26 C
Medan
Saturday, December 6, 2025

40 Persen Calhaj Sumut Berisiko, Calon Haji Tertua Berusia 102 Tahun

Triadi Wibowo/Sumut pos
PERIKSA KESEHATAN: Seorang calon jamaah haji 2018 asal Kota Medan menjalani pemeriksaan kesehatan di Asrama Haji Medan, Jalan AH Nasution Medan. Tahun ini, sebanyak 40 persen calon jamaah haji asal Sumut berisiko tinggi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Calon jamaah haji asal Sumatera Utara (Sumut) dijadwalkan mulai memasuki Asrama Haji Medan pada 11 Juli 2019. Dari 8.706 calon haji yang akan diberangkatkan ke Tanah Suci, sekitar 40 persen di antaranya berisiko tinggi (risti).

KASI Pendaftaran dan Dokumen Haji Kanwil Kementerian Agama Sumut, Eri Nofa menyebutkan, calon jamaah haji dengan risiko tinggi itu yang berusia 60 tahun ke atas. Namun untuk jumlah pastinya, Eri mengaku belum tahu, sebab setelah di Asrama Haji nanti akan diketahui.

“Untuk calon jamaah haji lansia ada yang berusia 102 tahun. Sementara, calon jamaah haji Sumut dengan resiko tinggi yakni yang berusia 60 tahun ke atas,” jelasnya.

Disinggung mengenai layak tidaknya jamaah haji berangkat setelah masuk ke Asrama Haji dengan Surat Perintah Masuk Asrama (SPMA), Eri menerangkan, hal itu terutama masalah kesehatan ditentukan oleh petugas kesehatan di Poliklinik asrama haji Medan. “Mereka yang menentukan, apakah kondisi kesehatannya, bisa diberangkatkan atau tidak. Per kloter itu 388 calon jamaah haji ditambah 5 petugas,” terangnya.

Semua para jamaah haji, jelas Eri, akan diberikan gelang identitas dilengkapi barcode. Gunanya, untuk mengidentifikasi jamaah, apabila tersesat dengan memindai kode pada gelang. Maka, akan terdeteksi lokasi jamaah haji. Tanda pengenal ini, berisi data jamaah haji yang bisa dimanfaatkan petugas saat ada satu kondisi menimpa calon jamaah haji.

“Di dalamnya sudah ada data lengkap, tidak hanya tanda kalau calon jemaah haji sakit. Sementara untuk terkait cuaca kita belum dapat infonya ya. Karena kan bulan Juli nanti,” pungkasnya.

Persiapkan Diri Sedini Mungkin

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Eka Yusuf Singka mengajak calon haji (calhaj) Indonesia untuk mempersiapkan sedini mungkin kondisi fisik sebelum berangkat haji ke Mekkah dan Madinah. “Perlu pengendalian faktor risiko,” kata Eka usai temu media Kesiapan Kemenkes Jelang Musim Haji Tahun 2019 di Jakarta, Selasa (2/7).

Dia mengatakan, jamaah juga harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi alam di Arab Saudi nanti jika sudah berada di Tanah Suci. Kondisi alam Saudi, sebut dia, sangat berbeda dengan di Indonesia yaitu lebih terik, udara kering, dan cuaca panas.

Eka mengungkapkan, jamaah yang tidak mempersiapkan diri dapat mengalami gangguan kesehatan serius jika tidak diantisipasi. Beberapa hal antisipasi, lanjut dia, bisa dilakukan jemaah dengan mempersiapkan kebugarannya sejak dari Tanah Air dengan pola hidup yang sehat.

Eka menambahkan, penyesuaian diri bisa dilakukan dengan menerapkan pola makan memperbanyak cairan, istirahat cukup, menggunakan alat pengaman diri (APD) dan hal terkait lainnya. “Kalau di sana panas pakai payung, lapar makan dan sebagainya,” imbaunya.

Siapkan 79 Ton Obat

Eka juga menjabarkan sejumlah persiapan haji 2019 yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan dari berbagai aspek, mulai nfrastruktur hingga layanan kepada jamaah.

