27 C
Medan
Friday, September 27, 2024

Pameran Satu Abad Surat Kabar Sumut, Warga Inggris: Ternyata Banyak Koran Terbit di Sumut

istimewa
POSE: Warga Inggris Teresa Birks berpose di photobooth yang disediakan di Pameran Satu Abad Surat Kabar Sumut, Kamis (7/2).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pameran Satu Abad Surat Kabar Sumut yang digelar di lobi Kantor Gubernur Sumut, Jalan Pengeran Diponegoro, mulai mendapat perhatian masyarakat.

Ratusan pengunjung dari berbagai lapisan masyarakat seperti dari kalangan pelajar, mahasiswa, wartawan, penggiat sejarah, hingga warga asing memadati arena pameran di hari keduan

Kamis (7/2). Mereka tampak kagum dan mengapresiasi pameran yang sangat langka tersebut.

Para pengunjung banyak yang kagum, karena pameran yang berlangsung tiga hari sejak Rabu (6/2) hingga Jumat (8/2) ini, memamerkan sedikitnya 80 koran asli yang berasal dari tahun 1880 hingga 1942.  Apalagi, sangat jarang ada pameran yang menunjukan kekayaan penerbitan pers Sumut sejak masa Hindia Belanda.

Seorang pengunjung warga negara Inggris, Teresa Birks mengapresiasi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) yang mengadakan pameran tersebut. Tidak hanya itu, ia juga berterima kasih lantaran pameran tersebut dibuka untuk umum.

Teresa menyempatkan datang, karena tertarik dengan sejarah Sumut. Dulunya Teresa pernah kuliah budaya dan sastra Melayu. Hal itu yang membuatnya datang ke pameran tersebut. “Saya pernah belajar bahasa dan budaya Melayu itu salah satu alasan saya ke mari,” katanya usai melihat seluruh koleksi pameran.

Menurut Teresa, pameran tersebut sangat penting bagi generasi muda agar mengetahui sejarah mengenai proses persatuan Indonesia lewat pers. Ditambahkannya, pers memiliki peran dalam menciptakan identitas negara. “Ini menarik. Saya nggak menyangka koran yang diterbitkan di Sumut sebanyak ini, dan semuanya punya akar logika sendiri. Kita lihat sebanyak itu untuk menyatukan Indonesia dalam menciptakan sebuah identitas,” katanya.

Setelah melihat seluruh koleksi koran, Teresa tersadar bahwa pada masa lalu, koran yang terbit di Sumut merupakan contoh dari ‘think globally and act locally’. Artinya, koran-koran yang terbit di Sumut pada masa lalu juga memberitakan mengenai situasi yang ada di dunia internasional. Namun dikemas sesuai konteks yang ada di daerah dan Indonesia pada masa itu.

Teresa mengharapkan, koran-koran lama tersebut dibukukan dan dibuatkan katalog lengkapnya di situs internet. Hal ini dilakukan agar generasi milenial dapat mengetahui informasi tersebut dengan mudah dan ringkas.

Sementara itu, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Hafiz mengatakan, setelah melihat pameran tersebut, Ia tahu bahwa Bahasa Indonesia sudah berubah banyak hingga sekarang. “Ternyata tata atau kaidah penulisan Bahasa Indonesia itu sampai sekarang sudah berubah drastis,” ujarnya.

Selain itu, Hafiz tertarik dengan iklan-iklan yang terbit pada masa lalu. Hafiz baru tahu sudah sejak dulu, iklan seperti masa sekarang digunakan untuk menginformasikan produk atau barang dagangan.

Senada dengan Hafiz, Mahasiswi UINSU lainnya, Dina dengan melihat pameran tersebut, dirinya bisa membandingkan bahasa masa lalu dengan sekarang. Untuk itu, Dina mengharapkan tahun depan pameran tersebut diadakan lagi, agar lebih banyak masyarakat yang melihat dan tahu mengenai sejarah membanggakan pers Sumatera Utara.

Pengunjung yang berdatangan terpantau ramai sejak kemarin. Selain melihat koleksi koran asli, pengunjung memanfaatkan lokasi pameran sebagai tempat ajang berswafoto. Panitia pameran juga menyediakan tempat foto dengan bingkai yang menyerupai koran asli.

Selain koran, juga dipamerkan barang antik dan klasik milik kolektor benda bersejarah J Siahaan. Barang tersebut di antaranya, kamera dan telepon dari zaman kolonial, serta pesawat radio yang berasal dari tahun 60-an.

Kepala Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprovsu Ilyas Sitorus mengatakan pameran hasil kerja sama Pemprovsu dengan Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, serta Rumah Sejarah Medan itu bertujuan untuk menunjukkan bahwa Sumut adalah lumbung media. Ada 147 penerbitan pers yang terbit hingga tahun 1942. Bahkan salah satunya ada yang berani menggunakan kata ‘merdeka’ untuk nama korannya.

