PEMERINTAH Tiongkok telah mengeluarkan kebijakan karantina terhadap 15 wilayah di Provinsi Hubei. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mencatat, ada 243 warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di daerah tersebut.
Mereka tersebar di Wuhan, Xianjing, Huangshi, Jingzhou, Xianyang, Enshi, dan Shiyan Menurut Plt Juru Bicara Kemenlu Teuku Faizasyah, semua WNI sehat. Tidak ada yang terjangkit virus korona.
Faiza menuturkan, pemerintah melalui Kedutaan Besar RI di Beijing sedang mengupayakan bantuan logistik untuk WNI di daerah karantina. Pihaknya masih melakukan koordinasi mengenai mekanisme penyaluran bantuan. Faiza mengakui bahwa isolasi membuat logistik menjadi barang langka. Sebab, seluruh penduduk di 15 wilayah itu tidak boleh keluar dari daerah masing-masing. Begitu pula sebaliknya, masyarakat dari luar dilarang mengunjungi daerah karantina, kecuali ada kepentingan khusus.
Dia mengatakan, Indonesia ingin mengevakuasi WNI yang berada di daerah karantina. Hal yang sama diinginkan oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Australia. Namun, semua bergantung pemerintah Tiongkok. “Pada 26 Januari, kami telah melakukan video conference dengan Kemenkes, KBRI Beijing, KJRI Shanghai, KJRI Guangzhou, KJRI Hongkong, dan KDEI (Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia) Taipei untuk membahas langkah-langkah koordinasi dengan otoritas RRT (Republik Rakyat Tiongkok) mengenai evakuasi WNI,” paparnya.
Direktur Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia Kemenlu Judha Nugraha mengatakan, jika kondisi di lapangan memungkinkan, pemerintah segera melakukan evakuasi. Para WNI itu akan dipindahkan ke daerah lain yang lebih aman di dalam Tiongkok maupun ke negara lain.
Di bagian lain, Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok Cabang Wuhan Nur Musyafak mengatakan, akses transportasi dari maupun menuju Wuhan masih ditutup untuk sementara. Baik bus, kereta, maupun pesawat. Musyafak membenarkan bahwa kebutuhan logistik di Wuhan menipis. “Kami sudah menghubungi beliau-beliau (KBRI Beijing dan Kemenlu, Red) agar segera dipenuhi,” ucapnya melalui voice note kemarin.
Meski demikian, dia memastikan, tidak ada laporan WNI di Wuhan terjangkit virus korona. Jumlah mahasiswa dan WNI di Wuhan 95 orang. Rata-rata mahasiswa tinggal di asrama dan selalu terpantau pihak kampus. Hampir seluruh kampus di Wuhan melakukan tindakan pencegahan. Misalnya, memberikan masker, sabun cair, dan termometer gratis kepada para mahasiswa.
“Kami selalu berkoordinasi dengan KBRI Beijing. Direktorat Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri juga tergabung dalam grup Wechat untuk memudahkan komunikasi,” kata Musyafak.
Travel Warning ke Hubei
Sementara, pemerintah resmi mengeluarkan travel warning ke Provinsi Hubei, Tiongkok. Travel warning ini diterapkan sampai wilayah tersebut dinyatakan aman dikunjungi. “Betul travel warning ke Provinsi Hubei termasuk ibu kotanya Wuhan. Tidak ada batasan waktu penerapannya, setidaknya sampai ada keterangan resmi pihak RRT yang menghentikan isolasi di sana dan juga menyatakan wilayah tersebut telah aman untuk dikunjungi,” kata Plt Jubir Kemlu, Faizasyah, Selasa (28/1).
Sedangkan untuk wilayah Tiongkok yang lain, kata Faizasyah, statusnya masih travel advisory. Kemlu mengimbau semua pihak agar selalu waspada dan memantau terus situasi tempat yang dituju. “Untuk wilayah lain di RRT yang disampaikan saat ini lebih sebagai travel advisory agar mereka yang merencanakan bepergian meningkatkan kehati-hatian dan memonitor perkembangan kondisi di tempat yang akan dituju, antara lain melalui aplikasi Safe Travel,” ujar dia.
Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi menjelaskan, pemerintah berpatokan dengan World Health Organizationý (WHO) untuk mengeluarkan travel warning. ”Patokannya adalah rekomendasi WHO. Nanti kalau WHO sudah merekomendasikan sesuatu, baru kami bersama Menkes dan Menlu akan membahas tentang kemungkinan-kemungkinan lain,” ujar Budi Karya di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (28/1).
