25 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Abu Vulkanik Sinabung Ancam Petani Gagal Panen

Bagus Syahputra/Sumut Pos
PEDAGANG: Pedagang kentang dan tomat di Pasar Petisah Medan, Rabu (12/6).

KARO, SUMUTPOS.CO – Abu vulkanik akibat erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Minggu (9/6) sore lalu, menutupi sebagian ladang masyarakat di Karo. Akibatnya, 4.208 hektare ladang tanaman pangan dan hortikultura di tiga kecamatan di Kabupaten Karo, mengalami kerusakan. Dua kecamatan lainnya juga terdampak. Petani terancam gagal panen.

Kepala UPTD Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara, Marino mengatakan, tiga kecamatan yang terkena dampak yakni Kecamatan Kuta Buluh, Berastagi, dan Namanteran. Kemudian Kecamatan Mardinding dan Kecamatan Merdeka.

Pihaknya mencatat, padi sawah umur 70-100 hari yang terkena seluas 8 hektare. Tanaman jagung adalah yang paling luas terkena debu yakni mencapai 4.200 hektare dan saat ini berumur 60-80 hari. Keduanya di Kecamatan Kuta Buluh. Sementara itu, untuk tanaman hortikultura, yakni jeruk, cabe rawit, wortel, petsai terong, buncis, ercis, dan krisan berumur 15 hari hingga 7 tahun.

“Paling banyak itu Namanteran, cabe seluas 274 hektare dan kentang seluas 225 hektare. Total tanaman hortikultura yang terkena dampak sekiyar 1.708,1 hektare,” katanya, Rabu (12/6).

Desa Sukandebi, Kecamatan Namanteran merupakan yang terparah terpapar abu pasca erupsi Sinabung. Sebagian besar lahan pertanian di desa ini tertutup material abu yang cukup tebal. Seperti lahan pertanian milik Usahanta Sitepu ini, lahan seluas 1 hektar miliknya terpapar abu vulkanik dengan ketebalan hingga 1 centimeter.

Sitepu mengaku, dengan keadaan seperti ini tanaman yang dia tanam akan mengalami gagal panen. “Luas lahan kita ini 1 hektar bang, kita menanam tomat, kentang, bunga kol, ya semuanya kena abu bang, kalo gak turun hujan beberapa hari ini, pasti rusak semua taman kita di sini bang karna abu gunung ini,” ujar Usahanta Sitepu, di lahan miliknya di Desa Sukandebi, Rabu (12/6).

Dia mengaku tidak bisa berbuat banyak dengan kondisi seperti ini, dia hanya bisa mengantisipasi kerusakan dengan mengibas abu yang menutupi daun di tanamannya dengan menggunakan sapu alami yang ia buat dari ranting daun, ini dilakukan untuk membersihkan daun dari tumpukan abu vulkanik sinabung.

“Ya kita untuk menanggulanginya cuma bisa kibas-kibas daunnya bang, biar jatuh abunya, sambil nunggu hujan, kalo udah hujan nanti, baru kita semprot lagi dengan zat hijau daun biar bersih dia lagi,” ujarnya.

Kepala UPTD Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara, Marino menambahkan, pihaknya merekomendasikan agar petani melakukan penyiraman agar debu yang menutupi tanaman dapat dihilangkan dan tanaman dapat dipanen kembali.

Dinas Pertanian Kabupaten Karo, masih melakukan pendataan terkait kerusakan lahan pertanian akibat dampak abu vulkanik Gunung api Sinabung. “Kita masih mendata lahan pertanian yang terpapar abu vulkanik pasca erupsi kemarin, berapa luas lahan terpapar dan berapa besar kerusakannya,” ujar Kepala Dinas Pertanian Karo, Sarjana Purba, saat pengecekan langsung di Kecamatan Naman Teran, Rabu.

Gunung api Sinabung saat ini berstatus siaga level 3, dengan masih tingginya aktivitas Sinabung, warga tetap dihimbau untuk tidak memasuki zona merah Sinabung yang telah di rekomendasikan pos pvmbg. Yakni 3 km dari puncak Gunung api Sinabung, serta radius sektoral 5 km untuk sektor selatan-timur, dan 4 km untuk sektor timur-utara.

Jika terjadi hujan abu, masyarakat dihimbau memakai masker bila keluar rumah untuk mengurangi dampak kesehatan dari abu vulkanik.

Harga Kentang dan Tomat Naik

Erupsi Gunung Sinabung memberikan dampak terhadap kenaikan harga sejumlah komoditi pangan di Pasar Tradisional Kota Medan. Di antaranya harga kentang dan tomat.

Pedagang Pasar Petisah, Nur Cahaya, menyebutkan sebelumnya kentang dihargai Rp8 ribu per kilogram. Pascaerupsi, naik menjadi Rp12 ribu per kilogram. Tomat sebelumnya Rp9 ribu-10 ribu, sekarang menjadi Rp13 ribu per kilogram.

“Sejak Senin (10/6), harga kentang naik karena pengaruh erupsi Sinabung,” ungkap Nur Cahaya kepada wartawan di Pasar Petisah, Medan, Rabu (12/6) pagi.

Nur Cahaya menjelaskan, komoditi kentang dan tomat di Medan berasal dari Kabupaten Karo. Karena erupsi Sinabung, beberapa petani kentang di Karo memilih memanen kentang sebelum masa panen. Begitu juga komoditi tomat yang dipanen sebelum waktunya agar tidak keburu rusak. Ia berharap, kondisi itu tidak berlangsung berkepanjangan. (gus/kps)

Bagus Syahputra/Sumut Pos
PEDAGANG: Pedagang kentang dan tomat di Pasar Petisah Medan, Rabu (12/6).