Ilyas mengatakan masyarakat masih dapat melihat koran hingga Jumat, (8/2). “Diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan satu hari lagi untuk melihat koran asli tersebut,” ujar Ilyas. (prn)

istimewa
POSE: Warga Inggris Teresa Birks berpose di photobooth yang disediakan di Pameran Satu Abad Surat Kabar Sumut, Kamis (7/2).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pameran Satu Abad Surat Kabar Sumut yang digelar di lobi Kantor Gubernur Sumut, Jalan Pengeran Diponegoro, mulai mendapat perhatian masyarakat.

Ratusan pengunjung dari berbagai lapisan masyarakat seperti dari kalangan pelajar, mahasiswa, wartawan, penggiat sejarah, hingga warga asing memadati arena pameran di hari keduan

Kamis (7/2). Mereka tampak kagum dan mengapresiasi pameran yang sangat langka tersebut.

Para pengunjung banyak yang kagum, karena pameran yang berlangsung tiga hari sejak Rabu (6/2) hingga Jumat (8/2) ini, memamerkan sedikitnya 80 koran asli yang berasal dari tahun 1880 hingga 1942.  Apalagi, sangat jarang ada pameran yang menunjukan kekayaan penerbitan pers Sumut sejak masa Hindia Belanda.

Seorang pengunjung warga negara Inggris, Teresa Birks mengapresiasi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) yang mengadakan pameran tersebut. Tidak hanya itu, ia juga berterima kasih lantaran pameran tersebut dibuka untuk umum.

Teresa menyempatkan datang, karena tertarik dengan sejarah Sumut. Dulunya Teresa pernah kuliah budaya dan sastra Melayu. Hal itu yang membuatnya datang ke pameran tersebut. “Saya pernah belajar bahasa dan budaya Melayu itu salah satu alasan saya ke mari,” katanya usai melihat seluruh koleksi pameran.

Menurut Teresa, pameran tersebut sangat penting bagi generasi muda agar mengetahui sejarah mengenai proses persatuan Indonesia lewat pers. Ditambahkannya, pers memiliki peran dalam menciptakan identitas negara. “Ini menarik. Saya nggak menyangka koran yang diterbitkan di Sumut sebanyak ini, dan semuanya punya akar logika sendiri. Kita lihat sebanyak itu untuk menyatukan Indonesia dalam menciptakan sebuah identitas,” katanya.

Setelah melihat seluruh koleksi koran, Teresa tersadar bahwa pada masa lalu, koran yang terbit di Sumut merupakan contoh dari ‘think globally and act locally’. Artinya, koran-koran yang terbit di Sumut pada masa lalu juga memberitakan mengenai situasi yang ada di dunia internasional. Namun dikemas sesuai konteks yang ada di daerah dan Indonesia pada masa itu.

Teresa mengharapkan, koran-koran lama tersebut dibukukan dan dibuatkan katalog lengkapnya di situs internet. Hal ini dilakukan agar generasi milenial dapat mengetahui informasi tersebut dengan mudah dan ringkas.

Sementara itu, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Hafiz mengatakan, setelah melihat pameran tersebut, Ia tahu bahwa Bahasa Indonesia sudah berubah banyak hingga sekarang. “Ternyata tata atau kaidah penulisan Bahasa Indonesia itu sampai sekarang sudah berubah drastis,” ujarnya.

Selain itu, Hafiz tertarik dengan iklan-iklan yang terbit pada masa lalu. Hafiz baru tahu sudah sejak dulu, iklan seperti masa sekarang digunakan untuk menginformasikan produk atau barang dagangan.

Senada dengan Hafiz, Mahasiswi UINSU lainnya, Dina dengan melihat pameran tersebut, dirinya bisa membandingkan bahasa masa lalu dengan sekarang. Untuk itu, Dina mengharapkan tahun depan pameran tersebut diadakan lagi, agar lebih banyak masyarakat yang melihat dan tahu mengenai sejarah membanggakan pers Sumatera Utara.

Pengunjung yang berdatangan terpantau ramai sejak kemarin. Selain melihat koleksi koran asli, pengunjung memanfaatkan lokasi pameran sebagai tempat ajang berswafoto. Panitia pameran juga menyediakan tempat foto dengan bingkai yang menyerupai koran asli.

Selain koran, juga dipamerkan barang antik dan klasik milik kolektor benda bersejarah J Siahaan. Barang tersebut di antaranya, kamera dan telepon dari zaman kolonial, serta pesawat radio yang berasal dari tahun 60-an.

Kepala Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprovsu Ilyas Sitorus mengatakan pameran hasil kerja sama Pemprovsu dengan Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, serta Rumah Sejarah Medan itu bertujuan untuk menunjukkan bahwa Sumut adalah lumbung media. Ada 147 penerbitan pers yang terbit hingga tahun 1942. Bahkan salah satunya ada yang berani menggunakan kata ‘merdeka’ untuk nama korannya.

Ilyas mengatakan masyarakat masih dapat melihat koran hingga Jumat, (8/2). “Diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan satu hari lagi untuk melihat koran asli tersebut,” ujar Ilyas. (prn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/