MEDAN, SUMUTPOS.CO – Siapa yang tak mengenal Anton Bachrul Alam dan Sugiarto. Keduanya adalah mantan jenderal di eranya. Anton Bachrul seorang Purnawirawan Perwira Tinggi Polri, sedangkan Sugiarto dulunya seorang perwira berpangkat Marsekal Pertama dilingkungan TNI AU. Kalau dulunya mereka suka bawa-bawa senjata, kini keduanya suka membawa ayat-ayat Alquran ke pelosok Tanah Air.
PRAN HASIBUAN, Medan
SUMUT POS berkesempatan melihat dari dekat sosok kedua mantan jenderal itu. Persisnya di Sekolah Amir Hamzah, Jalan Meranti Medan Rabu (22/1). Tampilan mereka sudah drastis berubah. Dari gagahnya memakai seragam dinas polisi dan militer, kini lebih senang mengenakan gamis, kain sorban hingga ‘memelihara’ jenggot.
Pagi menjelang siang itu, para pelajar di yayasan sekolah Islam tersebut bersiap menyambut kedatangan Anton dan Sugiarto. Satu persatu dari mereka masuk ke musala sekolah yang berada di lantai dasar. Lalu mengambil posisi duduk dengan tertib. Kedatangan Anton dan Sugiarto atas undangan dari sahabat mereka, Amiruddin, bekas mantan Ketua DPRD Medan. “Pak Amiruddin yang mengajak mereka datang hari ini,” kata seorang unsur yayasan sekolah itu pada Sumut Pos.
“Ada sedikit pengajian kepada siswa-siswi kami. Tentang Agama Islam,” sambung wanita berhijab merah tersebut.
Dari depan ruang aula sekolah, para guru menyerukan agar pelajar mereka segera masuk ke musala karena acara mau dimulai. Siswa dan siswi itu pun bergegas cepat mengikuti komando sang guru. “Ayo nak, ayo cepat masuk, acara mau kita mulai. Letak sepatunya di situ dan susun rapi ya, terus duduk di musala,” ungkap para guru.
Tak lama berselang, dua orang pria berbaju gamis terlihat mendekat ke arah aula. Mulanya Sumut Pos tidak mengenal dua sosok pria tinggi itu, yang juga mengenakan sorban dan berjenggot putih. Seorang guru yang mungkin bertugas mengarahkan setiap tamu yang hadir, lantas menunjukkan lokasi acara kepada dua orang pria tersebut. “Silahkan pak lewat sini, acaranya didalam. Silahkan masuk, pak,” katanya.
Setelah dua pria itu masuk, Pembina Yayasan Sekolah Amir Hamzah, Usman Pelly ikut menyusul ke musala tempat acara akan berlangsung. Sebelum acara dimulai, Anton dan Sugiarto melaksanakan salat sunnah dua rakaat. Sementara para pelajar yang terdiri dari tingkatan SMP dan SMA, sudah duduk rapi menyusun barisan/shaf laiknya salat.
Setelah keduanya selesai salat, acara lantas dimulai. Moderator acara memperkenalkan sosok kedua penceramah pada hari itu. Terjawab sudah, bahwa keduanya adalah Anton Bachrul Alam dan Sugiarto. Mantan jenderal di republik ini yang sudah kenyang pengalaman di Akabri. Mereka sekarang hijrah menafsihkan diri sebagai pendakwah, dan mengajak generasi muda Indonesia untuk taat kepada ajaran Allah SWT dan rasulnya, Nabi Muhammad SAW.
Pembina Yayasan Sekolah Amir Hamzah, Usman Pelly saat menyampaikan sambutan sangat berterimakasih atas kedatangan kedua tokoh itu ke sekolah mereka. “Ini suatu perubahan bagi yayasan kita. Kami bersyukur atas kedatangan bapak-bapak kemari. Kedatangan tokoh-tokoh kita ini ke sini, bukan menyandang senjata tetapi ayat-ayat suci Alquran. Semoga ilmu yang disampaikan menjadi sesuatu yang berharga bagi kita semua. Kami berharap seluruh siswa dapat mengikuti ceramah dengan cermat dan serius,” kata Pelly.
