28.7 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Akhyar: Kerja Tahunan Merdang Merdem Masuk Agenda HUT Kota Medan

BERSAMA: Calon Wali Kota Medan, Ir Akhyar Nasution bersama seniman Karo. (Ist)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Elyas Sembiring, seniman Medan yang menetap di Tembung, Selasa 1 Desember 2020, sengaja menemui calon Wali Kota Medan, Ir Akhyar Nasution saat berlangsung temu ramah dengan seniman di Warung Kopi Bersama, Jalan Melati Raya Simpang Pemda, Medan Selayang.

Elyas sengaja hadir di acara itu untuk menyampaikan usulannya tentang pengembangan budaya Karo di Kota Medan. “Saya melihat Pak Akhyar ini sangat dekat dengan budaya Karo, maka itu saya meminta dia memperhatikan budaya Karo,” kata Elyas.

Kedekatan Akhyar dengan budaya Karo itu tampak dari acara debat pertama kandidat Wali Kota Medan, di mana Akhyar tampil menggunakan uis gara, selendang segitiga bermotif tenun Karo yang dibalut di punggung.

“Ketika Pak Akhyar menggunakan uis gara itu, orang Karo pasti sangat bangga,” kata Elyas.

Elyas mengaku, berdasarkan sejarah yang dipahaminya, pendiri Kota Medan adalah orang karo, yaitu Guru Patimpus. Namun masyarakat Kota Medan, menurutnya, banyak yang kurang paham sejarah itu. Budaya Karo juga kurang popular di kota ini. Budaya Karo hanya terkenal di masyarakat etnis Karo.

Maka itu, Elyas berharap tradisi dan budaya Karo itu setidaknya bisa dipopulerkan di Kota Medan melalui kegiatan budaya yang dikomandoi oleh Pemerintah Kota Medan.

Salah satunya, kata Elyas, adalah tradisi Merdang Merdem. Dulunya budaya Merdang Merdem ini merupakan perayaan tahunan sebagai ungkapan kegembiraan setelah panen padi. Di era modern ini, budaya itu kerap ditampilkan di acara rakyat yang dimeriahkan dengan gendang guro-guro aron, semacam acara tari tradisional Karo yang melibatkan pasangan muda-mudi.

“Masyarakat Karo berharap budaya Merdang Merdem ini bisa lebih banyak diselenggrakan di Medan,” kata Elyas.

Menanggapi usulan Elyas itu, Akhyar Nasution langsung memberi sambutan positif. “Saya tentu akan memberi perhatian bagi budaya lokal di Medan ini, termasuk Karo. Apalagi saya sudah ditabalkan marga Tarigan,” kata Akhyar.

Adapun budaya Merdang Merdem, menurut Akhyar, sudah menjadi agenda tahunan Pemko Medan. Bahkan, ia pernah menghadiri acara Kerja Tahun Merdang Merdem Kota Medan yang digelar di halaman Medan Club tahun lalu.

“Saya hadir waktu itu di mana budaya Merdang Merdem termasuk yang ditonjolkan pada acara itu. Pada peringatan Hari Jadi ke-429 Kota Medan, budaya Merdang Merdem juga ditampilkan,” ungkap Akhyar.

Ke depan, Akhyar punya mimpi, jika terpilih pada Pilkada 9 Dersember 2020, ia akan mengedepankan budaya local sebagai wajah kota Medan sehingga lebih menarik minat para wisatawan. Dengan menonjolkan budaya local, keberadaan seniman juga akan lebih diberdayakan.

“Keberadaan seniman Kota Medan ini pasti akan saya support. Dalam membangun Medan, kita tidak hanya membangun fisik, tapi juga membangun budaya, sebab itulah budaya kita tidak boleh hilang. Sehebat apapun kita, kalau sudah duduk di jambur, itu yang punya kuasa penatua adat. Itu yang harus kita jaga. Saya tidak main main, karena saya cenderung membangun dengan pendekatan budaya,” ujarnya.

