26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Guru Masa Kini Dituntut Bisa Buat Konten Digital yang Bertanggungjawab

ASAHAN, SUMUTPOS.CO—Guru memiliki tantangan untuk bisa mengoptimalisasikan dan mengembangkan potensi peserta didiknya menjadi lebih produktif dan konstruktif kearah yang lebih positif.

DIGITAL: Webinar Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, di Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara, 21 Juli 2021. (Ist)

Salah satunya, guru saat ini dituntut untuk dapat membuat, berkolaborasi, dan berbagi konten digital secara bertanggungjawab. Pendapat ini dikemukakan Dr Siti Nabilah, praktisi pendidikan saat menjadi pemateri dalam Webinar Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, di Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara pada 21 Juli 2021.

“Kompetensi literasi digital mencakup menyeleksi, mengakses, memahami, menganalisa, memverifikasi, mengevalusi, berpartisipasi, memproduksi, dan berkolaborasi,” katanya pada sesi Kecakapan Digital.

Siti menjelaskan literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital. Karakteristik generasi alpha mencakup, bergantung pada teknologi, akrab dengan internet, pola komunikasi terbuka, sangat aktif dalam media sosial, dan memiliki daya kreatifitas tinggi.

Memaparkan tema “Digital in the Classroom: Kemampuan Literasi Digital yang Wajib Dimiliki Guru Generasi Alpha”, Siti Nabilah juga menyebut beberapa manfaat literasi digital dalam pembelajaran. Antara lain menghemat waktu dan biaya, memeroleh informasi terkini, membuat keputusan yang tepat, serta belajar menjadi lebih cepat.

“Contoh kegiatan literasi digital di sekolah berupa penyediaan kelas virtual dan berkomunikasi dnegan warga sekolah menggunakan teknologi digital,” katanya.

Mengenai strategi mendampingi anak menggunakan teknologi digital, sebut dia, meliputi membuat kesepakatan dengan anak menggunakan gawai, menjalin komunikasi positif, mendampingi dan memantau aktivitas anak dalam menggunakan media sosial, serta menunjukan teladan yang baik dan positif.

“Kompetensi literasi digital yang perlu dimiliki guru ialah, manajemen informasi, kolaborasi, komunikasi dan berbagi pengetahuan dan etika, serta evaluasi dan penyelesaian masalah,” pungkasnya.

Di sesi Keamanan Digital, Wisnu Ponco selaku Master Mentor Kementerian Koperasi dan UMKM RI-RTIK, membahas privasi merupakan hak individu untuk menentukan apakah data pribadinya akan dikomunikasikan atau tidak pada pihak lain.

“Jenis-jenis data pribadi yang dilindungi meliputi data pribadi yang bersifat umum dan data pribadi bersifat spesifik. Data pribadi bersifat umum seperti, nama lengkap, agama, kewarganegaraan, jenis kelamin, dan data pribadi yang dikombinasikan untuk mengidentifikasi seseorang,” katanya mengangkat tema materi “Tips dan Trik Menjaga Keamanan Privasi Secara Digital”.

Data pribadi, lanjut dia, bersifat spesifik seperti data dan informasi kesehatan, data genetik, data biometrik, catatan kejahatan, data keuangan pribadi, data anak, dan data lain yang sesuai peraturan perundang-undangan.

Hal yang perlu dilakukan untuk menjaga data pribadi di media sosial, hemat dia, dengan cara tidak mengunggah data diri, cek email untuk melihat keamanan email melalui monitor.firefox.com, buat password yang kuat dan unik, cek kembali izin aplikasi, cek pengaturan privasi dan keamanan di google, cek pengaturan privasi di facebook, atur privasi di whatsapp, aktifkan verifikasi dua langkah di Whatsapp, serta autentikasi dua faktor pada Facebook dan Instagram.

“Dengan menjaga keamanan data diri di internet, akan mempersempit terjadinya tindak kejahatan di dunia digital,” tegasnya.

William Ramadhan, Ketua Program Studi Sistem Informasi di sesi Budaya Digital, memberikan materi bertajuk “Memahami Batasan Dalam Kebebasan Berekspresi di Dunia Digital”. Menurutnya, kebebasan berekspresi merupakan hak universal yang dapat dinikmati semua orang. Medsos, kata dia, sering kali menjadi tempat untuk mengeluarkan ekspresi dan pendapat.

“Sedikit banyaknya medsos juga memengaruhi perkembangan media di Tanah Air. Masyarakat diberikan kebebasan dalam menggunakan medsos, namun kebebasan ini bukan berarti tidak memiliki etika atau batasan-batasan penggunaannya,” ujarnya.

Hal yang harus dilakukan untuk itu antara lain, etika dalam berkomunikasi, menghindari penyebaran SARA, menghargai hasil karya orang lain, memastikan kebenaran berita, dan tidak mempublikasikan informasi pribadi.

“Kebebasan berekspresi dan berpendapat juga harus mengetahui adanya batasan dalam kebebasan tersebut yakni ada hak orang lain yang membatasi dan juga terdapat UU yang telah mengatur sedemikian rupa untuk menciptakan ruang publik yang sehat dan tetap kondusif, serta mengedepankan etika sehingga tidak memiliki peluang untuk melanggar UU ITE,” pungkasnya.

