Dr Andreas Prasadja RPSGT, Mengobati Penyakit dengan Mengintip Tidur
Kesehatan tidur tak jarang dianggap sepele oleh mayoritas warga Indonesia. Padahal, penyakit kronis, kecelakaan fatal, hingga sulit berkonsentrasi sering berawal dari tidur yang terganggu. Itulah yang menyemangati dr Andreas Prasadja RPSGT untuk menekuni “ilmu langka” kesehatan tidur.
M. Hilmi Setiawan, Jakarta
LAYAKNYA dokter pada umumnya, Andreas bekerja dengan dilengkapi sebuah laboratorium. Tapi, karena bergerak dalam bidang kesehatan tidur, laboratorium dokter yang bekerja di RS Mitra Kemayoran, Jakarta, itu berbeda dari “markas kerja” dokter lainnya.
Jangan dibayangkan laboratorium milik Andreas itu seperti lab medis pada umumnya. Yakni, dilengkapi dinding kaca, peralatan USG, hingga aneka tabung kaca untuk menyimpan sampel darah. Kondisi ruangan lab milik Andreas jauh dari deskripsi itu. Tidak ada monitor yang mengeluarkan bunyi tit, tit, tit. Tidak ada pula tabung oksigen dan infus yang slangnya menjulur ke tubuh pasien.
Sebaliknya, lab tempat kerja dokter kelahiran Jakarta, 16 Mei 1975, itu mirip kamar hotel berbintang empat. Saat masuk ke laboratorium tersebut, terasa semburan AC yang cukup dingin. Dindingnya dibalut wallpaper dengan warna dominan cokelat muda. Laboratorium itu juga dilengkapi televisi, sofa, serta kamar mandi.
Isi utama laboratorium tersebut adalah tempat tidur empuk dengan ukuran sekitar 100 x 200 cmn
“Kerja saya adalah mengintip pasien saat tidur. Jadi, laboratoriumnya harus senyaman mungkin,” papar Andreas.
Dokter pengintip tidur. Itulah julukan bagi Andreas yang diberikan rekan-rekan kerjanya. Suami Kristanti Madona tersebut menuturkan, mengatasi gangguan kesehatan tidur hanya bisa dilakukan dengan mengamati tidur pasien.
Entah dengan sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, Andreas harus mengintip tidur pasiennya. Jika pasien terjaga, upayanya mengetahui kesehatan tidur pasien buyar seketika.
Menurut dia, mayoritas warga Indonesia sangat meremehkan kesehatan tidur. “Padahal, dampaknya sangat berbahaya,” terang ayah Chiara Monica, 6, dan Patricius Kiano, 2, itu.
Salah satu dampak gangguan kesehatan tidur yang cukup fatal adalah kecelakaan lalu lintas. Dia menyatakan, berdasar catatan kepolisian selama arus mudik Lebaran lalu, terjadi ribuan kecelakaan. Nah, di antara jumlah tersebut, sekitar 8.000 kecelakaan terjadi karena pengendara mengantuk. “Sering juga dikatakan human eror,” ujarnya.
Lulusan Sleep Medicine and Technology The University of Sydney itu menjelaskan, gangguan kesehatan tidur atau sleep disorder cukup beragam. Yang paling dominan dan dianggap remeh adalah sleep apnea atau berhentinya napas saat tidur. Gejala gangguan itu yang sangat lazim adalah mendengkur atau ngorok.
Menurut Andreas, mendengkur memang sangat remeh. Apalagi, yang bersangkutan tidak menyadari apakah dirinya masuk kategori pendengkur atau tidak. Seseorang baru tahu dirinya mendengkur ketika tidur dengan orang lain. “Misalnya, sudah berkeluarga atau anak-anak yang masih tidur dengan orang tuanya,” katanya.
Pria yang menyelesaikan pendidikan dokter umum di Unika Atmajaya pada 2002 itu menuturkan, fenomena mendengkur cukup berbahaya. Sebab, ketika mendengkur, pernapasan seseorang terganggu. Selama mendengkur, perjalanan oksigen yang masuk ke tubuh bisa tersendat-sendat, bahkan bisa terhenti total untuk beberapa saat.
Andreas menuturkan, ketika pernapasan seseorang terganggu karena mendengkur, kinerja organ-organ penting di dalam tubuh juga terganggu. Mulai paru-paru, jantung, hingga ginjal. “Karena terganggu, kinerjanya tidak normal,” jelas anggota American Academy of Sleep Medicine tersebut.
Jika terus bekerja dengan keadaan tidak normal dalam waktu lama, paru-paru, jantung, hingga ginjal akan limbung. Akibatnya, muncul gangguan gagal ginjal, gagal jantung, hingga penyakit paru kronis. Nah, sebelum organ-organ vital tersebut aus karena bekerja dalam keadaan tidak normal, orang-orang yang ditemukan tidur dengan mendengkur harus memeriksakan diri.
Di situlah peran Andreas sebagai dokter tukang intip tidur berjalan. Orang atau pasien dengan tidur mendengkur yang berobat ke Andreas langsung mendapat perawatan khusus. Pasien itu lantas dibawa ke laboratorium tempat kerja Andreas. Di dalam laboratorium tersebut, pasien diminta berbaring rileks di kasur empuk yang sudah disediakan.
