26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Hasil Rapid Test Positif, 2 Warga Nias Diisolasi, Bupati Nias Masih Tunggu Hasil Laboratorium

KONFERENSI PERS: Bupati Nias, sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Nias, Drs Sokhiatulo Laoli MM didampingi Arosokhi Waruwu SH MH, Sekda Kabupaten Nias Drs F Yanus Larosa MAP, dan unsur forkopimda, saat menggelar konferensi pers terkait warga Nias diisolasi di RSUD Gunungsitoli, terduga reaktif Covid-19 (versi rappid test).
KONFERENSI PERS: Bupati Nias, sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Nias, Drs Sokhiatulo Laoli MM didampingi Arosokhi Waruwu SH MH, Sekda Kabupaten Nias Drs F Yanus Larosa MAP, dan unsur forkopimda, saat menggelar konferensi pers terkait warga Nias diisolasi di RSUD Gunungsitoli, terduga reaktif Covid-19 (versi rappid test).

NIAS, SUMUTPOS.CO – Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (Covid-19) Kabupaten Nias telah mengirimkan dua sampel swab warga Desa Tagaule Kecamatan Bawolato Kabupaten Nias ke laboratorium Rumah Sakit Umum Adam Malik, Medan untuk dilakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Langkah itu dilakukan untuk memastikan status kedua warga Nias yang kini diisolasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli.

Demikian disampaikan Bupati Nias, sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Nias, Drs Sokhiatulo Laoli MM, pada konferensi persnya di lobi kantor Bupati Nias, Selasa (12/5). “Memang dari hasil rappid test dianggap sementara kedua orang itu reaktif, sementara yang lima orang negatif. Untuk memastikan gugus tugas telah mengirim sampel Swap untuk tes PCR di RS Adam Malik Medan,” ujar Sokhiatulo.

Diketahui, ke-7 warga Desa Tagaule, Kecamatan Bawolato, Kabupaten Nias itu menjalani rappid test setelah satu orang lainnya yang masih satu keluarga meninggal dunia secara mendadak, Sabtu (9/5).

“Meskipun kedua orang itu hasil rappis test menunjukan rektif Covid-19, tidak serta merta keduanya dikategorikan terpapar virus corona. Kita tunggu saja hasil pemerikansaan Swab dan tes PCR, 5 sampai 7 hari kedepan sudah bisa diketahui,” terangnya.

Selain reaktif covid-19, satu keluarga yang berjumlah tujuh orang itu, dari hasil diagnosa positif demam berdarah. Namun karena hasil rappid test dua orang menunjukan reaktif Covid-19 sehingga gugus tugas Kabupaten Nias tetap melakukan prosedur layaknya penanganan pasien Covid-19.

Menurut Sokhiatulo membeberkan, beberapa alasan masih diragukan kedua orang itu reaktif Covid-19, antara lain, dilihat dari riwayat satu keluarga ini belum pernah melakukan kontak dengan orang yang diduga terpapar. Begitu juga dari data penyebaran Covid-19 di wilayah Kabupaten Nias, baik yang orang tanpa gangguan (OTG), orang dalam pengawasan (ODP) maupun yang pasien dalam pengawasan (PDP) di daerah itu belum ada, dan dari diagnosa dokter yang sudah pasti adalah penyakit demam berdarah (DBD) atau penyakit malaria.

Kemudian, gejala yang dialami oleh satu keluarga yang berjumlah tujuh orang itu dan satu orang lainnya yang sudah meninggal tidak menunjukan gejala positif Covid-19 seperti batuk, sesak nafas, flu, demam tinggi. Sementara gejala yang dialami oleh ketujuh orang itu hanya demam, mual dan muntah.

Selanjutnya, dari pengalaman di beberapa daerah lain, hasil rappid test positif Covid-19, namun setelah dilakukan pemeriksaan Swap dan Polymerase Chain Reaction (PCR) ternyata hasilnya negatif.

“Namun demikian tetap kita tangani dengan baik, telah menugaskan para dokter dan paramedis untuk meneliti kedua orang itu secara khusus sesuai dengan prosedur pemeriksaan Covid-19 atau Virus Corona,” bebernya.

