31 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Jumlah Wisman ke Medan Turun, Sekda: Dipengaruhi Politik, Tiket, Dll…

file/sumut pos WISMAN: Dua orang wisman naik becak bermotor keliling Kota Medan, beberapa waktu lalu. Di Medan, objek wisata gedung tua dinilai butuh perhatian.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Kota Medan yang menurun dari tahun ke tahun, dinilai bukan barometer atas buruknya kinerja Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Medan Banyak hal yang menjadi penyebab menurunnya kunjungan wisman.

“Turunnya wisatawan mancanegara ke kota Medan itu tidak bisa kita jadikan patokan turunnya kinerja Dinas Pariwisata. Terlalu ringan kita menilai kinerja Dinas Pariwisata kalau hanya sebatas angka masuknya wisatawan mancanegara ke Kota Medan. Sedangkan faktor penyebabnya itu ada banyak, dan bukan barometer buruknya kinerja mereka,” ucap Sekretaris Daerah (Sekda) kota Medan, Wiriya Alrahman kepada Sumut Pos, Jumat (19/7).

Penyebab menurunnya jumlah wisman, menurutnya, mulai dari situasi politik, harga tiket pesawat yang mahal, dan faktor-faktor lainnya. “Dari dulu juga wisman menjadikan Medan itu hanya tempat transit saja. Tujuan mereka ke Danau Toba, Berastagi, Bahorok, dan wilayah-wilayah lainnya. Kota Medan jarang jadi destinasi utama. Apalagi sekarang bandara tidak di Medan lagi,” jelasnya.

Justru, lanjutnya, setelah Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan Kota Medan dipisah menjadi dua dinas, kinerja kedua dinas semakin baik. “Kedua dinas menjadi lebih fokus melaksanakan tugas masing-masing,” terangnya.

Ditanyai hal yang menjadikan faktor penilaian naiknya kinerja Dispar kota Medan, kata Wiriya, yakni seringnya Dispar Kota Medan menggelar event-event sebagai salah satu bentuk promosi Kota Medan ke luar daerah bahkan ke luar negeri. “Lihat, Dispar rutin menggelar event. Ini langkah baik yang harus kita apresiasi,” tuturnya.

Sedangkan kinerja Dinas Kebudayaan, kata dia, saat ini semakin konsen dengan tugasnya. “Disbud juga punya kinerja yang baik,” katanya.

Terkait bangunan atau gedung-gedung tua di Kota Medan yang dinilai kurang terurus, Wiriya menyebutkan, Disbud Medan sedang berusaha merevitalisasi. “Tentu gedung-gedung milik pemerintah, bukan perorangan. Untuk perorangan yang menjadi pemilik bangunan-bangunan tua, kami mengimbau agar mau merevitalisasi bagunan tua yang mereka miliki,” tutupnya.

Komisi III: Event Jadi Barometer?

Menanggapi Sekda, Ketua Komisi III DPRD Medan, Boydo HK Panjaitan, mengatakan jika turunnya jumlah wisman ke Kota Medan tidak bisa dijadikan barometer turunnya kinerja Dinas Pariwisata, maka banyaknya event-event yang digelar Dispar juga tidak bisa dijadikan barometer meningkatnya kinerja dinas itu.

“Kenapa tidak bisa dijadikan patokan? Setidaknya bisa jadi salahsatu bukti nyata bahwa memang ada penurunan, walau mungkin hanya di satu sisi. Tetapi ‘kan tetap harus dibenahi? Kalau penurunan wisman tidak bisa dijadikan barometer turunnya kinerja Dispar, maka jumlah event juga tidak bisa dijadikan patokan naiknya kinerja,” ucap Boydo.

Menurut Boydo, banyak event yang digelar tidak menghasilkan banyak perubahan bagi kunjungan wisman ke kota Medan. “Justru rata-rata event-event itu hanya sekedar seremonial yang sifatnya menghabiskan anggaran. Hasilnya tidak begitu berdampak,” ujar Boydo.

