26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Liliyana Natsir, Pensiun dari Bulutangkis setelah 24 Tahun, Rekan & Lawan: Terima Kasih, Butet!

istimewa
BULUTANGKIS: Liliyana alias Butet Natsir saat bermain di arena bulu tangkis. Butet menyatakan pensiun sebagai atlet bulutangkis pada Minggu (27/1/2019).

SUMUTPOS.CO – Perjalanan panjang Liliyana “Butet” Natsir di arena bulu tangkis sampai ke garis finis. Setelah 24 tahun mengarungi perjalanan di bulutangkis, Butet sampai di penghujung kariernya. Tiba saatnya ia harus mengucapkan selamat tinggal kepada olahraga yang telah membesarkan namanya.

Minggu (27/1) kemarin, Liliyana Natsir tak dapat menyembunyikan rasa sedih dan haru tatkala seluruh penonton di Istora meneriakan namanya. Bola matanya tampak berkaca-kacan

Sudah tak terhitung lagi berapa kali Liliyana berjuang hidup mati demi Merah-Putih, mulai dari gelar turnamen terbuka, gelar hat-trick All England pada tahun 2012, 2013 dan 2014, empat gelar juara dunia pada tahun 2005, 2007, 2013 dan 2017 serta puncaknya medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 yang ia raih bersama Tontowi Ahmad.

Mengapresiasi besarnya pengorbanan dan deretan prestasi yang telah mengangkat nama Indonesia di kancah dunia, Minggu (27/1) kemarin digelar Liliyana Natsir’s Farewell Event, tepat sebelum laga final Daihatsu Indonesia Masters 2019 di Istora Senayan.

Sebelum memasuki arena, Liliyana tak dapat menahan jatuh air matanya kala ia melihat video di mana orang-orang terdekatnya, Richard Mainaky, Nova Widianto dan Vita Marissa memberikan kesan-kesan tentangnya.

Liliyana memasuki Istora didampingi 17 atlet pelatnas, menggambarkan 17 tahun Liliyana berada di Pelatnas PBSI Cipayung. Dalam acara ini turut hadir Menteri Pemuda dan Olahrgaa RI Imam Nahrawi dan Ketua Umum PP PBSI Wiranto.

“Terima kasih atas dedikasi dan pengorbanan yang telah diberikan Butet kepada Indonesia. Momen medali emas Olimpiade Rio 2016 adalah momen terfavorit saya selama menjadi menteri,” kata Imam yang disambut riuh tepuk tangan penonton.

“Saat ini kita akan ditinggalkan pemain legendaris yang sudah mengukir prestasi yang luar biasa. Pemain terlama yang menghuni pelatnas selama 17 tahun, di pelatnas itu penuh perjuangan dan tidak mudah. Ini menjadi pelajaran untuk atlet muda agar bisa mengikuti jejak Butet untuk mengembalikan kejayaan bulutangkis Indonesia. Terima kasih kepada Butet yang sudah mengharumkan nama Indonesia dengan prestasi-prestasinya,” kata Wiranto.

Usai menyampaikan sambutannya, Wiranto menyerahkan cendera mata berupa action figure Liliyana Natsir. Dengan terbata-bata, Liliyana membuka kata sambutannya. Ia bahkan harus berhenti bicara beberapa kali untuk menahan jatuh air matanya.

“Hari ini adalah hari yang berat buat saya. Minggu (27/1/2019), saya menyatakan pensiun sebagai atlet bulutangkis. Dunia ini yang membesarkan nama saya, saya tidak pergi menjauh, tapi memberikan kesempatan kepada adik-adik saya untuk menjadi pemenang baru,” kata Liliyana.

“Saya juga ingin menyampaikan pesan motivasi kepada adik-adik saya para pemain muda. Kekalahan itu tidak memalukan, yang memalukan itu menyerah,” tuturnya.

Liliyana pun berkata bahwa begitu banyak pihak yang mendukungnya selama ia menjadi pemain bulutangkis. Untuk itu ia ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tak henti-hentinya memberi support. Mulai dari keluarganya, pelatih, para pemain pelatnas, PB Djarum, sponsor, Menpora, Ketum PBSI, para pendukung serta tak lupa pasangan mainnya, mulai dari Nova, Vita hingga Tontowi.

Di akhir acara, Liliyana mendapat kejutan dari kedua orangtuanya yang hadir dalam acara ini. Sang mama, Olly Maramis, memberikan karangan bunga untuknya. Sang papa, Beno Natsir menyusul setelah menyampaikan kata-kata betapa bangganya ia memiliki Liliyana sebagai putrinya.

