26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ternyata Orang Kristen Pernah Melarang Natal

TIDAK banyak yang tahu bahwa perayaan Natal yang dirayakan umat Kristen di dunia ini pernah dilarang selama beberapa dekade di Amerika oleh umatnya sendiri. Perang mengenai kontroversi Natal ini dimulai sejak abad ke 16-17 oleh golongan Puritan atau Kristen Protestan yang meyakini bahwa untuk menjadi religius maka seseorang membutuhkan aturan yang ketat, dan perayaan semacam Natal dianggap sebagai suatu hal yang penuh dosa.

Sebagaimana yang dikemukakan dalam buku Shocked by the Bible yang diterbitkan Thomas Nelson Inc. (2008), “Sungguh mengejutkan bagaimana pengikut Yesus Kristus di Amerika Serikat dan Inggris telah membantu hukum untuk menjadikan Natal sebagai suatu hal yang ilegal pada masa itu.

Mereka yakin bahwa perayaan Natal merupakan hinaan pada Tuhan karena dianggap berhubungan dengan paganisme kuno.” Kebanyakan orang Amerika pada masa kini tak menyadari bahwa Natal pernah dilarang di Boston dari tahun 1659-1681. Semua kegiatan Natal, termasuk menari, permainan Natal, nyanyian, perayaanyangramaidanterutamaminum-minumdilarangoleh Parlemen Inggris yang didominasi Puritan pada tahun 1644.

Menurut Once Upon a Gospel (Twenty-Third Publicationsm 2008), apa yang dilakukan orang Kristen pada masa itu cukup ekstrim. Natal dilarang di Boston, dan koloni Plymouth membuat perayaan Natal menjadi tindak pidana. Pohon Natal dan dekorasinya dianggap ritual pagan kudus, dan Puritan melarang makanan tradisional Natal seperti pai dan puding. Hukum Puritan bahkan mengharuskan toko dan bisnis tetap buka sepanjang Natal dan di malam Natal penduduk kota diminta keluar menyusuri jalanan sambil meneriakkan, “Tidak ada Natal, tidak ada natal!”.

Di Inggris, larangan untuk libur di saat Natal dicabut pada tahun 1660 ketika Charles II mengambil alih tahta. Namun kaum Puritan tetap ada di New England dan Natal tidak menjadi hari libur hingga tahun 1856. bahkan beberapa sekolah tetap mengadakan kegiatan belajar-mengajar pada tanggal 25 Desember hingga tahun 1870.

Meski perubahan terjadi secara bertahap, orang-orang terus mulai merayakan libur Natal hingga perayaan Natal menjadi seperti yang kita kenal saat ini, lengkap dengan semua aksesoris Natal dan dirayakan di seluruh dunia.

Apa yang terjadi pada masa itu tidak sepenuhnya salah meskipun melarang perayaan Natal merupakan suatu hal yang terlalu ekstrim untuk dilakukan. Karena bagaimanapun juga, esensi sejati dari Natal itu adalah Yesus sendiri. Jadi, di tengah perayaan Natal yang meriah, jangan pernah melupakan dan meninggalkan esensi sejati dari Natal itu sendiri, yaitu Yesus.(ic)

TIDAK banyak yang tahu bahwa perayaan Natal yang dirayakan umat Kristen di dunia ini pernah dilarang selama beberapa dekade di Amerika oleh umatnya sendiri. Perang mengenai kontroversi Natal ini dimulai sejak abad ke 16-17 oleh golongan Puritan atau Kristen Protestan yang meyakini bahwa untuk menjadi religius maka seseorang membutuhkan aturan yang ketat, dan perayaan semacam Natal dianggap sebagai suatu hal yang penuh dosa.

Sebagaimana yang dikemukakan dalam buku Shocked by the Bible yang diterbitkan Thomas Nelson Inc. (2008), “Sungguh mengejutkan bagaimana pengikut Yesus Kristus di Amerika Serikat dan Inggris telah membantu hukum untuk menjadikan Natal sebagai suatu hal yang ilegal pada masa itu.

Mereka yakin bahwa perayaan Natal merupakan hinaan pada Tuhan karena dianggap berhubungan dengan paganisme kuno.” Kebanyakan orang Amerika pada masa kini tak menyadari bahwa Natal pernah dilarang di Boston dari tahun 1659-1681. Semua kegiatan Natal, termasuk menari, permainan Natal, nyanyian, perayaanyangramaidanterutamaminum-minumdilarangoleh Parlemen Inggris yang didominasi Puritan pada tahun 1644.

Menurut Once Upon a Gospel (Twenty-Third Publicationsm 2008), apa yang dilakukan orang Kristen pada masa itu cukup ekstrim. Natal dilarang di Boston, dan koloni Plymouth membuat perayaan Natal menjadi tindak pidana. Pohon Natal dan dekorasinya dianggap ritual pagan kudus, dan Puritan melarang makanan tradisional Natal seperti pai dan puding. Hukum Puritan bahkan mengharuskan toko dan bisnis tetap buka sepanjang Natal dan di malam Natal penduduk kota diminta keluar menyusuri jalanan sambil meneriakkan, “Tidak ada Natal, tidak ada natal!”.

Di Inggris, larangan untuk libur di saat Natal dicabut pada tahun 1660 ketika Charles II mengambil alih tahta. Namun kaum Puritan tetap ada di New England dan Natal tidak menjadi hari libur hingga tahun 1856. bahkan beberapa sekolah tetap mengadakan kegiatan belajar-mengajar pada tanggal 25 Desember hingga tahun 1870.

Meski perubahan terjadi secara bertahap, orang-orang terus mulai merayakan libur Natal hingga perayaan Natal menjadi seperti yang kita kenal saat ini, lengkap dengan semua aksesoris Natal dan dirayakan di seluruh dunia.

Apa yang terjadi pada masa itu tidak sepenuhnya salah meskipun melarang perayaan Natal merupakan suatu hal yang terlalu ekstrim untuk dilakukan. Karena bagaimanapun juga, esensi sejati dari Natal itu adalah Yesus sendiri. Jadi, di tengah perayaan Natal yang meriah, jangan pernah melupakan dan meninggalkan esensi sejati dari Natal itu sendiri, yaitu Yesus.(ic)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/