ISLAMABAD – Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Pakistan memburuk pasca-serangan salah sasaran NATO terhadap pos pemeriksaan militer di perbatasan Afghanistan pada 26 November lalu. Pemerintahan Presiden Asif Ali Zardari merevisi berbagai bentuk kerjasama Pakistan dan AS. Termasuk, kerjasama dalam bidang militer.
Kemarin (6/12), atas permintaan Pakistan, militer AS mengosongkan Pangkalan Udara Shamsi dan kemudian mengevakuasi seluruh personelnya dari sana. Konon, batas waktu pengosongan dan evakuasi akan berakhir pada 11 Desember mendatang.
Selama ini, pangkalan yang terletak di Provinsi Baluchistan itu dikenal sebagai markas rahasia CIA dalam memerangi Taliban dan Al Qaeda di sisi barat laut Pakistan.
“Kami hanya menjalankan permintaan (dari pemerintah Pakistan),” kata Duta Besar AS untuk Pakistan Cameron Munter dalam wawancara di Kota Islamabad.
Secara terpisah, salah seorang pejabat senior pemerintah Pakistan membenarkan informasi tersebut. Menurut dia, proses evakuasi sedang berlangsung dan militer AS akan segera mengosongkan pangkalan itu sebelum batas waktu berakhir.
Bersamaan dengan evakuasi itu, Pakistan memblokade akses suplai NATO ke Afghanistan di sepanjang perbatasan dua negara. Sebagian personel militer Pakistan di sepanjang perbatasan juga ditarik ke ibukota.
“Mereka kami panggil untuk keperluan konsultasi dan akan bertugas kembali dalam waktu dekat,” kata Jubir Militer Pakistan Mayjen Athar Abbas.
Sejak serangan salah sasaran NATO yang merenggut nyawa 24 serdadu Pakistan pada 26 November lalu, Islamabad terkesan berupaya menjaga jarak dengan Washington.
Selain tak mau terlibat dalam investigasi yang digagas AS untuk menyelidiki serangan maut NATO itu, Zardari juga menarik diri dari konferensi internasional tentang Afghanistan yang kini sedang berlangsung di Kota Bonn, Jerman. (afp/ap/hep/dwi/jpnn)