Puncak Perayaan 150 Tahun HKBP
JAKARTA-Pembangunan bangsa Indonesia hendaknya tidak memandang agama, suku, ras ataupun latar belakang. Pembangunan yang mengikusertakan semua golongan masih belum terlalu terasa realisasinya sehingga perlu ditingkatkan lagi di masa mendatang.
Itulah pandangan Pimpinan Tertinggi (Ephorus) HKBP Pdt DR Bonar Napitupulu saat menyampaikan kata sam butan puncak perayaan 150 Tahun HKBP di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, petang tadi. Perayaan dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Rombongan Presiden dan Ibu Negara diisi pula Ketua MPR Taufik Kiemas, Menteri Agama Suryadharma Alie, Seskab Dipo Alam, Mensesneg Sudi Silalahi, Menteri Perhubungan EE Mangindaan, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, serta mantan Ibu Negara Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid.
“HKBP rindu pembangunan bangsa itu agar tak ada lagi orang Jawa, Batak, Padang, Cina tapi semua harus jadi orang-orang Indonesia,” lugas Bonar Napitupulu di podium yang letaknya tak jauh dari SBY duduk sebagai tamu kehormatan di tribun VVIP GBK.
Menurut Bonar, pembangunan yang inklusif itu sudah sering disarankan oleh para tokoh lintas agama dalam beberapa pertemuan dengan Presiden. Dia mengakui bahwa pemerintahan SBY mencintai pluralisme dan penuh toleransi pada kaum minoritas. Tapi itu tidak cukup tanpa pengikutsertaan elemen bangsa yang lebih luas dalam pembangunan NKRI.
“Saya titipkan seluruh jemaat di seantero bangsa untuk diayomi, dipimpin dan diikutsertakan dalam pembangunan negara dalam sektor formal maupun non-formal. Agar dapat hidup di setiap jengkal negara ini sebagai tumpah darahnya dengan tanpa dibeda-bedakan,” tuturnya.
Sikap anti diskriminasi, lanjut Bonar juga harus diikuti semua elemen pemerintahan agar kehidupan dalam harmoni kerukunan dan saling mengasihi terwujud dalam clean government dan ketaatan pada hukum.
Dengan kerendahan hati Ephorus mengingatkan bahwa suku Batak sudah menyumbangkan begitu banyak perjuangan demi kemerdekaan RI. Putra-putri Batak pun sudah banyak yang berkiprah secara positif dalam pemerintahan maupun langsung di tengah masyarakat.
Presiden SBY yang menyampaikan pidato kenegaraannya setelah Ephorus, menegaskan bahwa karakter bangsa harus dilandasi nilai-nilai agama yang benar.
“Saya hargai sikap dan pandangan hidup jemaat HKBP yang penuh toleransi,” kata Presiden.
Dia mengatakan bahwa pemerintah tak henti-henti mendorong keharmonisan semua lapisan masyarakat, dan tidak cuma lewat upaya dialog saja. SBY mengajak HKBP terlibat dalam pembangunan bangsa yang lebih berkualitas sembari merefleksikan kasih Tuhan dalam sikap dan pandangan hidup sehari-hari.
“Saya ajak keluarga besar HKBP memperkuat budaya toleransi dan menjauhi kekerasan. Memperbaharui semangat pengharapan, refleksikan kasih Tuhan. Motivasi pembaruan iman dan solidaritas sebagai cermin kasih Tuhan. Saya ajak bersama pemerintah tingkatkan kualitas kehidupan rakyat,” tutur SBY.
Perayaan nasional Jubileum 150 tahun HKBP di Jakarta dihadiri sekitar 90 ribu jemaat dari seluruh Indonesia dan perwakilan dari luar negeri. Sebelumnya, rangkaian perayaan per wilayah sudah dilakukan di beberapa kota besar seperti Tarutung, Medan, Pekanbaru, Surabaya, dan Balikpapan pada Oktober lalu.
HKBP lahir pada 7 Oktober 1861. Gereja ini memiliki 4,5 juta jiwa jemaat dengan jumlah gereja hampir 3.300 buah tersebar di hampir seluruh Nusantara dan sebagian di luar negeri seperti di Singapura, Malaysia dan Amerika Serikat. Oleh karena itu HKBP menyandang predikat gereja terbesar di Asia Tenggara. (ald/net/rm/jpnn)