“Intinya hasil rappid test yang menunjukan positif tidak serta merta seseorang bisa divonis positif terpapar Covid-19. Kita tunggu saja hasil pemerikansaan swab dan PCR, 5 sampai 7 hari ke depan sudah bisa diketahui,” tambahnya. (adl/azw)

KONFERENSI PERS: Bupati Nias, sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Nias, Drs Sokhiatulo Laoli MM didampingi Arosokhi Waruwu SH MH, Sekda Kabupaten Nias Drs F Yanus Larosa MAP, dan unsur forkopimda, saat menggelar konferensi pers terkait warga Nias diisolasi di RSUD Gunungsitoli, terduga reaktif Covid-19 (versi rappid test).
KONFERENSI PERS: Bupati Nias, sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Nias, Drs Sokhiatulo Laoli MM didampingi Arosokhi Waruwu SH MH, Sekda Kabupaten Nias Drs F Yanus Larosa MAP, dan unsur forkopimda, saat menggelar konferensi pers terkait warga Nias diisolasi di RSUD Gunungsitoli, terduga reaktif Covid-19 (versi rappid test).

NIAS, SUMUTPOS.CO – Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (Covid-19) Kabupaten Nias telah mengirimkan dua sampel swab warga Desa Tagaule Kecamatan Bawolato Kabupaten Nias ke laboratorium Rumah Sakit Umum Adam Malik, Medan untuk dilakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Langkah itu dilakukan untuk memastikan status kedua warga Nias yang kini diisolasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli.

Demikian disampaikan Bupati Nias, sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Nias, Drs Sokhiatulo Laoli MM, pada konferensi persnya di lobi kantor Bupati Nias, Selasa (12/5). “Memang dari hasil rappid test dianggap sementara kedua orang itu reaktif, sementara yang lima orang negatif. Untuk memastikan gugus tugas telah mengirim sampel Swap untuk tes PCR di RS Adam Malik Medan,” ujar Sokhiatulo.

Diketahui, ke-7 warga Desa Tagaule, Kecamatan Bawolato, Kabupaten Nias itu menjalani rappid test setelah satu orang lainnya yang masih satu keluarga meninggal dunia secara mendadak, Sabtu (9/5).

“Meskipun kedua orang itu hasil rappis test menunjukan rektif Covid-19, tidak serta merta keduanya dikategorikan terpapar virus corona. Kita tunggu saja hasil pemerikansaan Swab dan tes PCR, 5 sampai 7 hari kedepan sudah bisa diketahui,” terangnya.

Selain reaktif covid-19, satu keluarga yang berjumlah tujuh orang itu, dari hasil diagnosa positif demam berdarah. Namun karena hasil rappid test dua orang menunjukan reaktif Covid-19 sehingga gugus tugas Kabupaten Nias tetap melakukan prosedur layaknya penanganan pasien Covid-19.

Menurut Sokhiatulo membeberkan, beberapa alasan masih diragukan kedua orang itu reaktif Covid-19, antara lain, dilihat dari riwayat satu keluarga ini belum pernah melakukan kontak dengan orang yang diduga terpapar. Begitu juga dari data penyebaran Covid-19 di wilayah Kabupaten Nias, baik yang orang tanpa gangguan (OTG), orang dalam pengawasan (ODP) maupun yang pasien dalam pengawasan (PDP) di daerah itu belum ada, dan dari diagnosa dokter yang sudah pasti adalah penyakit demam berdarah (DBD) atau penyakit malaria.

Kemudian, gejala yang dialami oleh satu keluarga yang berjumlah tujuh orang itu dan satu orang lainnya yang sudah meninggal tidak menunjukan gejala positif Covid-19 seperti batuk, sesak nafas, flu, demam tinggi. Sementara gejala yang dialami oleh ketujuh orang itu hanya demam, mual dan muntah.

Selanjutnya, dari pengalaman di beberapa daerah lain, hasil rappid test positif Covid-19, namun setelah dilakukan pemeriksaan Swap dan Polymerase Chain Reaction (PCR) ternyata hasilnya negatif.

“Namun demikian tetap kita tangani dengan baik, telah menugaskan para dokter dan paramedis untuk meneliti kedua orang itu secara khusus sesuai dengan prosedur pemeriksaan Covid-19 atau Virus Corona,” bebernya.

“Intinya hasil rappid test yang menunjukan positif tidak serta merta seseorang bisa divonis positif terpapar Covid-19. Kita tunggu saja hasil pemerikansaan swab dan PCR, 5 sampai 7 hari ke depan sudah bisa diketahui,” tambahnya. (adl/azw)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/