara yang membantu pemasaran Sirup Kurnia,” paparnya.

Meskipun begitu, kawasan Jawa masih menjadi destinasi ekspansi perusahaan. “Walau konsumsi sirup di Jakarta dan kota besar lain di Jawa relatif musiman. Kalau di sana, kami lebih menekankan pasar horeka (hotel, resto, kafe),” papar Utomo. Sirup Kurnia juga terus melakukan upaya pemasaran produk secara below-the-line dengan terlibat sebagai sponsor acara seminar, pameran pernikahan, maupun event yang dihelat di hotel bintang lima. Ini semata dilakukan untuk meningkatkan brand image di segmen kelas menengah atas.

“Dengan masuk ke kalangan menengah atas, kami ingin memperkuat positioning kami sebagai sirup tanpa pemanis buatan. Sesuatu yang seharusnya mereka cari dalam membeli sirup,” papar dia. (rel/ram)

SEIRING berjalannya waktu, sirup tersebut laris dan menjadi buah bibir di pasaran. Sehingga, orangorang menamainya sebagai “Sirup Aceh”. Hingga akhirnya, nama merek Sirup Kurnia muncul setelah kedua pasutri itu mengemas sirup dalam sebuah botol kaca bergambar Patung Liberty. “Orang sering sebut sebagai Sirup Patung di Aceh.

Meskipun sekarang kami selalu sosialisasikan kembali bahwa merek kami yaitu Sirup Kurnia. Sebab, mulai banyak merek tiruan yang juga pakai patung,” papar Utomo Ngadimin, Head of Marketing Manager PT Kurnia Aneka Gemilang (KAG).

Utomo melanjutkan, brand identity dari Sirup Kurnia bahkan masih dipertahankan sampai sekarang. Misalnya, desain botol yang tak pernah diubah, serta kandungannya yang masih setia menggunakan gula asli tanpa campuran pemanis buatan. Sirup Kurnia pun belum pernah merilis varian rasa lain, selain rasa raspberry yang identik dengan warnanya yang merah.

Pada tahun 1982, KAG memindahkan basis produksinya dari Aceh ke Medan, tepatnya di Jalan Tanjung Morawa, dekat dengan kawasan industri Kuala Tanjung saat ini. Sampai sekarang, Sirup Kurnia berhasil mempertahankan market share sebagai merek sirup terbesar di Aceh dan Medan dengan pangsa pasar hingga 80%.

“Kami sudah memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) dan kerap menjadi role model oleh Kementerian Perindustrian maupun Kementerian Perdagangan sebagai perusahaan daerah yang sukses menembangkan produk lokal. Sehingga menjadi contoh bagi UKM sejenis di daerah-daerah lain di Indonesia,” lanjut dia.

Segala prestasi itulah yang menjadikan Sirup Kurnia mendapatkan penghargaan The Legendary Product of The Year 2018 dari Majalah Marketeers. Berawal dari bisnis rumahan, Sirup Kurnia mampu mempertahankan DNA-nya dan menjadi produk legendaris asli asal Indonesia. Digitalisasi Di tangan generasi kedua, Sirup Kurnia dihadapkan pada tantangan sekaligus peluang, yaitu bagaimana mempertahankan brand legacy namun masuk ke generasi yang lebih muda.

Perusahaan pun sepakat untuk berinvestasi di ranah digital dengan melakukan serangkaian digital marketing. Merek ini juga aktif di media sosial dengan memberikan update setiap harinya. Utomo menjelaskan, dalam memasarkan produk ke generasi muda, Sirup Kurnia sering melakukan kampanye di media sosial dengan mengajak netizen mengunduh kreasi makanan dan minuman menggunakan sirup tersebut. Ini dilakukan agar merek menghasil kan user generated content, sehingga membantu perusahaan meningkatkan brand presence di dunia digital. “Kami berikan hadiah menarik bagi mereka yang memberikan ide atau inspirasi makanan dan minuman dari bahan Sirup Kurnia.

Kami terus melakukan hal ini,” paparnya. Dari segi teknologi, pabrik sirup itu telah menggunakan sistem robotik yang membuat produksi menjadi lebih efisien. Sementara untuk ekspansi, perusahaan ditantang untuk mencari pasar baru di luar “kandang” utama mereka yang berada di Aceh, Medan, dan kawasan Sumatera lain. Pilihan pun jatuh ke Indonesia Timur. Ini dilandasi atas meningkatnya permintaan Sirup Kurnia di daerah-daerah seperti Sulawesi, Papua, dan Ambon.

Utomo bilang, ketika pihaknya melakukan survei internal, ternyata banyak perantau dari Sumatera yang bermigrasi dan bekerja di kawasan Timur Indonesia. Sirup Kurnia pun didistribusikan dari tangan distributor di Surabaya. “Tingkat solidaritas orang Sumatera masih tinggi terhadap produk lokal mereka. Inilah salah satu cara yang membantu pemasaran Sirup Kurnia,” paparnya.

Meskipun begitu, kawasan Jawa masih menjadi destinasi ekspansi perusahaan. “Walau konsumsi sirup di Jakarta dan kota besar lain di Jawa relatif musiman. Kalau di sana, kami lebih menekankan pasar horeka (hotel, resto, kafe),” papar Utomo. Sirup Kurnia juga terus melakukan upaya pemasaran produk secara below-the-line dengan terlibat sebagai sponsor acara seminar, pameran pernikahan, maupun event yang dihelat di hotel bintang lima. Ini semata dilakukan untuk meningkatkan brand image di segmen kelas menengah atas.

“Dengan masuk ke kalangan menengah atas, kami ingin memperkuat positioning kami sebagai sirup tanpa pemanis buatan. Sesuatu yang seharusnya mereka cari dalam membeli sirup,” papar dia. (rel/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/