25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Dunia Bosan Didikte AS

MOSKOW- Perdana Menteri (PM) Rusia Vladimir Putin terus menebar kebenciannya kepada pemerintah Amerika Serikat (AS). Kali ini, Putin menyebut AS berniat mendominasi negara-negara lain. Bahkan dicetuskan Putin, dunia sudah muak dan bosan menerima perintah-perintah dari Washington.

“Kadang-kadang bagi saya kelihatannya Amerika tidak memerlukan sekutu-sekutu, itu membutuhkan pengikut,” cetus Putin seperti dilansir kantor berita Reuters, Jumat (16/12).
Menurut dia, orang-orang bosan pendiktean atas satu negara. Rusia dulu pernah menginginkan menjadi sekutu AS. Namun, sekarang Putin mengaku tak bisa melihat adanya aliansi antara kedua Negara tersebut.

Putin menyebutkan invasi ke Irak sebagai contoh AS memaksakan kehendak politiknya pada sekutu-sekutunya. Dalam invasi itu, Washington memutuskan menyerang Irak dan kemudian memaksa sekutu-sekutunya untuk bergabung dalam perang tersebut. “Apakah itu aliansi? Apakah itu pembuatan keputusan bersama? Aliansi berarti diskusi, membuat keputusan bersama, menyusun agenda menyangkut ancaman-ancaman bersama dan cara-cara untuk mengatasinya,” katanya.

Selanjutnya, Putin menuding AS terlibat dalam pembunuhan mantan pemimpin Libya Muammar Kadhafi pada Oktober lalu. Karena selama ini AS terlalu berlebihan berpihak dan tebar kebencian terhadap Kadhafi.

Sementara itu, ketegangan hubungan AS dan Rusia kembali memuncak seiring dengan adanya Perang Teluk II di Irak pada 2003 dan Perang Georgia serta Osseatia Selatan pada 2008 lalu. Di samping itu, muncul pula revolusi di dunia Arab dan Perang Libya.

AS mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan Rusia dengan perjanjian kerja sama untuk Afghanistan, dialog North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan Rusia, serta dialog-dialog lainnya dalam bidang ekonomi serta pendidikan. Yang menjadi masalah dalam hubungan kedua negara besar ini sepertinya, sistem pertahanan misil NATO.

Namun Washington tampaknya gagal untuk meyakinkan Moskow, bahwa sistem pertahanan NATO itu tidak akan mengancam Negeri Beruang Merah. Presiden Rusia Dmitry Medvedev bahkan melakukan aksi perlawanan dengan mengaktifkan sistem radar yang sanggup mengawasi wilayah Eropa.

Seorang pengamat, Andrew Kuchins mengatakan, perbedaan pendapat yang dilontarkan oleh Rusia terhadap AS sangat berkaitan dengan kampanye pemilihan Presiden Rusia. Putin juga kerap menuding AS sebagai parasit dari perekonomian global. “Bila Putin menduduki kursi Presiden Rusia, hubungan AS dan Rusia hancur,” ucapnya.

Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton berharap AS bisa bekerja sama dengan Rusia untuk memecahkan sejumlah kasus di Timur Tengah. (bbs/jpnn)

MOSKOW- Perdana Menteri (PM) Rusia Vladimir Putin terus menebar kebenciannya kepada pemerintah Amerika Serikat (AS). Kali ini, Putin menyebut AS berniat mendominasi negara-negara lain. Bahkan dicetuskan Putin, dunia sudah muak dan bosan menerima perintah-perintah dari Washington.

“Kadang-kadang bagi saya kelihatannya Amerika tidak memerlukan sekutu-sekutu, itu membutuhkan pengikut,” cetus Putin seperti dilansir kantor berita Reuters, Jumat (16/12).
Menurut dia, orang-orang bosan pendiktean atas satu negara. Rusia dulu pernah menginginkan menjadi sekutu AS. Namun, sekarang Putin mengaku tak bisa melihat adanya aliansi antara kedua Negara tersebut.

Putin menyebutkan invasi ke Irak sebagai contoh AS memaksakan kehendak politiknya pada sekutu-sekutunya. Dalam invasi itu, Washington memutuskan menyerang Irak dan kemudian memaksa sekutu-sekutunya untuk bergabung dalam perang tersebut. “Apakah itu aliansi? Apakah itu pembuatan keputusan bersama? Aliansi berarti diskusi, membuat keputusan bersama, menyusun agenda menyangkut ancaman-ancaman bersama dan cara-cara untuk mengatasinya,” katanya.

Selanjutnya, Putin menuding AS terlibat dalam pembunuhan mantan pemimpin Libya Muammar Kadhafi pada Oktober lalu. Karena selama ini AS terlalu berlebihan berpihak dan tebar kebencian terhadap Kadhafi.

Sementara itu, ketegangan hubungan AS dan Rusia kembali memuncak seiring dengan adanya Perang Teluk II di Irak pada 2003 dan Perang Georgia serta Osseatia Selatan pada 2008 lalu. Di samping itu, muncul pula revolusi di dunia Arab dan Perang Libya.

AS mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan Rusia dengan perjanjian kerja sama untuk Afghanistan, dialog North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan Rusia, serta dialog-dialog lainnya dalam bidang ekonomi serta pendidikan. Yang menjadi masalah dalam hubungan kedua negara besar ini sepertinya, sistem pertahanan misil NATO.

Namun Washington tampaknya gagal untuk meyakinkan Moskow, bahwa sistem pertahanan NATO itu tidak akan mengancam Negeri Beruang Merah. Presiden Rusia Dmitry Medvedev bahkan melakukan aksi perlawanan dengan mengaktifkan sistem radar yang sanggup mengawasi wilayah Eropa.

Seorang pengamat, Andrew Kuchins mengatakan, perbedaan pendapat yang dilontarkan oleh Rusia terhadap AS sangat berkaitan dengan kampanye pemilihan Presiden Rusia. Putin juga kerap menuding AS sebagai parasit dari perekonomian global. “Bila Putin menduduki kursi Presiden Rusia, hubungan AS dan Rusia hancur,” ucapnya.

Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton berharap AS bisa bekerja sama dengan Rusia untuk memecahkan sejumlah kasus di Timur Tengah. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/