Teror Bom Buku Merebak
JAKARTA-Buku bom yang dikirim ke tokoh Jaringan Islam Liberal Ulil Abshar Abdala di Kantor Utan Kayu dan Kalakhar BNN Gories Mere serta untuk Ketua Pemuda Pancasila (PP) Yapto S Soeryosumarno diyakini tak hanya satu. Kapolda Metro Jaya Irjen Sutarman menjelaskan, polisi saat ini mencari bom buku lainnya. “Kami duga lebih dari tiga,” kata Sutarman saat dihubungi tadi malam (15/3).
Mantan Kapolda Jatim itu meminta warga ibu kota tidak panik. “Kalau menemukan paket mencurigakan, siapa pun agar segera melaporkan ke polisi terdekat,” katanya. Seluruh petugas intelijen Polda Metro Jaya sekarang berada di lapangan untuk mengumpulkan informasi dan mendeteksi penyebaran buku bom itu.
Sutarman menjelaskan, bahan baku bom itu dari potassium chlorat. “Kategorinya termasuk low exsplosive, tapi berbahaya,” katanya. Rangkaian itu juga menggunakan firing device atau pemicu berupa baterai handphone.
Secara terpisah, seorang penyidik di lingkungan antiteror Polri menjelaskan, bom buku yang meledak di Utan Kayu termasuk kategori bom picu. “Logika peledakannya seperti bom termos dulu di Poso. Jadi, harus diangkat trigger-nya dulu bukan dengan timer,” katanya.
Bom termos kondang dirangkai oleh Upik Lawanga (belum tertangkap) dan meledak setelah termos diangkat.
Itu berarti bom buku tersebut belum akan meledak jika tidak dibuka secara paksa. “Karena itu, kita sangat sedih Mas Dodi (Kompol Dodi, korban) melakukan inisiatif itu,” katanya.
Meski berjenis low explosive, bom itu juga bersifat combustif atau membakar. “Jarak efektifnya tidak lebih dari dua meter. Ditujukan untuk personal,” jelasnya.
Mencoba mengurai bom itu tanpa alat pengaman sangat berbahaya. “Apalagi ada air, itu justru bisa memicu korsleting arus dan ledakan,” tambahnya.
Serangan bom seperti ini lazim digunakan gerakan terorisme di berbagai negara. “Tidak hanya teroris Islam garis keras, tapi juga teroris Eropa dan pemberontak Irlandia jago sekali membuat semacam ini,” katanya.
Di bom buku itu juga tidak ditemukan adanya benda lain semacam paku atau gotri sebagaimana aliran rangkaian bom Dr Azhari. “Merangkai bom seperti ini memang tidak sulit. Bahkan, ada panduannya di internet. Artinya, kelompoknya sangat luas,” tuturnya.
Karena bersifat personal, bom-bom seperti ini bisa dibuat dalam waktu singkat dan bermotif pribadi. “Tidak harus ada pelatihan khusus,” kata perwira yang pernah berdinas di Polda DI Jogjakarta itu.
Paket bom buku ternyata juga diterima kantor Badan Narkotika Nasional (BNN). Bingkisan bom yang serupa dengan paket di Utan Kayu, ditujukan untuk Kepala BNN Goris Merre. “Tim Gegana Polri sudah menangani paket tersebut. Tapi untuk detilnya saya tidak tahu,” kata Humas BNN, Krisna Anggara, tadi malam. “Paket berhasil diledakkan tim Gegana,” kata Kapolda Metro Jaya Irjen (Pol) Sutarman dalam acara dialog di Metro TV.
Sementara pukul 21.00 WIB, bom lain dikirimkan untuk Ketua Pemuda Pancasila (PP) Yapto S Soeryosumarno. “Bentuknya seperti buku,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Baharudin Djafar.
Penemuan bom itu dilaporkan Yapto sekitar pukul 21.00 WIB , Selasa (15/3) malam ke Polda Metro Jaya. Petugas segera datang dan menjinakkan bom itu.
“Bagaimana isi bom itu, apakah sama materinya kita belum tahu. Bom itu sudah diamankan tim Jihandak,” tutur Baharudin. Polisi belum bisa mengidentifikasi apakah pelaku bom ini satu rangkaian. Polisi masih melakukan penyelidikan. “Kita masih telusuri,” tuturnya.
Di bagian lain, Menko Polhukam Djoko Suyanto meminta Polri dan BIN segera bergerak untuk mengungkap pelaku pengeboman jahat itu. Kasus serupa pernah terjadi pada 2001.
“Kasus paket bom ini terjadi dua kali, dulu pada 2001. Paket bom buku ini kedua,” ujar Djoko dalam jumpa pers di Kantor Menko Polhukam semalam.
Mantan panglima TNI itu meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap sesuatu yang mencurigakan. “Kita belum bisa menentukan apa motifnya dan apa tujuannya. Bukti di lapangan segera dikumpulkan dan metode-metode untuk mencari siapa di balik pelaku teror ini,” katanya.
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutanto menilai pengusutan kasus teror bom untuk Ulil Abshar Abdala tidak mudah diungkap. Sulit diprediksi kelompok mana yang melakukan aksi teror bom. “Penanganan teror yang sifatnya individu enggak mudah,” kata mantan Kapolri ini.
Dia menjelaskan, kalau kelompok atau organisasi tertentu yang melakukannya dan sudah ada komunikasi tertentu, itu bisa dilacak. “Kalau pelakunya perorangan akan sulit diketahui,” jelasnya.
Di tempat yang sama, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Inspektur Jenderal (pur) Ansyaad Mbai mengatakan, pelaku bom Utan Kayu jelas teroris. “Pelaku itu membutuhkan keahlian khusus. Lihat saja, begitu rapi. Pasti punya organisasi. Ada yang mengantar, ada yang merakit. Ada juga yang membungkus itu jadi paket dan mengantarnya. Ini semua membutuhkan perencanaan, jam berapa kamu antar, caranya mengantar bagaimana, dan sebagainya,” ujar Ansyaad.
Pola pengiriman bom secara personal ini telah menjadi tren internasional. Mantan kepala desk antiteror itu pun menjelaskan, kasus serupa terjadi di Inggris, Italia, dan Amerika. Kantor Kanselir Jerman Angela Merkel pun pernah dikirimi paket bom.
Ansyaad mengatakan, targetnya tidak harus kepala negara atau pejabat pemerintah, tetapi siapa pun yang dipandang menghambat pencapaian kelompok tersebut.
“Kalian juga sudah tahu kan siapa yang dianggap menghambat itu adalah musuh dan darahnya halal” Kalian ingat kan serangan atau target terhadap Ulil bukan yang pertama walau ada pernyataan bahwa selama menjabat di parpol, ini yang pertama. Bahkan, pada 2004 sempat ada fatwa bahwa darah Ulil halal,” katanya. (rdl/c2/kum/jpnn)