30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Solu Bolon Maskot PDT 2011

PARAPAT- Panitia Pesta Danau Toba (PDT) berniat menggunakan ‘Solu Bolon’ (sampan besar) sebagai maskot PDT yang direncakan berlangsung 4 (empat) hari berturut-turut, (27-30/10) di Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dan beberapa daerah penyangga Danau Toba sesuai format dan materi acara yang dibagi.

Hal ini sisambut hangat warga seputaran Danau Toba, karena diyakini mampu mengembalikan ‘roh’ PDT dengan trend Solu Bolon seperti sedia kala saat para nenek moyang ‘Marsolu’ bersampan di Danau Toba menaklukkan ganasnya ombak danau dan untuk berperang menghalau musuh.

Untuk itulah dalam sejarahnya, cara memilih kayu dan membuat Solu Bolon memiliki ritwal khusus saat itu, dan bahkan saat pembuatan Solu Bolon yang akan digunakan para peserta pada lomba Solu Bolon di PDT 2011, juga dibuat ritual yang dilakukan oleh warga setempat, dimana kayu ini diambil (ditebang).

“Pangir (jeruk purut) dan Demban (sirih) sebagai penghormatan para pekerja sudah dilakukan di kawasan hutan tersebut dan dikerjakan salah seorang tokoh dan penetua kita di sana,” kata Jonni Sinaga kepada METRO di Parapat, Minggu (23/10).

Jonni juga menuturkan, tempo dulu, Solu Bolon atau sampan besar ini adalah sarana angkutan orang Batak di pesisir Danau Toba yang dapat mengangkut orang dalam jumlah besar untuk mengarungi Danau Toba dengan keperluan berdagang. Konon juga ‘Solu Bolon’ inipun digunakan sebagai alat transportasi untuk merebut sebuah daerah kekuasaan sekaligus berperang dan menghabisi musuh.

Pada saat itu, sebutnya, hasrat untuk memiliki sebuah Solu Bolon tidak segampang membalikkan telapak tangan, pasalnya salah seorang yang mampu memiliki Solu Bolon diyakini orang batak yang mempunyai pengaruh atau terpandang di suatu huta/perkampungan (Daerah) yang juga disebut sebagai Tuan atau Raja.

Perhelatan Solu Bolon ini juga dapat digunakan bilamana salah seorang dari keturunan orang kaya/Raja (Tuan) hendak merantau menyeberangi Pulau Samosir ke daerah lain terlebih dahulu diarak-arak dengan diiringi gondang batak dan ditengah Danau Toba berkeliling sampai 7 (tujuh) kali dengan membuat bundaran, kemudian diiringi dengan teriakan 3 (tiga) kali Horas semuanya ini dilakukan dengan harapan agar anak tersebut dapat meraih sukses di rantau orang. (jes/smg)

PARAPAT- Panitia Pesta Danau Toba (PDT) berniat menggunakan ‘Solu Bolon’ (sampan besar) sebagai maskot PDT yang direncakan berlangsung 4 (empat) hari berturut-turut, (27-30/10) di Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dan beberapa daerah penyangga Danau Toba sesuai format dan materi acara yang dibagi.

Hal ini sisambut hangat warga seputaran Danau Toba, karena diyakini mampu mengembalikan ‘roh’ PDT dengan trend Solu Bolon seperti sedia kala saat para nenek moyang ‘Marsolu’ bersampan di Danau Toba menaklukkan ganasnya ombak danau dan untuk berperang menghalau musuh.

Untuk itulah dalam sejarahnya, cara memilih kayu dan membuat Solu Bolon memiliki ritwal khusus saat itu, dan bahkan saat pembuatan Solu Bolon yang akan digunakan para peserta pada lomba Solu Bolon di PDT 2011, juga dibuat ritual yang dilakukan oleh warga setempat, dimana kayu ini diambil (ditebang).

“Pangir (jeruk purut) dan Demban (sirih) sebagai penghormatan para pekerja sudah dilakukan di kawasan hutan tersebut dan dikerjakan salah seorang tokoh dan penetua kita di sana,” kata Jonni Sinaga kepada METRO di Parapat, Minggu (23/10).

Jonni juga menuturkan, tempo dulu, Solu Bolon atau sampan besar ini adalah sarana angkutan orang Batak di pesisir Danau Toba yang dapat mengangkut orang dalam jumlah besar untuk mengarungi Danau Toba dengan keperluan berdagang. Konon juga ‘Solu Bolon’ inipun digunakan sebagai alat transportasi untuk merebut sebuah daerah kekuasaan sekaligus berperang dan menghabisi musuh.

Pada saat itu, sebutnya, hasrat untuk memiliki sebuah Solu Bolon tidak segampang membalikkan telapak tangan, pasalnya salah seorang yang mampu memiliki Solu Bolon diyakini orang batak yang mempunyai pengaruh atau terpandang di suatu huta/perkampungan (Daerah) yang juga disebut sebagai Tuan atau Raja.

Perhelatan Solu Bolon ini juga dapat digunakan bilamana salah seorang dari keturunan orang kaya/Raja (Tuan) hendak merantau menyeberangi Pulau Samosir ke daerah lain terlebih dahulu diarak-arak dengan diiringi gondang batak dan ditengah Danau Toba berkeliling sampai 7 (tujuh) kali dengan membuat bundaran, kemudian diiringi dengan teriakan 3 (tiga) kali Horas semuanya ini dilakukan dengan harapan agar anak tersebut dapat meraih sukses di rantau orang. (jes/smg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/