KUALANAMU, SUMUTPOS.CO – Operator bandara asal India, GMR Airports Consortium, resmi masuk dalam pengembangan Bandara Internasional Kualanamu, Deliserdang, Sumatera Utara. PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II, akan melakukan kemitraan strategis untuk pengembangan bandara ini selama 25 tahun ke depan.
SKEMA kemitraan strategis untuk pengembangan bandara ini, memiliki nilai investasi kerja sama sekitar US$ 6 miliar atau sekitar Rp85,2 triliun. Termasuk investasi dari mitra strategis sedikitnya Rp15 triliun.
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menyatakan, GMR sudah menyampaikan rencananya untuk mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu dengan menargetkan penumpang hingga 54 juta orang pada tahun ke-25 kemitraan, atau setara bandara Soekarno Hatta saat ini. “Trafik penerbangan akan meningkat, lalu akan ada alih teknologi dan keahlian, serta berbagi porsi modal di Bandara Internasional Kualanamu,” ujar Awaluddin dalam keterangannya, Selasa (23/11).
Awaluddin mengatakan, perseroan menetapkan sejumlah kriteria yang harus dipenuhi mitra strategis di Bandara Internasional Kualanamu. “Pengembangan di Bandara Internasional Kualanamu difokuskan memperkuat konektivitas internasional dan turut melibatkan swasta guna mewujudkan, 3E yaitu expansion the traffic, expertise sharing, dan equity partnership. Traffic penerbangan akan meningkat, lalu akan ada alih teknologi dan keahlian, serta berbagi porsi modal di Bandara Internasional Kualanamu,” kata Awaluddin.
Adapun GMR Airports Consortium merupakan investor strategis yang dimiliki GMR Group asal India. Perusahaan ini juga dimiliki oleh Aéroports de Paris Group (ADP) asal Prancis.
Saat ini, GMR Airport mengelola New Delhi’s Indira Gandhi International Airport, Hyderabad International Airport di India, Bidar Airport di India, hingga Mactan Cebu International Airport di Filipina. Perusahaan juga tengah mengembangkan Goa International Airport di India, Visakhapatnam International Airport di India, dan Crete International Airport di Yunani.
AP II dan GMR Airports Consortium akan menjadi pemegang saham di joint venture company (JVCo) yakni PT Angkasa Pura Aviasi. Perusahaan tersebut menjadi pengelola Bandara Internasional Kualanamu. Rinciannya, AP II menguasai mayoritas 51 persen saham di PT Angkasa Pura Aviasi, sementara GMR Airports Consortium sebesar 49 persen.
Sebelumnya, AP II juga telah menggelar tender secara profesional serta transparan yang diikuti berbagai perusahaan global untuk mencari mitra kerja sama. Setelah melewati rangkaian proses tender, GMR Airports Consortium lah yang dipilih sebagai pemenang tender dan menjadi mitra pengembang Bandara Kualanamu.
Penetapan pemenang tender ini juga melalui proses evaluasi oleh tim juri yang berasal dari pakar industri penerbangan, praktisi, akademisi, dan AP II, serta didampingi oleh notaris dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan, kemitraan strategis antara AP II dan mitra global akan mempercepat pengembangan dan peningkatan daya saing Bandara Internasional Kualanamu di Asean, sejalan dengan tujuan Bandara Internasional Kualanamu menjadi hub internasional. “Kemitraan strategis antara AP II dan mitra global dapat memperkuat struktur permodalan serta memperkuat penerapan best practice global dalam pengelolaan dan pengembangan Bandara Internasional Kualanamu. Adapun aset yang ada saat ini, serta hasil pengembangan aset ke depannya atas kerja sama ini akan sepenuhnya dimiliki 100% oleh AP II,” ungkap Kartika.
Kartika menuturkan, keberhasilan dalam kerja sama ini menjadi sinyal positif untuk iklim investasi indonesia, khususnya pada sektor transportasi udara. Selain itu diharapkan dengan terlaksananya kerja sama ini dapat membuka jalan bagi foreign direct investment (FDI) lainnya masuk ke Indonesia.
Wakil Direktur Utama Holding InJourney Edwin Hidayat mengatakan, model kemitraan strategis ini merupakan salah satu strategi yang tepat untuk mendorong pelayanan di bidang transportasi udara yang juga akan berdampak pada daya saing pariwisata.
“Ke depannya kami juga akan mendorong agar anggota dari Holding InJourney lainnya dapat juga melakukan optimalisasi aset melalui kerja sama kemitraan strategis sehingga pengembangan usaha dapat dilakukan bersama dengan investor serta juga dapat berpenetrasi ke negara lain sebagai mitra global dari pelaku usaha di negara tersebut,” ujar Edwin Hidayat.
Chairman of GMR Group’s energy and international airport vertical, Srinivas Bommidala mengatakan, kerja sama dengan AP II menanjadi masuknya GMR Airports di pasar aviasi Indonesia yang tumbuh cepat – terbesar di ASEAN dan memiliki potensial tinggi. ”Kami berkomitmen untuk mentransformasikan bandara menjadi internasional hub di wilayah Barat Indonesia. Kemenangan dari penawaran ini juga memperkuat GMR Group’s sebagai salah satu pengembang dan pengelola bandara terbesar di dunia,” tutur Srinivas Bommidala.
Berdasarkan keterangan AP II, Bandara Kualanamu adalah bandara terbesar ketiga di Indonesia setelah Soekarno–Hatta Jakarta dan Kertajati di Majalengka Jawa Barat. Lokasi bandara ini merupakan bekas areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di Beringin, Deli Serdang, Sumatra Utara.
Pembangunan bandara ini menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang telah berusia lebih dari 85 tahun. Bandara Kualanamu diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatra dan sekitarnya. Pemindahan bandara ke Kualanamu telah direncanakan sejak tahun 1992 tetapi terus terhambat karena persoalan lahan. Bandara ini mulai beroperasi sejak 25 Juli 2013 meskipun ada fasilitas yang belum sepenuhnya selesai dikerjakan. (dtc/bbs)