Di samping kasur itu, Andreas memasang alat dengan beberapa lubang colokan dengan diameter seukuran butiran kedelai. Lubang-lubang tersebut menjadi semacam terminal puluhan kabel yang akan dipasang ke pasien. Kabel-kabel itu dipasang mulai ujung kepala hingga ujung kaki. “Tempelan kabel yang paling banyak di daerah kepala,” jelasnya.
Dia menuturkan, kabel-kabel tersebut dijadikan alat untuk mengintip pasien ketika tidur pulas. Sempat muncul pertanyaan, apakah pasien bisa tidur nyenyak ketika harus terbaring dengan puluhan kabel yang salah satu ujungnya menempel di tubuh” “Saya pernah menjumpai pasien yang baru dipasang beberapa kabel sudah tertidur pulas,” ungkapnya.
Pasien tersebut menderita hipersomnia. Menurut dia, kantuk berlebihan juga merupakan salah satu wujud gangguan kesehatan tidur lainnya. Hipersomnia bisa fatal jika dipadu dengan sleep apnea. “Bisa dibayangkan, orang napasnya terganggu dalam waktu (tidur, Red) yang lama,” tuturnya.
Dia menuturkan, titik-titik penempelan kabel tersebut digunakan untuk mengintip titik khusus. Misalnya, kabel yang ditempel beberapa sentimeter di atas mata digunakan untuk merekam atau mengintip pergerakan bola mata selama pasien terlelap.
Kabel yang menempel di kepala digunakan untuk merekam gelombang peredaran darah di kepala. “Begitu seterusnya hingga kabel yang tertempel di kaki. Gunanya untuk merekam aktivitas pergerakan kaki selama tidur,” terang Andreas.
Aktivitas atau gerakan seluruh organ dalam dan bagian tubuh pasien selama tidur direkam melalui kabel lalu ditampilkan di monitor di luar laboratorium. Paginya, Andreas langsung menganalisis hasil intipan itu.
Dia menjelaskan, setiap gerakan organ dan bagian tubuh pasien menerangkan risiko penyakit tertentu. Misalnya, jika selama tidur suplai oksigen yang masuk ke tubuh kurang, bisa diduga pasien itu masih merasa lemas dan lesu setiap bangun tidur. “Padahal, jika tidurnya sehat, saat bangun, badan terasa segar. Fresh,” tegas pria yang pernah berguru ke Colin Sullivan, ahli kesehatan tidur asal Australia, tersebut.
Yang lebih berbahaya adalah jika hasil mengintip itu menunjukkan aktivitas jantung yang cukup keras selama pasien tidur. Akibatnya, sirkulasi darah ke tubuh tidak normal. Dampak lainnya, pasien rentan mengalami gagal jantung. Dampak kinerja jantung yang berlebihan itu juga bisa merangsang orang untuk kencing.
Kondisi sering kencing tersebut bisa mengakibatkan dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh. Kunci utama untuk menghilangkan berbagai gangguan kesehatan tidur adalah mengurangi mendengkur. “Kalau bisa dibuang total,” tegasnya.
Menurut Andreas, orang mendengkur karena berbagai faktor. Di antaranya, ada penyempitan di kerongkongan bagian atas oleh amandel. Jika itu terjadi, jalan satu-satunya untuk mengatasi adalah lewat operasi.
Tapi, kata dia, secara fisik, orang ras Asia sangat berpeluang untuk mendengkur, meski tidak tersumbat amandel. Dia menjelaskan, rahang orang ras Asia cenderung sempit. Jika tidur dalam keadaan telentang, sangat mungkin mereka mendengkur.
Andreas mengungkapkan, selama ini muncul pendapat bahwa hanya orang-orang gendut yang berpotensi mendengkur saat tidur. Dia menegaskan bahwa itu tidak benar. “Ada pasien saya yang peragawati dan tubuhnya tidak gendut. Tapi, dia juga mendengkur,” ujarnya.
Pasien Andreas lainnya adalah orang yang sering bertabrakan. Setelah tidurnya diintip, ternyata orang itu sering mengigau. Menurut dia, jika terlalu sering mengigau, setelah bangun, orang tersebut tidak memiliki konsentrasi yang kuat.
Dia mengungkapkan, tidak semua gangguan mendengkur harus berujung pada tindakan operasi. Di tempat kerja Andreas, pasien diberi pilihan untuk mengatasi dengkuran dengan sebuah alat yang disebut Continuous Positive Airway Pressure (CPAP).
Alat semacam masker itu akan mengalirkan udara ke mulut pasien. Alat tersebut dipasang sebelum pasien tidur. Dengan memanfaatkan aliran udara itu, saluran rongga pernapasan bisa terjaga untuk tetap terbuka. “Saya dapat informasi, Oprah (Oprah Winfrey, Red) juga menggunakan CPAP selama tidur,” jelasnya.
Dia berharap ke depan masyarakat Indonesia bisa lebih care terhadap kesehatan tidur. Salah satu yang membuat masyarakat kurang memperhatikan kesehatan tidur adalah masih jarangnya dokter yang berfokus mengatasi gangguan tidur. (*/c5/iro/jpnn)