Sehubungan dengan itu, Akhyar berharap, pertemuan dengan para seniman Kota Medan dapat memperkokoh dan meneguhkan kebersamaan. “Jabatan nanti hanya 3,5 tahun. Makanya saya akan menyusun program prioritas, di mana kegiatan budaya akan masuk di dalamnya,” ujar Akhyar. (*)

BERSAMA: Calon Wali Kota Medan, Ir Akhyar Nasution bersama seniman Karo. (Ist)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Elyas Sembiring, seniman Medan yang menetap di Tembung, Selasa 1 Desember 2020, sengaja menemui calon Wali Kota Medan, Ir Akhyar Nasution saat berlangsung temu ramah dengan seniman di Warung Kopi Bersama, Jalan Melati Raya Simpang Pemda, Medan Selayang.

Elyas sengaja hadir di acara itu untuk menyampaikan usulannya tentang pengembangan budaya Karo di Kota Medan. “Saya melihat Pak Akhyar ini sangat dekat dengan budaya Karo, maka itu saya meminta dia memperhatikan budaya Karo,” kata Elyas.

Kedekatan Akhyar dengan budaya Karo itu tampak dari acara debat pertama kandidat Wali Kota Medan, di mana Akhyar tampil menggunakan uis gara, selendang segitiga bermotif tenun Karo yang dibalut di punggung.

“Ketika Pak Akhyar menggunakan uis gara itu, orang Karo pasti sangat bangga,” kata Elyas.

Elyas mengaku, berdasarkan sejarah yang dipahaminya, pendiri Kota Medan adalah orang karo, yaitu Guru Patimpus. Namun masyarakat Kota Medan, menurutnya, banyak yang kurang paham sejarah itu. Budaya Karo juga kurang popular di kota ini. Budaya Karo hanya terkenal di masyarakat etnis Karo.

Maka itu, Elyas berharap tradisi dan budaya Karo itu setidaknya bisa dipopulerkan di Kota Medan melalui kegiatan budaya yang dikomandoi oleh Pemerintah Kota Medan.

Salah satunya, kata Elyas, adalah tradisi Merdang Merdem. Dulunya budaya Merdang Merdem ini merupakan perayaan tahunan sebagai ungkapan kegembiraan setelah panen padi. Di era modern ini, budaya itu kerap ditampilkan di acara rakyat yang dimeriahkan dengan gendang guro-guro aron, semacam acara tari tradisional Karo yang melibatkan pasangan muda-mudi.

“Masyarakat Karo berharap budaya Merdang Merdem ini bisa lebih banyak diselenggrakan di Medan,” kata Elyas.

Menanggapi usulan Elyas itu, Akhyar Nasution langsung memberi sambutan positif. “Saya tentu akan memberi perhatian bagi budaya lokal di Medan ini, termasuk Karo. Apalagi saya sudah ditabalkan marga Tarigan,” kata Akhyar.

Adapun budaya Merdang Merdem, menurut Akhyar, sudah menjadi agenda tahunan Pemko Medan. Bahkan, ia pernah menghadiri acara Kerja Tahun Merdang Merdem Kota Medan yang digelar di halaman Medan Club tahun lalu.

“Saya hadir waktu itu di mana budaya Merdang Merdem termasuk yang ditonjolkan pada acara itu. Pada peringatan Hari Jadi ke-429 Kota Medan, budaya Merdang Merdem juga ditampilkan,” ungkap Akhyar.

Ke depan, Akhyar punya mimpi, jika terpilih pada Pilkada 9 Dersember 2020, ia akan mengedepankan budaya local sebagai wajah kota Medan sehingga lebih menarik minat para wisatawan. Dengan menonjolkan budaya local, keberadaan seniman juga akan lebih diberdayakan.

“Keberadaan seniman Kota Medan ini pasti akan saya support. Dalam membangun Medan, kita tidak hanya membangun fisik, tapi juga membangun budaya, sebab itulah budaya kita tidak boleh hilang. Sehebat apapun kita, kalau sudah duduk di jambur, itu yang punya kuasa penatua adat. Itu yang harus kita jaga. Saya tidak main main, karena saya cenderung membangun dengan pendekatan budaya,” ujarnya.

Sehubungan dengan itu, Akhyar berharap, pertemuan dengan para seniman Kota Medan dapat memperkokoh dan meneguhkan kebersamaan. “Jabatan nanti hanya 3,5 tahun. Makanya saya akan menyusun program prioritas, di mana kegiatan budaya akan masuk di dalamnya,” ujar Akhyar. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/