Sementara Kota Wuhan, Tiongkok juga menurut Budi sudah diisolasi. Tidak ada warga yang berkunjung ke sana. Sebaliknya masyarakat di kota Wuhan juga untuk sementara tetap tinggal dan tidak untuk bepergian. “Karena itu kita tidak ke Wuhan, dan Wuhan juga tidak ke Indonesia,” katanya.
Budi menambahkan, pemerintah juga terus menjaga agar virus korona tidak menyebar ke Indonesia. Antisipasinya adalah menjaga pintu masuk dan keluar bandara dengan menggunakan alat pengukur suhu tubuh. “Saya sudah tugaskan untuk menjaga agar masuknya warga itu dijaga dengan baik, dengan indikator thermal,” ungkapnya.
Diketahui, dilansir dari situs resmi World Health Organizationý (WHO), virus korona merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti MERS dan SARS. Berdasarkan informasi, virus korona biasa ditemukan pada banyak spesies hewan seperti unta dan kelelawar. Namun virus korona yang menginfeksi hewan dapat berevolusi untuk menyerang manusia dan membuat orang sakit.
Sebelumnya diberitakan, jumlah korban tewas akibat virus Corona dilaporkan semakin bertambah. Sedikitnya 106 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 4 ribu kasus virus corona sedang ditangani di berbagai wilayah Tiongkok.
Seperti dilansir Channel News Asia, Selasa (28/1), Komisi Kesehatan Provinsi Hubei, yang menjadi pusat wabah virus corona, menyatakan 24 pasien lainnya meninggal akibat virus yang memiliki nama resmi 2019 Novel Coronavirus atau 2019-nCoV tersebut. Data ini disampaikan per Selasa (28/1) waktu setempat.
Ditambahkan juga bahwa 1.291 kasus baru tercatat di wilayah Tiongkok, sehingga jumlah kasus virus corona melonjak di atas angka 4 ribu kasus saat ini. Televisi nasional Tiongkok, China Global Television Network (CGTN), melaporkan total ada 4.275 kasus virus corona yang terkonfirmasi di berbagai wilayah Tiongkok. CGTN melaporkan total 106 orang tewas akibat virus corona di Cina saat ini. Dua korban tewas di antaranya ada di kota Beijing dan Shanghai.
Siapkan 100 Rumah Sakit
Juru Bicara Kepresidenan Bidang Sosial, Angkie Yudistia ýmengatakan pemerintah memastikan langkah terbaik untuk mencegah adanya penyebaran virus penyakit apapun. Hal itu guna menjamin masyarakat agar dapat beraktivitas tanpa rasa takut.
Pemerintah juga telah menyiapkan 100 rumah sakit di 31 provinsi di Indonesia guna menanggani virus korona tersebut. “Kini pemerintah telah menyiapkan 100 rumah sakit di 31 provinsi di Indonesia, tiga rumah sakit rujukan nasional di Jakarta dengan fasilitas memadai sebagai rujukan penyakit corona jenis baru,” ýujar Angkie dalam keterangan tertulis yang diterima JawaPos.com, Selasa (28/1).
Selain itu, Angkie mengatakan, sejumlah laboratorium juga telah disiapkan pemerintah untuk mengetahui bahwa orang tersebut terkena Virus Korona atau tidak. “Pemerintah juga menyiapan sejumlah laboraturium bio medis dan lima laboraturium regional yang memiliki fasilitas konfirmasi virus korona,” katanya.
Pemerintah saat ini tengah memperketat pemeriksaan di semua akses masuk bandara yang memiliki rute penerbangan internasional termasuk domestik, untuk pencegahan sedini mungkin. Angkie mencontohkan, di Bandara Soekarno Hatta, telah diaktifkan alat pemindai suhu tubuh untuk mendeteksi gejala virus corona. “Pemerintah juga meningkatkan sarana pencegahan virus di 19 daerah penerima kedatangan wisatawan langsung dari Tiongkok,” katanya.
Istana mengimbau seluruh masyakat dapat beraktifitas dengan tenang dan tetap memerhatikan kesehatan serta kebersihan sebagai mitigasi dini atas semua potensi penyakit yang bisa datang kapan saja. “Kepada masyarakat, untuk tetap tenang dan mengikuti perkembangan situasi melalui saluran informasi yang kredibel dan sumbernya dapat dipertanggunjawabkan,” ungkapnya.
Diketahui, dilansir dari situs resmi World Health Organizationý (WHO), virus korona merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti MERS dan SARS. Berdasarkan informasi, virus korona biasa ditemukan pada banyak spesies hewan seperti unta dan kelelawar. Namun Virus Korona yang menginfeksi hewan dapat berevolusi untuk menyerang manusia dan membuat orang sakit. (jpc/dtc)