Final Daihatsu Indonesia Masters 2019 menjadi laga terakhir bagi Liliyana. Kemarin ia berhadapan dengan pasangan rangking satu dunia, Zheng Siwei/Huang Yaqiong. “Hari ini saya akan bertanding di final melawan pasangan Tiongkok, mohon dukungannya, mari getarkan Istora,” katanya.

Di akhir acara, Liliyana berlari mengelilingi Istora sambil menyapa para penonton Istora. Di panggung acara, terdapat T-shirt raksasa bergambarkan Liliyana, 24 tahun Ukir Prestasi untuk Indonesia.

Pujian dari Rekan dan Lawan

“Bulu tangkis Indonesia bakal kehilangan sosok legenda,” kata Jonatan “Jojo” Christie, tunggal putra Indonesia, tentang seniornya yang bakal pensiun tersebut.

“Liliyana adalah pemain yang sangat bagus di ganda campuran. Saya sedih dia memutuskan pensiun,” kata Lee Yong Dae, pebulu tangkis ganda putra Korea Selatan.

Tribut juga datang dari calon lawan di final hari ini, Zhang Siwei/Huang Yaqiong. “Dia lawan yang tangguh,” ucap Huang, diamini Zheng.

Dalam wawancara dengan Jawa Pos (grup Sumut Pos) sebelumnya, Butet mengaku sudah memikirkan rencana pensiun itu sejak lama. Tepatnya setelah meraih emas Olimpiade Rio de Janeiro.

“Target utama saya adalah dapat emas di Olimpiade. Begitu dapat, saya sebenarnya ingin berhenti,” katanya.

Namun, atas permintaan berbagai pihak, dia akhirnya memutuskan menunda. “Sekaranglah saat yang tepat,” kata Butet yang bersama Owi pernah menjuarai turnamen bergengsi All England tiga kali beruntun sejak 2012 hingga 2014 itu.

Pebulu tangkis Jepang, Arisa Higashino termasuk yang paling sedih atas keputusan Butet itu. Maklum, dia pengagum berat pemain yang pernah berpasangan dengan Nova Widianto itu.

Kesedihannya kemarin bertambah karena impiannya melawan sang idola di final hari ini gagal terwujud. Sebab, di semifinal kemarin, bersama duetnya, Yuta Watanabe, dia dikalahkan pasangan Zheng/Huang. Yang sedikit menghiburnya, dia sempat meminta tanda tangan Butet.

Empat Orang Terdekatnya Kehilangan

Pensiunnya Liliyana Natsir membuat orang-orang di pelatnas PBSI bersedih hati. Mereka kehilangan anak didik, partner, sekaligus sahabat yang sudah menghiasi hari-hari mereka selama 17 tahun terakhir.

Sosok yang mengaku paling kehilangan Butet adalah sang pelatih, Richard Mainaky. Buat Richard, sosok Butet sebagai anak didik maupun atlet andalan sungguh tidak tergantikan.

“Saya sangat kehilangan. Saya rasa sekarang ini susah sekali mencari seorang atlet seperti Butet. Bukan cuma di Indonesia saja, tapi di seluruh dunia,” ujar Richard, Minggu (27/1).

Richard boleh dibilang adalah sosok yang ‘menemukan’ Butet. Richard yang meyakinkan Butet bahwa ia bisa bersinar di ganda campuran saat Butet masih menekuni ganda putri bersama Vita Marissa.

Vita adalah sosok kedua yang merasa sangat kehilangan Butet. Sambil menitikkan air mata, Vita mengatakan bahwa hari-harinya dalam beberapa waktu ke depan tidak akan lagi sama tanpa keberadaan Butet.

“Dulu setiap latihan dan sehabis latihan selalu ketemu. Kami makan siang bersama, lalu ngobrol bersama sejak saya masih jadi partnernya sampai sekarang sudah jadi asisten pelatih. Tentu saya sedih sekali Butet pensiun,” ujar Vita.

Setelah pindah ke sektor ganda campuran, Butet kemudian dipasangkan oleh Nova Widianto. Bersama Nova, mereka menjadi juara dunia tahun 2007 dan meraih medali perak Olimpiade Beijing 2008.

“Butet adalah partner yang luar biasa. Dari mulai latihan saja dia sudah sangat semangat. Pasti akan susah sekali menggantikan dia,” ujar Nova.

Hal senada pun diucapkan Tontowi Ahmad, partner Butet sejak tahun 2010. Karir Owi meroket setelah dipasangkan dengan Butet dengan koleksi tiga gelar All England, tiga gelar juara dunia, dan medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

“Tentu sangat kehilangan. Butet adalah salah satu orang yang mengembangkan permainan saya. Kami ketemu setiap hari, latihan setiap hari. Sedih pastinya,” kata Owi. (Butet memang layak mendapat penghormatan. Setinggi-tingginya. Terima kasih, Butet! (bam/ipc/jpc)

istimewa
BULUTANGKIS: Liliyana alias Butet Natsir saat bermain di arena bulu tangkis. Butet menyatakan pensiun sebagai atlet bulutangkis pada Minggu (27/1/2019).

