26 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Murid SDN 28 Indrapura Bermain dengan Botol Pintar

Foto: Istimewa
Lilis Gusni, wali kelas 1V UPTD SDN 28 Indrapura, Kabupaten Batu Bara, berfoto bersama siswanya dalam permainan ‘Botol Pintar’ pada pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi mendongeng.

BATUBARA, SUMUTPOS.CO – Mendongeng, menjadi salahsatu kegemaran anak-anak di seluruh dunia. Kisah-kisahnya yang menarik dan sarat akan pesan-pesan moral, menjadi daya tarik tersendiri. Mendongeng menjadi salahsatu cara yang dipilih Lili Gusni, wali kelas 1V UPTD SDN 28 Indrapura, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, agar pembelajaran menarik minat siswa, dan siswa senang dan bahagia.

“Setelah sekian purnama belajar system daring (dalam jaringan, Red) efek pandemi Covid-19, akhirnya saya dapat kembali bertemu tatap muka dengan anak-anak didik sesuai SK Keputusan Bupati Batu Bara tanggal 1 September 2021. Tentu dengan protokol kesehatan secara ketat. Pada pertemuan pertama, anak-anak kelas IV yang saya bimbing masuk materi pelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar: menceritakan isi dongeng,” kata Lili Gusni, kepada Sumut Pos, kemarin.

Sedangkan kompetensi intinya adalah siswa mampu menyebutkan tokoh-tokoh dan sifat karakter tokoh dalam dongeng, serta menceritakan kembali isi dongeng.

“Agar pelajaran lebih menarik, saya membuat sebuah media pembelajaran yang saya beri nama ‘botol pintar’. Bahan-bahannya sederhana. Yakni kardus bekas, kertas karton warna hitam 1 kajang, kertas minyak warna kuning secukupnya, kertas origami, double tip, gunting, pisau carter, botol bekas ukuran sedang 6 unit, dan botol bekas ukuran besar 2 unit,” tutur salah satu fasilitator daerah Batubara Program Pintar Tanoto Foundation ini.

Selanjutnya, ia membimbing para siswa membuat ‘botol pintar’ dimaksud. Pertama, kardus dipotong lalu ditempel double tip. Setelah itu dilapisin karton dan susun hingga rapi. Kemudian botol bekas ukuran sedang dipotong kira-kira 6 cm, dan dilapisin dengan kertas minyak. Demikian juga botol besarnya.

“Fungsi dari botol kecil adalah untuk menempatkan pertanyaan-pertanyaan. Sedangkan botol ukuran besar, satu untuk menempatkan hadiah (reward) bagi siswa yang berhasil menjawab pertanyaan, dan botol satu lagi untuk hukuman (punishment). Tentu hukuman yang dimaksud di sini adalah hukuman yang mendidik. Misalnya siswa yang menjawab salah disuruh menyanyikan lagu Garuda Pancasila, dll,” ungkap penulis buku dongeng Fabel Ramadhan dan sejumlah buku lainnya ini, kalem.

Setelah ‘botol-botol’ selesai, Lili menceriterakan sebuah dongeng yang melegenda di tanah air, berjudul ‘Bawang Merah Bawang Putih’ Dongeng Melayu Indonesia yang berasal dari Riau ini mengisahkan tentang dua orang gadis yang memiliki paras yang cantik, namun memiliki sifat yang bertolak belakang. Nama mereka adalah Bawang Merah dan Bawang Putih.

“Saya ceritakan tentang keduanya yang memiliki seorang ibu yang kasih sayangnya berat sebelah serta serakah. Cerita saya akhiri dengan memberikan pengertian dan hikmah yag dapat diambil dari cerita tersebut,” lanjutnya.

Karena kisahnya menarik, menurut Lili Gusni, anak-anak didik terlihat menyimak cerita dengan seksama.

Foto: Istimewa
Lilis Gusni, wali kelas 1V UPTD SDN 28 Indrapura, Kabupaten Batu Bara, memamerkan permainan ‘Botol Pintar’ pada pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi mendongeng.

Selanjutnya, permainan dimulai. Lili Gusni memasukkan unsur MIKIR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi) yang diperolehnya dari Tanoto Foundation, dan memberikan pertanyan-pertanyaan terbuka kepada siswa. Tujuannya, agar siswa–siswi dapat berpikir kritis.

“Contohnya, pakah yang kau ketahui tentang tokoh dalam cerita itu? Dapatkah kamu menyebutkan tokoh dalam cerita itu? Apa pesan moral dari cerita dongeng bawang merah dan bawang putih?” ungkapnya.

Jawaban para siswa beragam. Lili menyampaikan jawaban yang menurutnya paling menarik. Ada siswa yang menjawab: Bawang Merah memiliki sifat pemarah, iri hati, dan mau menang sendiri. Sedangkan Bawang Putih memiliki sifat penyabar, suka menolong dan rendah hati.”

Ada juga yang menjawab: “Pesan moralnya adalah, selalu berikap baik dengan tulus dan iklas pada orang lain tanpa mengharap imbalan. Karena kalau kita jahat pada orang lain, akan kembali juga kepada kita.”

Membaca jawaban-jawaban para siswa yang beragam itu, menurut Lili, menunjukkan metode belajar dengan permainan ‘botol pintar’ ini berhasil mengajak siswa berperan lebih aktif dalam pelajaran. “Juga berhasil mendidik para siswa agar berani tampil dan percaya diri,” cetusnya.

Usai permainan, para siswa diminta membuat refleksi tentang pembelajaran yang dituangkan dalam kertas post it. Ditanya tentang hasil refleksi para siswa, guru yang meraih Juara Dua Lomba Menulis tentang Teacher Zaman Now tingkat nasional ini tersenyum lebar: “Sebagai guru, saya bahagia,” cetusnya. (rel/mea)

Foto: Istimewa
Lilis Gusni, wali kelas 1V UPTD SDN 28 Indrapura, Kabupaten Batu Bara, berfoto bersama siswanya dalam permainan ‘Botol Pintar’ pada pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi mendongeng.