Disebutnya, Kementerian Kesehatan telah menyiagakan 1.521 petugas kesehatan untuk jamaah haji yang sakit di Tanah Suci. “Telah menyiagakan 1.827 petugas kesehatan yang disiapkan. Terdiri atas 1.521 orang Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) dan 306 Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)” katanya.

Selain tenaga medis, Kemenkes juga telah menyiapkan 79 ton stok obat-obatan untuk jamaah haji selama di Tanah Suci. Stok obat tersebut meliputi obat, vaksin, makanan tambahan bagi jemaah yang sakit juga alat pelindung diri (APD) seperti masker dan waterspray bagi jemaah dan dibagikan di embarkasi saat sebelum keberangkatan.

Untuk jamaah haji 2019 berisiko tinggi dengan yang sehat juga akan pemerintah bedakan dengan membuat kartu yang dikenakan pada setiap jemaah haji Indonesia. Untuk yang sehat akan mendapatkan kartu berwarna putih dan yang berisiko tinggi akan mendapatkan kartu berwarna kuning.

Kondisi sakit menyebabkan sejumlah jemaah haji asal Kebumen memakai alat bantu kursi roda

Sejumlah calon jemaah haji asal Kebumen yang memakai kursi roda menunggu mobil ambulans untuk dibawa menuu Bandara Adi Soemarmo

Tidak hanya obat dan tenaga medis, Kemenkes juga menyediakan 2 Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Makkah dan Madinah bagi jemaah yang sakit. KHHI Mekkah terdiri dari 18 lantai dengan kapasitas 300 tempat tidur rawat inap. Di dalamnya ada beragam fasilitas pendukung pemeriksaan kesehatan seperti laboratorium, apotek, ruang rontgen dan memiliki fasilitas kamar petugas kesehatan yang dapat menampung sekitar 400 petugas kesehatan haji.

Kemenkes juga baru saja meresmikan KKHI Madinah pada awal Mei 2019 yang menyediakan jenis perawatan yang lebih lengkap dan kapasitas tempat tidur lebih banyak ketimbang KKHI yang lama dengan jumlah tidur semula hanya 50 menjadi 80 tempat tidur rawat inap. Kedua KKHI ini setara dengan rumah sakit tipe C di Indonesia. (bbs/adz)

Triadi Wibowo/Sumut pos
PERIKSA KESEHATAN: Seorang calon jamaah haji 2018 asal Kota Medan menjalani pemeriksaan kesehatan di Asrama Haji Medan, Jalan AH Nasution Medan. Tahun ini, sebanyak 40 persen calon jamaah haji asal Sumut berisiko tinggi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Calon jamaah haji asal Sumatera Utara (Sumut) dijadwalkan mulai memasuki Asrama Haji Medan pada 11 Juli 2019. Dari 8.706 calon haji yang akan diberangkatkan ke Tanah Suci, sekitar 40 persen di antaranya berisiko tinggi (risti).

KASI Pendaftaran dan Dokumen Haji Kanwil Kementerian Agama Sumut, Eri Nofa menyebutkan, calon jamaah haji dengan risiko tinggi itu yang berusia 60 tahun ke atas. Namun untuk jumlah pastinya, Eri mengaku belum tahu, sebab setelah di Asrama Haji nanti akan diketahui.

“Untuk calon jamaah haji lansia ada yang berusia 102 tahun. Sementara, calon jamaah haji Sumut dengan resiko tinggi yakni yang berusia 60 tahun ke atas,” jelasnya.

Disinggung mengenai layak tidaknya jamaah haji berangkat setelah masuk ke Asrama Haji dengan Surat Perintah Masuk Asrama (SPMA), Eri menerangkan, hal itu terutama masalah kesehatan ditentukan oleh petugas kesehatan di Poliklinik asrama haji Medan. “Mereka yang menentukan, apakah kondisi kesehatannya, bisa diberangkatkan atau tidak. Per kloter itu 388 calon jamaah haji ditambah 5 petugas,” terangnya.

Semua para jamaah haji, jelas Eri, akan diberikan gelang identitas dilengkapi barcode. Gunanya, untuk mengidentifikasi jamaah, apabila tersesat dengan memindai kode pada gelang. Maka, akan terdeteksi lokasi jamaah haji. Tanda pengenal ini, berisi data jamaah haji yang bisa dimanfaatkan petugas saat ada satu kondisi menimpa calon jamaah haji.