SUMUTPOS.CO – Perjalanan panjang Liliyana “Butet” Natsir di arena bulu tangkis sampai ke garis finis. Setelah 24 tahun mengarungi perjalanan di bulutangkis, Butet sampai di penghujung kariernya. Tiba saatnya ia harus mengucapkan selamat tinggal kepada olahraga yang telah membesarkan namanya.

Minggu (27/1) kemarin, Liliyana Natsir tak dapat menyembunyikan rasa sedih dan haru tatkala seluruh penonton di Istora meneriakan namanya. Bola matanya tampak berkaca-kacan

Sudah tak terhitung lagi berapa kali Liliyana berjuang hidup mati demi Merah-Putih, mulai dari gelar turnamen terbuka, gelar hat-trick All England pada tahun 2012, 2013 dan 2014, empat gelar juara dunia pada tahun 2005, 2007, 2013 dan 2017 serta puncaknya medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 yang ia raih bersama Tontowi Ahmad.

Mengapresiasi besarnya pengorbanan dan deretan prestasi yang telah mengangkat nama Indonesia di kancah dunia, Minggu (27/1) kemarin digelar Liliyana Natsir’s Farewell Event, tepat sebelum laga final Daihatsu Indonesia Masters 2019 di Istora Senayan.

Sebelum memasuki arena, Liliyana tak dapat menahan jatuh air matanya kala ia melihat video di mana orang-orang terdekatnya, Richard Mainaky, Nova Widianto dan Vita Marissa memberikan kesan-kesan tentangnya.

Liliyana memasuki Istora didampingi 17 atlet pelatnas, menggambarkan 17 tahun Liliyana berada di Pelatnas PBSI Cipayung. Dalam acara ini turut hadir Menteri Pemuda dan Olahrgaa RI Imam Nahrawi dan Ketua Umum PP PBSI Wiranto.

“Terima kasih atas dedikasi dan pengorbanan yang telah diberikan Butet kepada Indonesia. Momen medali emas Olimpiade Rio 2016 adalah momen terfavorit saya selama menjadi menteri,” kata Imam yang disambut riuh tepuk tangan penonton.

“Saat ini kita akan ditinggalkan pemain legendaris yang sudah mengukir prestasi yang luar biasa. Pemain terlama yang menghuni pelatnas selama 17 tahun, di pelatnas itu penuh perjuangan dan tidak mudah. Ini menjadi pelajaran untuk atlet muda agar bisa mengikuti jejak Butet untuk mengembalikan kejayaan bulutangkis Indonesia. Terima kasih kepada Butet yang sudah mengharumkan nama Indonesia dengan prestasi-prestasinya,” kata Wiranto.

Usai menyampaikan sambutannya, Wiranto menyerahkan cendera mata berupa action figure Liliyana Natsir. Dengan terbata-bata, Liliyana membuka kata sambutannya. Ia bahkan harus berhenti bicara beberapa kali untuk menahan jatuh air matanya.

“Hari ini adalah hari yang berat buat saya. Minggu (27/1/2019), saya menyatakan pensiun sebagai atlet bulutangkis. Dunia ini yang membesarkan nama saya, saya tidak pergi menjauh, tapi memberikan kesempatan kepada adik-adik saya untuk menjadi pemenang baru,” kata Liliyana.

“Saya juga ingin menyampaikan pesan motivasi kepada adik-adik saya para pemain muda. Kekalahan itu tidak memalukan, yang memalukan itu menyerah,” tuturnya.

Liliyana pun berkata bahwa begitu banyak pihak yang mendukungnya selama ia menjadi pemain bulutangkis. Untuk itu ia ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tak henti-hentinya memberi support. Mulai dari keluarganya, pelatih, para pemain pelatnas, PB Djarum, sponsor, Menpora, Ketum PBSI, para pendukung serta tak lupa pasangan mainnya, mulai dari Nova, Vita hingga Tontowi.

Di akhir acara, Liliyana mendapat kejutan dari kedua orangtuanya yang hadir dalam acara ini. Sang mama, Olly Maramis, memberikan karangan bunga untuknya. Sang papa, Beno Natsir menyusul setelah menyampaikan kata-kata betapa bangganya ia memiliki Liliyana sebagai putrinya.

Final Daihatsu Indonesia Masters 2019 menjadi laga terakhir bagi Liliyana. Kemarin ia berhadapan dengan pasangan rangking satu dunia, Zheng Siwei/Huang Yaqiong. “Hari ini saya akan bertanding di final melawan pasangan Tiongkok, mohon dukungannya, mari getarkan Istora,” katanya.

