29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Dosmar Sebut Tanam Cabai & Tomat Tak Menguntungkan, Petani Humbahas Tersinggung

HUMBAHAS, SUMUTPOS.CO – Masyarakat petani di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), mengaku tersinggung kepada petahana Calon Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor, atas ucapannya yang menyebutkan bercocok tanam cabe dan tomat kurang menguntungkan. Hal tersebut disampaikannya pada acara debat publik yang digelar KPU Humbahas pada 29 November 2020 lalu, dan disiarkan oleh TVRI.

TUNJUKKAN: Para petani Lintong Nihuta saat menunjukkan hasil panen dari bercocok tanam cabai dan tomat, Kamis (3/12).DEDY EFFENDI SIMBOLON/SUMUT POS.
TUNJUKKAN: Para petani Lintong Nihuta saat menunjukkan hasil panen dari bercocok tanam cabai dan tomat, Kamis (3/12).DEDY EFFENDI SIMBOLON/SUMUT POS.

Ketersinggungan ini, disampaikan seorang petani, Manuharto Sinaga, Rabu (2/12) lalu. “Kami merasa tersinggung terhadap ucapan calon tunggal Bupati Humbahas, Dosmar Banjarnahor. Dia bilang bercocok tanam cabai dan tomat tidak menguntungkan. Dia malah menyebutkan, bercocok tanam jagung dan kentang lebih menguntungkan,” ungkap Manuharto di Doloksanggul.

Menurut Manuharto, pernyataan Dosmar itu sangat keliru dan mengecewakan masyarakat petani. Karena penyataan tersebut, bertolak belakang dengan keadaan petani yang mengandalkan bercocok tanam tomat dan cabe sebagai pemasukan keluarga.

Pria berumur 46 tahun ini, juga mengatakan, bercocok tanam cabai dan tomat, sudah dilakukan secara turun temurun.

“Banyak petani di Lintongnihuta, bahkan di Humbahas, secara umum mengandalkan tanaman cabai dan tomat. Kami bisa menyekolahkan anak hingga sarjana juga dari kedua tanaman itu. Bukan dari jagung dan kentang yang disebutnya,” tegas Manuharto lagi.

Manuharto juga mengungkapkan, hasil panen cabai dan tomat juga meningkatkan taraf hidup para petani secara umum, meskipun kerap didera harga yang cendrung fluktuatif.

“Banyak teman petani mampu membeli kendaran roda 2. Bahkan tidak jarang petani memiliki kendaraan roda 4 dari hasil kedua komoditi tadi. Taraf hidup petani naik dari kedua tanaman itu, tapi kenapa Dosmar menyebut sering merugi,” katanya kesal.

Dia juga kesal, merosotnya produk pertanian kopi Lintong yang sudah menjadi ikon dan mendunia, yang diprediksi anjlok hingga 30 persen.

“Ini fakta, kopi di Lintong Nihuta tidak pernah diregenerasi. Produk andalan yang sudah mendunia saja kurang diperhatikan. Justru cara seperti ini kami anggap sebagai pembohongan dan kami berharap para petani tidak terprovokasi dengan pernyataan itu,” beber Manuharto.

Tagor Sihombing, yang juga petani cabai dan tomat dari Desa Bonan Dolok, Kecamatan Lintong Nihuta, sependapat. Dan menyebut, anaknya meraih gelar sarjana dari pertanian cabai, tomat, dan kopi.

“Sepertinya dia tidak melakukan analisis terhadap ucapannya, yang menyebut tanaman kentang dan jagung lebih baik dari cabai, tomat, dan kopi. Bahkan justru disebutnya merugi. Kami lebih paham. Kami pelakunya, jadi jangan ciptakan preseden buruk bagi petani,” pungkasnya. (des/saz)

HUMBAHAS, SUMUTPOS.CO – Masyarakat petani di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), mengaku tersinggung kepada petahana Calon Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor, atas ucapannya yang menyebutkan bercocok tanam cabe dan tomat kurang menguntungkan. Hal tersebut disampaikannya pada acara debat publik yang digelar KPU Humbahas pada 29 November 2020 lalu, dan disiarkan oleh TVRI.

TUNJUKKAN: Para petani Lintong Nihuta saat menunjukkan hasil panen dari bercocok tanam cabai dan tomat, Kamis (3/12).DEDY EFFENDI SIMBOLON/SUMUT POS.
TUNJUKKAN: Para petani Lintong Nihuta saat menunjukkan hasil panen dari bercocok tanam cabai dan tomat, Kamis (3/12).DEDY EFFENDI SIMBOLON/SUMUT POS.

Ketersinggungan ini, disampaikan seorang petani, Manuharto Sinaga, Rabu (2/12) lalu. “Kami merasa tersinggung terhadap ucapan calon tunggal Bupati Humbahas, Dosmar Banjarnahor. Dia bilang bercocok tanam cabai dan tomat tidak menguntungkan. Dia malah menyebutkan, bercocok tanam jagung dan kentang lebih menguntungkan,” ungkap Manuharto di Doloksanggul.

Menurut Manuharto, pernyataan Dosmar itu sangat keliru dan mengecewakan masyarakat petani. Karena penyataan tersebut, bertolak belakang dengan keadaan petani yang mengandalkan bercocok tanam tomat dan cabe sebagai pemasukan keluarga.

Pria berumur 46 tahun ini, juga mengatakan, bercocok tanam cabai dan tomat, sudah dilakukan secara turun temurun.

“Banyak petani di Lintongnihuta, bahkan di Humbahas, secara umum mengandalkan tanaman cabai dan tomat. Kami bisa menyekolahkan anak hingga sarjana juga dari kedua tanaman itu. Bukan dari jagung dan kentang yang disebutnya,” tegas Manuharto lagi.

Manuharto juga mengungkapkan, hasil panen cabai dan tomat juga meningkatkan taraf hidup para petani secara umum, meskipun kerap didera harga yang cendrung fluktuatif.

“Banyak teman petani mampu membeli kendaran roda 2. Bahkan tidak jarang petani memiliki kendaraan roda 4 dari hasil kedua komoditi tadi. Taraf hidup petani naik dari kedua tanaman itu, tapi kenapa Dosmar menyebut sering merugi,” katanya kesal.

Dia juga kesal, merosotnya produk pertanian kopi Lintong yang sudah menjadi ikon dan mendunia, yang diprediksi anjlok hingga 30 persen.

“Ini fakta, kopi di Lintong Nihuta tidak pernah diregenerasi. Produk andalan yang sudah mendunia saja kurang diperhatikan. Justru cara seperti ini kami anggap sebagai pembohongan dan kami berharap para petani tidak terprovokasi dengan pernyataan itu,” beber Manuharto.

Tagor Sihombing, yang juga petani cabai dan tomat dari Desa Bonan Dolok, Kecamatan Lintong Nihuta, sependapat. Dan menyebut, anaknya meraih gelar sarjana dari pertanian cabai, tomat, dan kopi.

“Sepertinya dia tidak melakukan analisis terhadap ucapannya, yang menyebut tanaman kentang dan jagung lebih baik dari cabai, tomat, dan kopi. Bahkan justru disebutnya merugi. Kami lebih paham. Kami pelakunya, jadi jangan ciptakan preseden buruk bagi petani,” pungkasnya. (des/saz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/