Pengelola TBM CellPower
Potensi Budaya dan Kemajuan Pendidikan Indonesia Perlu Perencanaan Strategis. Pasalnya, komunitas ASEAN 2015 sudah di ambang pintu. Untuk itu kita perlu mempersiapkan diri, terutama pembenahan dalam bidang pendidikan non formal serta perlu perencanaan strategis untuk pengembangan potensi budaya dan kemajuan pendidikan nonformal di Indonesia. Demikian dikatakan Andreas Peranginangin MSi, pengelola TBM CellPower Indonesia sepulang studi banding tiga negara ASEAN yaitu Malaysia, Thailand dan Singapura beberapa waktu yang lalu.
Thailand yang memiliki lembaga pendidikan nonformal yang disebut CLC (Community Learning Center) melakukan program OTOP (One Tambun One Product). Artinya, setiap daerah/provinsi harus memiliki satu produk yang dihasilkan pendidikan nonformal seperti PKBM sehingga produksi tersebut dapat menjadi sector aandalan meningkatkan taraf hidup, terutama pengelola TKBM. Kemudian, sebagian darik omunitas PKBM melakukan pemasarandomestik sampai ke mancanegara yang dibantu pemerintah.
Salah satu CLC yang dikunjungi terdapat di prorvinsi Songkla Thailand Selatan. Pusat kegiatan belajat mahasiswa) PKBM tersebut memperoduksi sangkar burung yang dipasarkan sampai ke mancanegara ini. PKBM di Indonesia memang telah merintis program kewirausawan dengan melaksanakan pelatihan, tetapi mutu pemasaran perlu ditingkatkan. Hal tersebut dilakukan tempat TBM CellPower Indonesia yaitu mengangkat potensi budaya local dengan membuat sebuah produk unggulan. Saat ini produk unggulan yang dibuat adalah kerajinan makramen yang dipasarkan di tingkat nasional dan internasional.
Malaysia memiliki p usat kebudayaan yang dikenal dengan KEMAS. Lembaga KEMAS melaksanakan kegiatan nonformal seperti PAUD dan pelatihan kecakapan hidup. Sedangkan Singapura yang tergolong lebih maju mengandalkan komunitas sebagai pengembangan sentra seni dan budaya.
Kedepannya, TBM CellPower Indonesia akan menjadi potensi budaya dan seni sampai pada bedah buku dan pameran. “Rencananya, kegiatan ‘Pekan Sejuta Buku’ akan diadakan Januari 2012,” ujar Andreas Peranginangin di ruang kerjanya. (rel/ndi)