KARO, SUMUTPOS.CO – Abu vulkanik akibat erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Minggu (9/6) sore lalu, menutupi sebagian ladang masyarakat di Karo. Akibatnya, 4.208 hektare ladang tanaman pangan dan hortikultura di tiga kecamatan di Kabupaten Karo, mengalami kerusakan. Dua kecamatan lainnya juga terdampak. Petani terancam gagal panen.

Kepala UPTD Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara, Marino mengatakan, tiga kecamatan yang terkena dampak yakni Kecamatan Kuta Buluh, Berastagi, dan Namanteran. Kemudian Kecamatan Mardinding dan Kecamatan Merdeka.

Pihaknya mencatat, padi sawah umur 70-100 hari yang terkena seluas 8 hektare. Tanaman jagung adalah yang paling luas terkena debu yakni mencapai 4.200 hektare dan saat ini berumur 60-80 hari. Keduanya di Kecamatan Kuta Buluh. Sementara itu, untuk tanaman hortikultura, yakni jeruk, cabe rawit, wortel, petsai terong, buncis, ercis, dan krisan berumur 15 hari hingga 7 tahun.

“Paling banyak itu Namanteran, cabe seluas 274 hektare dan kentang seluas 225 hektare. Total tanaman hortikultura yang terkena dampak sekiyar 1.708,1 hektare,” katanya, Rabu (12/6).

Desa Sukandebi, Kecamatan Namanteran merupakan yang terparah terpapar abu pasca erupsi Sinabung. Sebagian besar lahan pertanian di desa ini tertutup material abu yang cukup tebal. Seperti lahan pertanian milik Usahanta Sitepu ini, lahan seluas 1 hektar miliknya terpapar abu vulkanik dengan ketebalan hingga 1 centimeter.

Sitepu mengaku, dengan keadaan seperti ini tanaman yang dia tanam akan mengalami gagal panen. “Luas lahan kita ini 1 hektar bang, kita menanam tomat, kentang, bunga kol, ya semuanya kena abu bang, kalo gak turun hujan beberapa hari ini, pasti rusak semua taman kita di sini bang karna abu gunung ini,” ujar Usahanta Sitepu, di lahan miliknya di Desa Sukandebi, Rabu (12/6).

Dia mengaku tidak bisa berbuat banyak dengan kondisi seperti ini, dia hanya bisa mengantisipasi kerusakan dengan mengibas abu yang menutupi daun di tanamannya dengan menggunakan sapu alami yang ia buat dari ranting daun, ini dilakukan untuk membersihkan daun dari tumpukan abu vulkanik sinabung.

“Ya kita untuk menanggulanginya cuma bisa kibas-kibas daunnya bang, biar jatuh abunya, sambil nunggu hujan, kalo udah hujan nanti, baru kita semprot lagi dengan zat hijau daun biar bersih dia lagi,” ujarnya.

Kepala UPTD Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara, Marino menambahkan, pihaknya merekomendasikan agar petani melakukan penyiraman agar debu yang menutupi tanaman dapat dihilangkan dan tanaman dapat dipanen kembali.

Dinas Pertanian Kabupaten Karo, masih melakukan pendataan terkait kerusakan lahan pertanian akibat dampak abu vulkanik Gunung api Sinabung. “Kita masih mendata lahan pertanian yang terpapar abu vulkanik pasca erupsi kemarin, berapa luas lahan terpapar dan berapa besar kerusakannya,” ujar Kepala Dinas Pertanian Karo, Sarjana Purba, saat pengecekan langsung di Kecamatan Naman Teran, Rabu.

Gunung api Sinabung saat ini berstatus siaga level 3, dengan masih tingginya aktivitas Sinabung, warga tetap dihimbau untuk tidak memasuki zona merah Sinabung yang telah di rekomendasikan pos pvmbg. Yakni 3 km dari puncak Gunung api Sinabung, serta radius sektoral 5 km untuk sektor selatan-timur, dan 4 km untuk sektor timur-utara.

Jika terjadi hujan abu, masyarakat dihimbau memakai masker bila keluar rumah untuk mengurangi dampak kesehatan dari abu vulkanik.

Harga Kentang dan Tomat Naik

Erupsi Gunung Sinabung memberikan dampak terhadap kenaikan harga sejumlah komoditi pangan di Pasar Tradisional Kota Medan. Di antaranya harga kentang dan tomat.

Pedagang Pasar Petisah, Nur Cahaya, menyebutkan sebelumnya kentang dihargai Rp8 ribu per kilogram. Pascaerupsi, naik menjadi Rp12 ribu per kilogram. Tomat sebelumnya Rp9 ribu-10 ribu, sekarang menjadi Rp13 ribu per kilogram.

“Sejak Senin (10/6), harga kentang naik karena pengaruh erupsi Sinabung,” ungkap Nur Cahaya kepada wartawan di Pasar Petisah, Medan, Rabu (12/6) pagi.

Nur Cahaya menjelaskan, komoditi kentang dan tomat di Medan berasal dari Kabupaten Karo. Karena erupsi Sinabung, beberapa petani kentang di Karo memilih memanen kentang sebelum masa panen. Begitu juga komoditi tomat yang dipanen sebelum waktunya agar tidak keburu rusak. Ia berharap, kondisi itu tidak berlangsung berkepanjangan. (gus/kps)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/