Begitupun dengan gedung-gedung tua di Kota Medan, lanjut Boydo, seharusnya dirawat dan segera direvitalisasi agar terus lestari dan bernilai jual tinggi bagi wisman. “Walau cuma transit, tapi kalau gedung-gedung tua di Kota Medan terawat, turis-turis asing bisa tinggal lebih lama. Jangan tahunya jangan hanya Istana Maimun dan rumah Tjong Afie saja,” tandasnya. (map)

file/sumut pos WISMAN: Dua orang wisman naik becak bermotor keliling Kota Medan, beberapa waktu lalu. Di Medan, objek wisata gedung tua dinilai butuh perhatian.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Kota Medan yang menurun dari tahun ke tahun, dinilai bukan barometer atas buruknya kinerja Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Medan Banyak hal yang menjadi penyebab menurunnya kunjungan wisman.

“Turunnya wisatawan mancanegara ke kota Medan itu tidak bisa kita jadikan patokan turunnya kinerja Dinas Pariwisata. Terlalu ringan kita menilai kinerja Dinas Pariwisata kalau hanya sebatas angka masuknya wisatawan mancanegara ke Kota Medan. Sedangkan faktor penyebabnya itu ada banyak, dan bukan barometer buruknya kinerja mereka,” ucap Sekretaris Daerah (Sekda) kota Medan, Wiriya Alrahman kepada Sumut Pos, Jumat (19/7).

Penyebab menurunnya jumlah wisman, menurutnya, mulai dari situasi politik, harga tiket pesawat yang mahal, dan faktor-faktor lainnya. “Dari dulu juga wisman menjadikan Medan itu hanya tempat transit saja. Tujuan mereka ke Danau Toba, Berastagi, Bahorok, dan wilayah-wilayah lainnya. Kota Medan jarang jadi destinasi utama. Apalagi sekarang bandara tidak di Medan lagi,” jelasnya.

Justru, lanjutnya, setelah Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan Kota Medan dipisah menjadi dua dinas, kinerja kedua dinas semakin baik. “Kedua dinas menjadi lebih fokus melaksanakan tugas masing-masing,” terangnya.

Ditanyai hal yang menjadikan faktor penilaian naiknya kinerja Dispar kota Medan, kata Wiriya, yakni seringnya Dispar Kota Medan menggelar event-event sebagai salah satu bentuk promosi Kota Medan ke luar daerah bahkan ke luar negeri. “Lihat, Dispar rutin menggelar event. Ini langkah baik yang harus kita apresiasi,” tuturnya.

Sedangkan kinerja Dinas Kebudayaan, kata dia, saat ini semakin konsen dengan tugasnya. “Disbud juga punya kinerja yang baik,” katanya.

Terkait bangunan atau gedung-gedung tua di Kota Medan yang dinilai kurang terurus, Wiriya menyebutkan, Disbud Medan sedang berusaha merevitalisasi. “Tentu gedung-gedung milik pemerintah, bukan perorangan. Untuk perorangan yang menjadi pemilik bangunan-bangunan tua, kami mengimbau agar mau merevitalisasi bagunan tua yang mereka miliki,” tutupnya.

Komisi III: Event Jadi Barometer?

Menanggapi Sekda, Ketua Komisi III DPRD Medan, Boydo HK Panjaitan, mengatakan jika turunnya jumlah wisman ke Kota Medan tidak bisa dijadikan barometer turunnya kinerja Dinas Pariwisata, maka banyaknya event-event yang digelar Dispar juga tidak bisa dijadikan barometer meningkatnya kinerja dinas itu.

“Kenapa tidak bisa dijadikan patokan? Setidaknya bisa jadi salahsatu bukti nyata bahwa memang ada penurunan, walau mungkin hanya di satu sisi. Tetapi ‘kan tetap harus dibenahi? Kalau penurunan wisman tidak bisa dijadikan barometer turunnya kinerja Dispar, maka jumlah event juga tidak bisa dijadikan patokan naiknya kinerja,” ucap Boydo.

Menurut Boydo, banyak event yang digelar tidak menghasilkan banyak perubahan bagi kunjungan wisman ke kota Medan. “Justru rata-rata event-event itu hanya sekedar seremonial yang sifatnya menghabiskan anggaran. Hasilnya tidak begitu berdampak,” ujar Boydo.

Begitupun dengan gedung-gedung tua di Kota Medan, lanjut Boydo, seharusnya dirawat dan segera direvitalisasi agar terus lestari dan bernilai jual tinggi bagi wisman. “Walau cuma transit, tapi kalau gedung-gedung tua di Kota Medan terawat, turis-turis asing bisa tinggal lebih lama. Jangan tahunya jangan hanya Istana Maimun dan rumah Tjong Afie saja,” tandasnya. (map)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/