Ia lantas menceritakan profil singkat sekolahnya dan juga kedua tokoh yang akan memberi pemahaman agama kepada para murid. “Beliau ini adalah Pak Anton Bachrul Alam. Satunya lagi Pak Sugiarto. Keduanya sekarang sudah hijrah menjadi pendakwah. Untuk itu kita perlu mendengarkan pengalaman dan nasehat beliau berdua pada hari ini. Yayasan Amir Hamzah ini adalah sekolah syariah, Pak Anton dan Pak Sugiarto. Sejak 1970 sudah berdiri. Sayang sekali memang tidak semua anak-anak dan guru-guru kami bisa hadir karena sebagian besar sedang melaksanakan PKL,” tutup dia.
Anton Bachrul Alam didapuk jadi penceramah pertama. Purnawirawan Perwira Tinggi Polri yang terakhir menjabat Inspektorat Pengawasan Umum ini, banyak bercerita tentang hidup di dunia yang teramat singkat. Kata Anton, Allah SWT sudah mengingatkan manusia dalam kerugian selama hidup melalui salah satu surat di Alquran, yakni Al Asr.
“Hidup ini singkat dan tidak lama. Dalam Surat Al Asr, jelas disebutkan sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman. Beriman dan beramal saleh. Saling nasehat dan menasehati tentang kebenaran serta orang yang sabar,” katanya.
Ia pun mencontohkan punya tetangganya seorang pengusaha sukses dan kaya raya yang sudah lama ingin mempunyai anak. Semua usaha sudah dilakukan namun tetap belum dikasih anugerah oleh Allah. Akhirnya mereka putuskan untuk mengadopsi anak orang lain, dengan harapan kalau si anak menjadi orang minimal ada yang mengurus dan melanjutkan bisnis mereka.
“Dicarikanlah sekolah paling mahal. Dicarikan juga kos-kosan paling mewah. Semua diusahakan. Lalu anak itu sukses sekolahnya dan pulang ke rumah. Tapi begitu diajak ke masjid salat berjamaah malas dia dan tidak mau. Berarti ada yang kurang. Selama ini rupanya yang diisi otaknya dan perutnya. Orang tua kecewa. Ternyata setelah diteliti dan konsultasi dengan guru-guru dan orang cerdik, ada satu rongga yang lupa diisi oleh mereka, yaitu rongga dada (hati),” Anton mengisahkan.
Menurut dia perut adalah makanan dunia, kalau hati adalah makanan akhirat. Tetangganya itu juga sempat konsultasi sama Anton tentang anaknya. Anton lantas memberi jawaban dan ilustrasi ringan kepada tetangganya itu. “Istrinya cerita sama saya, tiap kali anaknya dibanguni mau Salat Subuh marah sama dia. Jadi saya bilang, supaya mau Salat subuh di rumah Allah, ibu banguni saja dia umpamakan kalau ada kebakaran. Pilih mana banguni dia atau (kalian) terbakar,” katanya.
Sejatinya, kata Anton, setiap manusia ingin hidup bahagia selama di dunia. Tetapi kalau ingin hidup bahagia di dunia, sangat susah untuk diraih. Justru lebih gampang meraih kebahagiaan akhirat, namun manusia kerap lalai untuk menunaikan perintah dan larangan Allah SWT. “Dengan mengejar akhirat sebenarnya kebahagiaan dunia akan mudah kita raih. Umur anak-anak kami ini kan masih pancaroba. Pasti semua ingin berumahtangga ingin menjadi orang tua yang sukses nantinya. Orangtua kita pun selalu ingin anaknya sukses. Rela menjual harta benda dan mencari uang demi menyekolahkan anak agar sukses serta punya masa depan,” kata mantan Kapolda Jawa Timur itu. “Hidup ini kalau ingin bahagia tidak ada cara lain kecuali ikuti hidup Nabi Muhammad SAW. Dunia ini gak bisa dikejar. Tapi dengan agama kita akan dapat kebahagiaan akhirat dan juga dunia. Selalu ingat Allah,” tuturnya. (bersambung)