Adapun di sesi Etika Digital, Yessica Siagian, Dosen STMIK Royal Kisaran mengangkat tema “Peran dan Fungsi e-Market Dalam Mendukung Produk”.

Menurutnya, marketplace merupakan sebuah tempat yang mempertemukan antara penjual dan pembeli secara online. Marketplace memiliki kelebihan seperti lebih mudah memulai, tidak perlu memikirkan desain dan biaya pembuatan website, modal minimal, sistem sudah tersedia, serta tidak perlu strategi pemasaran.

“Kekurangan marketplace meliputi persaingan tajam karena memiliki banyak pilihan, margin laba terbatas, tidak memiliki kontrol atas promosi, kurang mendukung branding, dan pasar terbatas. Platform marketplace mencakup, shopee, tokopedia, bukalapak, blibli, lazada, dan JD.ID,” ungkapnya.

Peran dan fungsi e-Market dalam mendukung produk lokal, ujarnya, diantaranya bantu memasarkan produk, memberikan banyak promosi, transaksi aman, mudah digunakan, respon admin cepat, memberi edukasi lengkap, dan membantu ekspor produk.

“Keuntungan e-Market meliputi dapat menjangkau berbagai lapisan konsumen, melacak kegiatan penjualan yang sudah terjadi, menghemat biaya pemasaran, banyak pilihan dalam pemasaran, meningkatkan keuntungan, memudahkan pengelolaan, serta mendapat peluang yang lebih besar melalui komunitas,” katanya.

Webinar diakhiri Fahrunnisa Dhea, Influencer dengan Followers 10,6 ribu. Dhea menyimpulkan hasil webinar dari seluruh tema yang sudah diangkat para narasumber.

Sebagai keynote speaker, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi sebelumnya memberikan sambutan tujuan Literasi Digital agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing-masing oleh putra putri daerah melalui digital platform.

Diketahui, program ini bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang paham akan literasi digital lebih dalam dan menyikapi secara bijaksana dalam menggunakan digital platform di 77 kota/kabupaten area Sumatera II, mulai dari Aceh sampai Lampung dengan jumlah peserta sebanyak 600 orang di setiap kegiatan yang ditujukan kepada PNS, TNI/Polri, orangtua, pelajar, penggiat usaha, pendakwah dan sebagainya.

Empat kerangka digital yang diberikan dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic dan Digital Culture di mana masing-masing kerangka mempunyai beragam tema. (rel/dek)

ASAHAN, SUMUTPOS.CO—Guru memiliki tantangan untuk bisa mengoptimalisasikan dan mengembangkan potensi peserta didiknya menjadi lebih produktif dan konstruktif kearah yang lebih positif.

DIGITAL: Webinar Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, di Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara, 21 Juli 2021. (Ist)

Salah satunya, guru saat ini dituntut untuk dapat membuat, berkolaborasi, dan berbagi konten digital secara bertanggungjawab. Pendapat ini dikemukakan Dr Siti Nabilah, praktisi pendidikan saat menjadi pemateri dalam Webinar Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, di Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara pada 21 Juli 2021.

“Kompetensi literasi digital mencakup menyeleksi, mengakses, memahami, menganalisa, memverifikasi, mengevalusi, berpartisipasi, memproduksi, dan berkolaborasi,” katanya pada sesi Kecakapan Digital.

Siti menjelaskan literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital. Karakteristik generasi alpha mencakup, bergantung pada teknologi, akrab dengan internet, pola komunikasi terbuka, sangat aktif dalam media sosial, dan memiliki daya kreatifitas tinggi.

Memaparkan tema “Digital in the Classroom: Kemampuan Literasi Digital yang Wajib Dimiliki Guru Generasi Alpha”, Siti Nabilah juga menyebut beberapa manfaat literasi digital dalam pembelajaran. Antara lain menghemat waktu dan biaya, memeroleh informasi terkini, membuat keputusan yang tepat, serta belajar menjadi lebih cepat.

“Contoh kegiatan literasi digital di sekolah berupa penyediaan kelas virtual dan berkomunikasi dnegan warga sekolah menggunakan teknologi digital,” katanya.

Mengenai strategi mendampingi anak menggunakan teknologi digital, sebut dia, meliputi membuat kesepakatan dengan anak menggunakan gawai, menjalin komunikasi positif, mendampingi dan memantau aktivitas anak dalam menggunakan media sosial, serta menunjukan teladan yang baik dan positif.

“Kompetensi literasi digital yang perlu dimiliki guru ialah, manajemen informasi, kolaborasi, komunikasi dan berbagi pengetahuan dan etika, serta evaluasi dan penyelesaian masalah,” pungkasnya.

Di sesi Keamanan Digital, Wisnu Ponco selaku Master Mentor Kementerian Koperasi dan UMKM RI-RTIK, membahas privasi merupakan hak individu untuk menentukan apakah data pribadinya akan dikomunikasikan atau tidak pada pihak lain.