BATUBARA, SUMUTPOS.CO – Mendongeng, menjadi salahsatu kegemaran anak-anak di seluruh dunia. Kisah-kisahnya yang menarik dan sarat akan pesan-pesan moral, menjadi daya tarik tersendiri. Mendongeng menjadi salahsatu cara yang dipilih Lili Gusni, wali kelas 1V UPTD SDN 28 Indrapura, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, agar pembelajaran menarik minat siswa, dan siswa senang dan bahagia.

“Setelah sekian purnama belajar system daring (dalam jaringan, Red) efek pandemi Covid-19, akhirnya saya dapat kembali bertemu tatap muka dengan anak-anak didik sesuai SK Keputusan Bupati Batu Bara tanggal 1 September 2021. Tentu dengan protokol kesehatan secara ketat. Pada pertemuan pertama, anak-anak kelas IV yang saya bimbing masuk materi pelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar: menceritakan isi dongeng,” kata Lili Gusni, kepada Sumut Pos, kemarin.

Sedangkan kompetensi intinya adalah siswa mampu menyebutkan tokoh-tokoh dan sifat karakter tokoh dalam dongeng, serta menceritakan kembali isi dongeng.

“Agar pelajaran lebih menarik, saya membuat sebuah media pembelajaran yang saya beri nama ‘botol pintar’. Bahan-bahannya sederhana. Yakni kardus bekas, kertas karton warna hitam 1 kajang, kertas minyak warna kuning secukupnya, kertas origami, double tip, gunting, pisau carter, botol bekas ukuran sedang 6 unit, dan botol bekas ukuran besar 2 unit,” tutur salah satu fasilitator daerah Batubara Program Pintar Tanoto Foundation ini.

Selanjutnya, ia membimbing para siswa membuat ‘botol pintar’ dimaksud. Pertama, kardus dipotong lalu ditempel double tip. Setelah itu dilapisin karton dan susun hingga rapi. Kemudian botol bekas ukuran sedang dipotong kira-kira 6 cm, dan dilapisin dengan kertas minyak. Demikian juga botol besarnya.

“Fungsi dari botol kecil adalah untuk menempatkan pertanyaan-pertanyaan. Sedangkan botol ukuran besar, satu untuk menempatkan hadiah (reward) bagi siswa yang berhasil menjawab pertanyaan, dan botol satu lagi untuk hukuman (punishment). Tentu hukuman yang dimaksud di sini adalah hukuman yang mendidik. Misalnya siswa yang menjawab salah disuruh menyanyikan lagu Garuda Pancasila, dll,” ungkap penulis buku dongeng Fabel Ramadhan dan sejumlah buku lainnya ini, kalem.

Setelah ‘botol-botol’ selesai, Lili menceriterakan sebuah dongeng yang melegenda di tanah air, berjudul ‘Bawang Merah Bawang Putih’ Dongeng Melayu Indonesia yang berasal dari Riau ini mengisahkan tentang dua orang gadis yang memiliki paras yang cantik, namun memiliki sifat yang bertolak belakang. Nama mereka adalah Bawang Merah dan Bawang Putih.

“Saya ceritakan tentang keduanya yang memiliki seorang ibu yang kasih sayangnya berat sebelah serta serakah. Cerita saya akhiri dengan memberikan pengertian dan hikmah yag dapat diambil dari cerita tersebut,” lanjutnya.

Karena kisahnya menarik, menurut Lili Gusni, anak-anak didik terlihat menyimak cerita dengan seksama.

Foto: Istimewa
Lilis Gusni, wali kelas 1V UPTD SDN 28 Indrapura, Kabupaten Batu Bara, memamerkan permainan ‘Botol Pintar’ pada pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi mendongeng.

Selanjutnya, permainan dimulai. Lili Gusni memasukkan unsur MIKIR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi) yang diperolehnya dari Tanoto Foundation, dan memberikan pertanyan-pertanyaan terbuka kepada siswa. Tujuannya, agar siswa–siswi dapat berpikir kritis.

“Contohnya, pakah yang kau ketahui tentang tokoh dalam cerita itu? Dapatkah kamu menyebutkan tokoh dalam cerita itu? Apa pesan moral dari cerita dongeng bawang merah dan bawang putih?” ungkapnya.

Jawaban para siswa beragam. Lili menyampaikan jawaban yang menurutnya paling menarik. Ada siswa yang menjawab: Bawang Merah memiliki sifat pemarah, iri hati, dan mau menang sendiri. Sedangkan Bawang Putih memiliki sifat penyabar, suka menolong dan rendah hati.”

Ada juga yang menjawab: “Pesan moralnya adalah, selalu berikap baik dengan tulus dan iklas pada orang lain tanpa mengharap imbalan. Karena kalau kita jahat pada orang lain, akan kembali juga kepada kita.”

Membaca jawaban-jawaban para siswa yang beragam itu, menurut Lili, menunjukkan metode belajar dengan permainan ‘botol pintar’ ini berhasil mengajak siswa berperan lebih aktif dalam pelajaran. “Juga berhasil mendidik para siswa agar berani tampil dan percaya diri,” cetusnya.

Usai permainan, para siswa diminta membuat refleksi tentang pembelajaran yang dituangkan dalam kertas post it. Ditanya tentang hasil refleksi para siswa, guru yang meraih Juara Dua Lomba Menulis tentang Teacher Zaman Now tingkat nasional ini tersenyum lebar: “Sebagai guru, saya bahagia,” cetusnya. (rel/mea)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/