JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Partai Golkar menjajaki koalisi dengan sejumlah partai besar, seperti Gerindra, NasDem, dan Demokrat, untuk Pilpres 2024. Penjajakan ini masih dalam tahap lobi antara petinggi partai.
Ketua Bidang Penghubung Antarlembaga Politik DPP Partai Golkar Firman Soebagyo mengatakan, tiga partai itu didirikan oleh politikus jebolan Golkar. Ia menyebut koalisi empat partai ini sebagai Koalisi Alumni Golkar.”Kalau empat partai bisa menyatakan siap semua, ini jadi salah satu kemungkinan alternatif yang dalam posisi lobi. Mungkin namanya Koalisi Alumni Golkar,” kata Firman.
Firman juga membuka peluang Golkar berkoalisi dengan sejumlah partai Islam, seperti PKS, PKB, dan PPP. Ia menyebut partainya selalu membuka ruang bagi partai lain untuk bekerja sama.
Golkar sudah mulai penjajakan membentuk koalisi demi mengusung Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto sebagai calon presiden di 2024. Mereka membutuhkan setidaknya 7,69 persen suara agar bisa mencalonkan Airlangga.”Golkar tinggal mencari partai koalisi karena modal dasarnya kita harus bisa memenuhi presidential treshold,” ujar Firman.
Saat ditanya soal sosok yang kayak mendampingi Airlangga, Firman tak menjawab gamblang. Namun, ia membuka peluang memasangkan Airlangga dengan Prabowo Subianto dari Gerindra atau Agus Harimurti Yudhoyono dari Demokrat.
“Nanti kita lihat, terbuka karena sekarang ini ke depan yang paling mendasar masalah ekonomi. Pascapandemi ini, masalah recovery ekonomi sangat berat. Namun, pertahanan dan keamanan juga bagian penting,” katanya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar, Dedi Mulyadi mengatakan, Airlangga Hartarto memiliki modal yang kuat dan cukup untuk mengikuti kontestasi Pilpres 2024. “Airlangga Hartarto punya dua modal penting sebagai presiden, dan itu yang akan kami upayakan untuk mengusung beliau. Komunikasi beliau dengan internal Golkar bagus, dengan partai lain juga sangat bagus. Ini modal pertama beliau,” kata Dedi.
Modal kedua, menurut Dedi, Airlangga memiliki kapasitas kepemimpinan yang memadai. Bahkan, Wakil Ketua Komisi IV DPR itu melanjutkan, kapasitas kepemimpinan Airlangga yang kini menjabat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu sangat diperlukan untuk memimpin negara.
“Prestasi beliau banyak. Beliau terbukti berhasil menjaga ekonomi nasional. Kepemimpinan beliau juga sudah teruji. Sebagai Menteri Perindustrian dan sekarang Menko Perekonomian, itu modal kuat untuk memimpin bangsa,” katanya.
Tak hanya menjabat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga juga dipercaya pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menakhodai Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN). Belum lama ini, Airlangga Hartarto juga ditunjuk sebagai Ketua Presidensi G20.
PAN Lebih dari 2 Calon
Sementara itu, Partai Amanat Nasional (PAN) mengusulkan jika Pilpres 2024 mendatang diikuti tiga pasangan calon. Sekjen PAN Eddy Soeparno mengatakan, dengan lebih dari dua pasangan, maka masyarakat mempunyai pilihan yang banyak untuk menentukan pemimpinnya selama lima tahun ke depan. “Alangkah baiknya jika diberikan ada kesempatan bagi pasangan lain, ibaratnya beli mie instan ada banyak brand. Banyak pilihan bisa mencicipi. Dengan lebih banyak pilihan akan semakin semarakan dan matangkan demokrasi kita,” ujar Eddy.
Eddy menuturkan, jika hanya ada dua pasangan calon. Maka dia menakutkan masyarakat tidak tertarik dengan calon yang maju di Pilpres 2024 mendatang. “Jangan sampai nanti terkungkung pada pilihan yang berhadap-hadapan hanya dua pasangan calon. Sehingga nanti masyarakat bahwa ini tidak menarik,” katanya.
Kata Eddy, lebih dari dua pasangan calon akan menekan angka golput. Karena masyarakat nantinya akan antusias mencoblos pasangan yang dipilihnya tersebut.
PDIP Jadi Nomor 1 Elektabilitas Parpol
Parameter Politik Indonesia melakukan survei terkait elektabilitas partai politik. Dalam survei tersebut PDIP menempati urutan pertama elektabilitas partai politik. Direktur Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno mengatakan elektabilitas PDIP sebesar 22,1 persen, disusul Partai Gerindra dengan elektabilitas sebesar 11,9 persen.
“Secara konsisten dari beberapa survei yang kita lakukan pada bulan Februari tahun ini, bulan Desember atau tahun-tahun sebelumnya yang kita lakukan PDIP tetap menempati sebagai partai politik yang paling puncak,” ujar Adi dalam rilis surveinya.
Adi menambakan posisi ketiga ada Partai Golkar dengan elektabilitas 10,8 persen, kemudian Partai Demokrat sebesar 8,4 persen, PKB sebesar 8,2 persen dan PKS sebesar 7,5 persen. “Ada temuan menarik terjadi peningkatan signifikan yang diperoleh Demokrat dan PKS. Kita menduga peningkatan elektabilitas Demokrat tidak terlepas dari isu kudeta politik yang terjadi beberapa waktu lalu. Termasuk PKS kemudian mempersonifikasi diri sebagai atau kelompok atau partai yang memperjuangkan kalangan Islam yang dimarjinalkan,” paparnya. (jpnn/cnn/bbs)