“Jenis-jenis data pribadi yang dilindungi meliputi data pribadi yang bersifat umum dan data pribadi bersifat spesifik. Data pribadi bersifat umum seperti, nama lengkap, agama, kewarganegaraan, jenis kelamin, dan data pribadi yang dikombinasikan untuk mengidentifikasi seseorang,” katanya mengangkat tema materi “Tips dan Trik Menjaga Keamanan Privasi Secara Digital”.

Data pribadi, lanjut dia, bersifat spesifik seperti data dan informasi kesehatan, data genetik, data biometrik, catatan kejahatan, data keuangan pribadi, data anak, dan data lain yang sesuai peraturan perundang-undangan.

Hal yang perlu dilakukan untuk menjaga data pribadi di media sosial, hemat dia, dengan cara tidak mengunggah data diri, cek email untuk melihat keamanan email melalui monitor.firefox.com, buat password yang kuat dan unik, cek kembali izin aplikasi, cek pengaturan privasi dan keamanan di google, cek pengaturan privasi di facebook, atur privasi di whatsapp, aktifkan verifikasi dua langkah di Whatsapp, serta autentikasi dua faktor pada Facebook dan Instagram.

“Dengan menjaga keamanan data diri di internet, akan mempersempit terjadinya tindak kejahatan di dunia digital,” tegasnya.

William Ramadhan, Ketua Program Studi Sistem Informasi di sesi Budaya Digital, memberikan materi bertajuk “Memahami Batasan Dalam Kebebasan Berekspresi di Dunia Digital”. Menurutnya, kebebasan berekspresi merupakan hak universal yang dapat dinikmati semua orang. Medsos, kata dia, sering kali menjadi tempat untuk mengeluarkan ekspresi dan pendapat.

“Sedikit banyaknya medsos juga memengaruhi perkembangan media di Tanah Air. Masyarakat diberikan kebebasan dalam menggunakan medsos, namun kebebasan ini bukan berarti tidak memiliki etika atau batasan-batasan penggunaannya,” ujarnya.

Hal yang harus dilakukan untuk itu antara lain, etika dalam berkomunikasi, menghindari penyebaran SARA, menghargai hasil karya orang lain, memastikan kebenaran berita, dan tidak mempublikasikan informasi pribadi.

“Kebebasan berekspresi dan berpendapat juga harus mengetahui adanya batasan dalam kebebasan tersebut yakni ada hak orang lain yang membatasi dan juga terdapat UU yang telah mengatur sedemikian rupa untuk menciptakan ruang publik yang sehat dan tetap kondusif, serta mengedepankan etika sehingga tidak memiliki peluang untuk melanggar UU ITE,” pungkasnya.

Adapun di sesi Etika Digital, Yessica Siagian, Dosen STMIK Royal Kisaran mengangkat tema “Peran dan Fungsi e-Market Dalam Mendukung Produk”.

Menurutnya, marketplace merupakan sebuah tempat yang mempertemukan antara penjual dan pembeli secara online. Marketplace memiliki kelebihan seperti lebih mudah memulai, tidak perlu memikirkan desain dan biaya pembuatan website, modal minimal, sistem sudah tersedia, serta tidak perlu strategi pemasaran.

“Kekurangan marketplace meliputi persaingan tajam karena memiliki banyak pilihan, margin laba terbatas, tidak memiliki kontrol atas promosi, kurang mendukung branding, dan pasar terbatas. Platform marketplace mencakup, shopee, tokopedia, bukalapak, blibli, lazada, dan JD.ID,” ungkapnya.

Peran dan fungsi e-Market dalam mendukung produk lokal, ujarnya, diantaranya bantu memasarkan produk, memberikan banyak promosi, transaksi aman, mudah digunakan, respon admin cepat, memberi edukasi lengkap, dan membantu ekspor produk.

“Keuntungan e-Market meliputi dapat menjangkau berbagai lapisan konsumen, melacak kegiatan penjualan yang sudah terjadi, menghemat biaya pemasaran, banyak pilihan dalam pemasaran, meningkatkan keuntungan, memudahkan pengelolaan, serta mendapat peluang yang lebih besar melalui komunitas,” katanya.

Webinar diakhiri Fahrunnisa Dhea, Influencer dengan Followers 10,6 ribu. Dhea menyimpulkan hasil webinar dari seluruh tema yang sudah diangkat para narasumber.

Sebagai keynote speaker, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi sebelumnya memberikan sambutan tujuan Literasi Digital agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing-masing oleh putra putri daerah melalui digital platform.

Diketahui, program ini bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang paham akan literasi digital lebih dalam dan menyikapi secara bijaksana dalam menggunakan digital platform di 77 kota/kabupaten area Sumatera II, mulai dari Aceh sampai Lampung dengan jumlah peserta sebanyak 600 orang di setiap kegiatan yang ditujukan kepada PNS, TNI/Polri, orangtua, pelajar, penggiat usaha, pendakwah dan sebagainya.

Empat kerangka digital yang diberikan dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic dan Digital Culture di mana masing-masing kerangka mempunyai beragam tema. (rel/dek)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/