Ibu Saya, Pengayom Saya
Dr Mahriyuni MHum adalah salah seorang sosok ibu mumpuni di Sumatera Utara. Sukses dalam karir dan sukses dalam membina keluarga.
SEBAGAI Aparatur Sipil Negara (ASN), ibu tangguh ini mampu menembus menjadi Sekretaris Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Sumut yang membina 210 perguruan tinggi dengan puluhan ribu dosen, pegawai dan mahasiswa.
Kepada Deddi Mulia Purba dari Sumut Pos, Dr Mahriyuni MHum di Medan, Selasa (22/12) berbagi cerita terkait Hari Ibu Tahun 2020 yang diperingati tiap tanggal 22 Desember tersebut.
Mahriyuni, ibu dari Khairil Hanan Lubis, Fikri Ramadhan Lubis dan Gauzan Akbar Lubis mengutarakan bahwa sejak kecil jiwa mendidik dan kepemimpinannya telah dirasakan sejak kecil oleh adik-adik dan teman.
”Saya mengkoordinir teman-teman dan adik-adik untuk bermain ‘sekolah-sekolahan’ yang sebagian berperan sebagai guru dan siswa,” kata istri Taufik Lubis tersebut.
Bakat pendidik ini terus dikembangkan saat kuliah di Program studi Pendidikan Bahasa Perancis di IKIP Negeri Medan. ”Akhirnya saya membaktikan diri menjadi dosen di FBS Unimed dari tahun 1990-2015 hingga pada tahun 2016 diberi jabatan sebagai Sekretaris LLDikti Sumut,” ujarnya.
Sesuai fungsi LLDikti untuk peningkatan mutu perguruan tinggi, lanjut Mahriyuni, berbagi ilmu dapat salurkan melalui fungsi pelayanan dan pembinaan untuk peningkatan layanan
internal dan peningkatan kinerja perguruan tinggi swasta di Sumut.
Apalagi ternyata Mahriyuni juga punya hobi bergabung dalam organisasi sosial, kemasyarakatan, melakukan bakti sosial serta komunikasi di berbagai kalangan tanpa memandang perbedaan agama, suku dan kelas sosial.
”Ketika bersekolah, Saya sudah terlibat dalam organisasi kesiswaan (OSIS), Pramuka, Mapala, dll. Ketika menjadi mahasiswa, Saya terlibat dalam organisasi HMS, HMI dan bendahara kelas,” jelas Mahriyuni.
Hobi ini berlanjut diantaranya sebagai anggota Dewan Pendidikan Sumut, anggota ISMI, anggota IWAPI, penasehat alumni dan anggota Reviewer DPT Dikti.
Mahriyuni juga menyukai wisata lingkungan (ekowisata) dengan pelestarian lingkungan dalam konteks dunia pendidikan untuk pengembangan wawasan dan konservasi alam dengan mengagumi flora dan fauna serta bentuk-bentuk manifestasi alam dan budaya masyarakat setempat. Misal, mengunjungi Tangkahan Langkat, Taman Nasional Komodo di NTT dan Raja Ampat di Papua.
”Saya juga menyenangi tempat edu wisata, program wisata dengan memadukan konsep pariwisata dengan nilai-nilai pendidikan terutama di sektor non-formal. Misal, Taman Nasional Burung Halimun Salak dan wisata seni tari di Bali.
Berbicara Hari Ibu, Mahriyuni juga menyebutkan bahwa sosok panutan utama secara internal adalah sang ibu. ”Ibu Saya, Pengayom Saya. Dengan kasih sayang memberi kemandirian dan semangat berjuang kepada kami sehingga kami bisa exist mengembangkan karir. Termasuk kemampuan ibu mendukung papa hingga sampai ke puncak karir beliau sebagai manager perusahaan Pertamina di Sumsel,” ucapnya.
Sedangkan sosok panutan eksternal adalah RA Kartini yang memperjuangkan kesetaraan gender, menginspirasi dan memotivasi kaum wanita Indonesia untuk berjuang dalam peran dan fungsi di sektor publik, swasta dan pemerintahan.
Apa makna Hari Ibu dalam masa Pandemi? Mahriyuni bilang masa pandemik membutuhkan nasehat, arahan untuk terus mengingatkan agar anggota keluarga dan masyarakat tetap mengikuti protokol kesehatan untuk meminimalisir terjadinya penyebaran virus covid 19.
”Nasehat, saran dan arahan tersebut sangat potensial jika diungkapkan oleh seorang ibu karena semua orang memiliki seorang ibu. Sehingga sangat relevan dengan slogan pemerintah ‘Ingat Pesan Ibu’ dalam Konteks 3M,” rinci sekretaris LLDikti Sumut tersebut.
Selain itu, lanjut Mahriyuni, peran pengawas/control anak-anak dan remaja lebih kepada peran dan fungsi seorang ibu.
Sebagai ASN, Mahriyuni menyebutkan eksistensi keberadaan diri sebagai wujud dari kesetaraan gender. ”Saya bangga memiliki kesempatan menduduki jabatan ini. Selama ini diduduki oleh kaum pria. Dengan
demikian saya memiliki network yang luas berada pada kelompok masyarakat di setiap lapisan,” sebutnya.
Namun ada juga duka yang dirasakan karena memiliki keterbatasan membagi waktu antara kebutuhan pribadi dengan
tugas layanan kepada masyarakat.
”Saya tetap berusaha membuat jadwal dengan konsensus bersama dengan keluarga sehingga tetap terjalin keharmonisan dalam berkeluarga,” ujarnya.
Pada kesempatan ini, Mahriyuni juga berbagi tips membagi waktu untuk kerja dan keluarga. Yakni memberikan pemahaman kepada anggota keluarga tentang sifat pekerjaan sehingga keluarga menyadari dan menerima keberadaan dirinya dalam menjalankan tugas di pemerintahan.
Kemudian selalu menjalin komunikasi rutin setiap hari terutama pada malam hari. Berbagi pengalaman terkait
permasalahan yang ada, capaian-capaian kerja, maupun cerita-cerita lucu yang menjadi
pembahasan obrolan keluarga baik melalui obrolan chat di whatsapp, telepon atau video call. Untuk kepentingan keluarga, Saya tidak pernah menutup akses untuk berkomunikasi kapan saja meskipun dalam waktu yang terbatas,” katanya.
Sekretaris LLDikti Sumut ini berharap akan semakin banyak kaum wanita yang memiliki kemampuan berkolaborasi setara dengan kaum pria baik di sektor swasta maupun pemerintahan.
”Keunggulan kaum wanita di sektor publik diharapkan terus menjadi inspirator dan motivator bagi anak-anaknya dengan tidak meninggalkan peran dirinya sebagai seorang ibu dan isteri,” harap Mahriyuni yang menerima anugerah Gelar Datuk Wijayamala tersebut.
Tokoh pendidikan kelahiran Tanjung Pinang pada 2 Juni 1964 ini
juga berharap adanya kesadaran dan kerelaan semua pihak untuk memberikan peluang dan kesempatan yang sama bagi kaum wanita untuk mengembangkan dirinya baik di sektor publik, swasta dan pemerintah. (dmp)