Di akhir acara, Liliyana berlari mengelilingi Istora sambil menyapa para penonton Istora. Di panggung acara, terdapat T-shirt raksasa bergambarkan Liliyana, 24 tahun Ukir Prestasi untuk Indonesia.

Pujian dari Rekan dan Lawan

“Bulu tangkis Indonesia bakal kehilangan sosok legenda,” kata Jonatan “Jojo” Christie, tunggal putra Indonesia, tentang seniornya yang bakal pensiun tersebut.

“Liliyana adalah pemain yang sangat bagus di ganda campuran. Saya sedih dia memutuskan pensiun,” kata Lee Yong Dae, pebulu tangkis ganda putra Korea Selatan.

Tribut juga datang dari calon lawan di final hari ini, Zhang Siwei/Huang Yaqiong. “Dia lawan yang tangguh,” ucap Huang, diamini Zheng.

Dalam wawancara dengan Jawa Pos (grup Sumut Pos) sebelumnya, Butet mengaku sudah memikirkan rencana pensiun itu sejak lama. Tepatnya setelah meraih emas Olimpiade Rio de Janeiro.

“Target utama saya adalah dapat emas di Olimpiade. Begitu dapat, saya sebenarnya ingin berhenti,” katanya.

Namun, atas permintaan berbagai pihak, dia akhirnya memutuskan menunda. “Sekaranglah saat yang tepat,” kata Butet yang bersama Owi pernah menjuarai turnamen bergengsi All England tiga kali beruntun sejak 2012 hingga 2014 itu.

Pebulu tangkis Jepang, Arisa Higashino termasuk yang paling sedih atas keputusan Butet itu. Maklum, dia pengagum berat pemain yang pernah berpasangan dengan Nova Widianto itu.

Kesedihannya kemarin bertambah karena impiannya melawan sang idola di final hari ini gagal terwujud. Sebab, di semifinal kemarin, bersama duetnya, Yuta Watanabe, dia dikalahkan pasangan Zheng/Huang. Yang sedikit menghiburnya, dia sempat meminta tanda tangan Butet.

Empat Orang Terdekatnya Kehilangan

Pensiunnya Liliyana Natsir membuat orang-orang di pelatnas PBSI bersedih hati. Mereka kehilangan anak didik, partner, sekaligus sahabat yang sudah menghiasi hari-hari mereka selama 17 tahun terakhir.

Sosok yang mengaku paling kehilangan Butet adalah sang pelatih, Richard Mainaky. Buat Richard, sosok Butet sebagai anak didik maupun atlet andalan sungguh tidak tergantikan.

“Saya sangat kehilangan. Saya rasa sekarang ini susah sekali mencari seorang atlet seperti Butet. Bukan cuma di Indonesia saja, tapi di seluruh dunia,” ujar Richard, Minggu (27/1).

Richard boleh dibilang adalah sosok yang ‘menemukan’ Butet. Richard yang meyakinkan Butet bahwa ia bisa bersinar di ganda campuran saat Butet masih menekuni ganda putri bersama Vita Marissa.

Vita adalah sosok kedua yang merasa sangat kehilangan Butet. Sambil menitikkan air mata, Vita mengatakan bahwa hari-harinya dalam beberapa waktu ke depan tidak akan lagi sama tanpa keberadaan Butet.

“Dulu setiap latihan dan sehabis latihan selalu ketemu. Kami makan siang bersama, lalu ngobrol bersama sejak saya masih jadi partnernya sampai sekarang sudah jadi asisten pelatih. Tentu saya sedih sekali Butet pensiun,” ujar Vita.

Setelah pindah ke sektor ganda campuran, Butet kemudian dipasangkan oleh Nova Widianto. Bersama Nova, mereka menjadi juara dunia tahun 2007 dan meraih medali perak Olimpiade Beijing 2008.

“Butet adalah partner yang luar biasa. Dari mulai latihan saja dia sudah sangat semangat. Pasti akan susah sekali menggantikan dia,” ujar Nova.

Hal senada pun diucapkan Tontowi Ahmad, partner Butet sejak tahun 2010. Karir Owi meroket setelah dipasangkan dengan Butet dengan koleksi tiga gelar All England, tiga gelar juara dunia, dan medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

“Tentu sangat kehilangan. Butet adalah salah satu orang yang mengembangkan permainan saya. Kami ketemu setiap hari, latihan setiap hari. Sedih pastinya,” kata Owi. (Butet memang layak mendapat penghormatan. Setinggi-tingginya. Terima kasih, Butet! (bam/ipc/jpc)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/