SUMUTPOS.CO – Kendati pemerintah telah membuka pintu bagi wisatawan mancanegara (wisman) untuk berkunjung ke Bali dan Kepulauan Riau (Kepri), tak lantas dua destinasi itu langsung ramai. Pada hari pertama pembukaan bandara internasional, Kamis (14/10), belum ada satu pun wisman yang datang.
Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan, berdasar data sementara, memang belum ada wisman yang akan datang ke Bali dalam minggu ini. Namun, menurut Koster, pada November sudah ada 20 ribu wisman yang berencana datang ke Bali. Mereka berasal dari Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan, Italia, Polandia, Prancis, Spanyol, Swedia, Hungaria, dan Norwegia.
Dia mengingatkan, para wisman tersebut harus memenuhi sejumlah syarat. Di antaranya, memiliki asuransi kesehatan dengan nilai pertanggungan minimal USD 100 ribu. Itu mencakup pembiayaan penanganan Covid-19. Menurut dia, persyaratan tersebut bertujuan untuk mendatangkan wisatawan berkualitas.
“Ini banyak. Ribuan (yang merespons). Karantina yang sudah diturunkan menjadi lima hari saya kira sudah meringankan. Memang setiap negara memiliki aturan sendiri. Menurut saya, ini (aturan) cukup moderat,” terangnya kepada Jawa Pos Radar Bali.
Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi menyatakan, untuk menarik maskapai penerbangan asing agar bersedia landing di Bali, pihaknya memberikan insentif berupa diskon biaya pendaratan (landing fee). Kebijakan tersebut berlaku mulai 14 Oktober 2021 hingga 30 Juni 2022. Berapa besaran diskonnya? Pada periode 14 Oktober hingga 31 Desember 2021, diskonnya 100 persen. Adapun periode 1 Januari hingga 30 Juni 2022, diskon landing fee 50 persen.
“Jadi, sampai Desember tahun ini Angkasa Pura tidak mengenakan tarif landing. Ini upaya untuk membantu mereka agar semangat membuka penerbangan di Bali,” jelasnya.
Sementara itu, kondisi di Kepri tak jauh berbeda dengan Bali. “Iya, hari pertama belum ada wisman yang masuk ke Kepri. Mungkin beberapa hari ke depan ada yang masuk,” ujar Gubernur Kepri Ansar Ahmad kepada Batam Pos di Tanjungpinang, Kamis (14/10).
Dia menduga, salah satu penyebabnya adalah Singapura dan Malaysia tidak masuk 19 negara yang diizinkan masuk Bali-Kepri. Padahal, dua negara itu selama ini menyumbang paling banyak wisman di Kepri. Bahkan, rute penerbangan internasional selama ini hanya Malaysia–Hang Nadim, Batam. “Kita berharap pintu masuk wisman dari Singapura dan Malaysia dibuka juga. Tentu dengan protokol kesehatan yang ketat,” ujar Ansar.
Sebagaimana diketahui, 19 negara yang boleh melakukan penerbangan langsung ke Bali dan Kepri adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Selandia Baru, Kuwait, Bahrain, Qatar, Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan, Liechtenstein, Italia, Prancis, Portugal, Spanyol, Swedia, Polandia, Hungaria, dan Norwegia.
Sebelum pandemi pun, wisman dari 19 negara tersebut jarang datang langsung ke Kepri. Biasanya mereka memilih rute penerbangan ke Changi Singapura atau Malaysia. Dari Singapura atau Malaysia baru ke Batam melalui jalur laut di lima titik pintu masuk pelabuhan internasional Batam dan masing-masing satu di Tanjungpinang serta Bintan. Namun, pantauan Batam Pos di Pelabuhan Ferry Internasional Batam Center, Harbour Bay, Sekupang, Nongsapura, dan Marina, belum ada wisman yang masuk. Begitu pun pelabuhan feri internasional di Tanjungpinang dan Lagoi, Bintan.
Naradewa, staf Humas Pelabuhan Nongsapura, Nongsa Point Marina, dan Turi Beach, mengatakan bahwa ada beberapa hal yang menghambat masuknya turis ke Kepri, khususnya Batam. Salah satunya kewajiban karantina di kamar hotel.
“Namun, jika diberikan kelonggaran, misalnya karantina di kawasan resor atau area hotel (tidak hanya di kamar, Red), ya mungkin bisa menarik wisman datang,” kata Naradewa, Kamis (14/10). Dia berharap aturan wisman ke Batam lebih longgar. Sebab, selama pandemi, pariwisata mati suri.
Naradewa juga membenarkan, kebanyakan turis yang masuk ke Batam berasal dari Singapura. Namun, pemerintah Singapura masih menerapkan karantina bagi warganya yang datang dari Indonesia. Hal itu dinilai memberatkan dan membuat para wisatawan dari Singapura enggan datang.
“Singapura itu punya skema vaccinated travel lane (VTL), tapi hanya untuk delapan negara. Indonesia tidak masuk. Jika pemprov bisa melobi agar khusus Kepri menjadi pengecualian, tentu menjadi angin segar bagi pelaku pariwisata,” ujarnya. (jpc/ram)