“Di dalamnya sudah ada data lengkap, tidak hanya tanda kalau calon jemaah haji sakit. Sementara untuk terkait cuaca kita belum dapat infonya ya. Karena kan bulan Juli nanti,” pungkasnya.

Persiapkan Diri Sedini Mungkin

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Eka Yusuf Singka mengajak calon haji (calhaj) Indonesia untuk mempersiapkan sedini mungkin kondisi fisik sebelum berangkat haji ke Mekkah dan Madinah. “Perlu pengendalian faktor risiko,” kata Eka usai temu media Kesiapan Kemenkes Jelang Musim Haji Tahun 2019 di Jakarta, Selasa (2/7).

Dia mengatakan, jamaah juga harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi alam di Arab Saudi nanti jika sudah berada di Tanah Suci. Kondisi alam Saudi, sebut dia, sangat berbeda dengan di Indonesia yaitu lebih terik, udara kering, dan cuaca panas.

Eka mengungkapkan, jamaah yang tidak mempersiapkan diri dapat mengalami gangguan kesehatan serius jika tidak diantisipasi. Beberapa hal antisipasi, lanjut dia, bisa dilakukan jemaah dengan mempersiapkan kebugarannya sejak dari Tanah Air dengan pola hidup yang sehat.

Eka menambahkan, penyesuaian diri bisa dilakukan dengan menerapkan pola makan memperbanyak cairan, istirahat cukup, menggunakan alat pengaman diri (APD) dan hal terkait lainnya. “Kalau di sana panas pakai payung, lapar makan dan sebagainya,” imbaunya.

Siapkan 79 Ton Obat

Eka juga menjabarkan sejumlah persiapan haji 2019 yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan dari berbagai aspek, mulai nfrastruktur hingga layanan kepada jamaah.

Disebutnya, Kementerian Kesehatan telah menyiagakan 1.521 petugas kesehatan untuk jamaah haji yang sakit di Tanah Suci. “Telah menyiagakan 1.827 petugas kesehatan yang disiapkan. Terdiri atas 1.521 orang Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) dan 306 Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)” katanya.

Selain tenaga medis, Kemenkes juga telah menyiapkan 79 ton stok obat-obatan untuk jamaah haji selama di Tanah Suci. Stok obat tersebut meliputi obat, vaksin, makanan tambahan bagi jemaah yang sakit juga alat pelindung diri (APD) seperti masker dan waterspray bagi jemaah dan dibagikan di embarkasi saat sebelum keberangkatan.

Untuk jamaah haji 2019 berisiko tinggi dengan yang sehat juga akan pemerintah bedakan dengan membuat kartu yang dikenakan pada setiap jemaah haji Indonesia. Untuk yang sehat akan mendapatkan kartu berwarna putih dan yang berisiko tinggi akan mendapatkan kartu berwarna kuning.

Kondisi sakit menyebabkan sejumlah jemaah haji asal Kebumen memakai alat bantu kursi roda

Sejumlah calon jemaah haji asal Kebumen yang memakai kursi roda menunggu mobil ambulans untuk dibawa menuu Bandara Adi Soemarmo

Tidak hanya obat dan tenaga medis, Kemenkes juga menyediakan 2 Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Makkah dan Madinah bagi jemaah yang sakit. KHHI Mekkah terdiri dari 18 lantai dengan kapasitas 300 tempat tidur rawat inap. Di dalamnya ada beragam fasilitas pendukung pemeriksaan kesehatan seperti laboratorium, apotek, ruang rontgen dan memiliki fasilitas kamar petugas kesehatan yang dapat menampung sekitar 400 petugas kesehatan haji.

Kemenkes juga baru saja meresmikan KKHI Madinah pada awal Mei 2019 yang menyediakan jenis perawatan yang lebih lengkap dan kapasitas tempat tidur lebih banyak ketimbang KKHI yang lama dengan jumlah tidur semula hanya 50 menjadi 80 tempat tidur rawat inap. Kedua KKHI ini setara dengan rumah sakit tipe C di Indonesia. (bbs/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru