30 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Vaksinasi Booster Covid-19 Dimulai 12 Januari, Lansia dan Peserta BPJS PBI Gratis

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Meningkatnya kekhawatiran atas berbagai varian Covid-19, mendorong vaksinasi booster atau dosis ketiga kian mendesak. Di tengah munculnya varian Omicron, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan vaksinasi booster akan dimulai pada 12 Januari 2022.

TUTUP MATA: Seorang siswa sekolah dasar di Jawa Tengah, menutup matanya saat divaksin Covid-19, belum lama ini.istimewa/sum utpos.

“Vaksinasi booster sudah diputuskan Bapak Presiden akan jalan tanggal 12 Januari,” katanya secara virtual, Senin (3/1).

Lalu, vaksinasi booster itu untuk siapa? Budi Gunadi mengatakan, booster diberikan kepada golongan dewasa di atas 18 tahun sesuai dengan rekomendasi WHO. Vaksin booster akan diberikan ke kabupaten kota yang sudah memenuhi kriteria 70 persen suntik pertama dan 60 persen untuk suntik kedua. “Jadi sampai sekarang ada 244 kabupaten kota yang sudah memenuhi kriteria tersebut,” jelasnya.

Namun Menkes Budi tak merinci, apakah vaksin tersebut gratis, atau harus membayar, dan bagaimana mekanismenya. Vaksinasi booster ini juga akan diberikan dengan jangka waktu di atas 6 bulan sesudah dosis kedua. “Kita identifikasi ada sekitar 21 juta sasaran di Bulan Januari yang sudah masuk ke kategori ini dan jenis boosternya nanti akan kita tentukan ada yang homolog atau jenisnya sama ada yang heterolog jenis vaksinnya berbeda,” katanya.

Ia menegaskan, secara rinci dan detail akan bisa segera diputuskan tanggal 10 Januari. Tentunya setelah menunggu keluarnya rekomendasi dari ITAGI dan BPOM.

Dua Skema

Terpisah, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, pemerintah memilih untuk mendahulukan kelompok rawan, yakni lansia (lanjut usia). Selain lansia, vaksinasi booster juga bakal menyasar kelompok rentan sebagai peserta penerima bantuan iuran (PBI) BPJS Kesehatan yang diberikan secara gratis. Selanjutnya, program booster akan dilanjutkan kepada masyarakat umum non-PBI dengan skema berbayar.

Sampai kemarin pukul 19.30, cakupan vaksinasi tahap I golongan lansia masih mencapai 65,56 persen. Sementara, target vaksinasi lansia adalah 21.553.118 orang.

Airlangga yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) menjelaskan, vaksinasi booster ini bakal menggunakan dua skema. Pertama, vaksin pertama hingga ketiga menggunakan merek vaksin yang sama. Kedua, memakai merek yang berbeda. Skema tersebut sudah mendapatkan izin dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau ITAGI.

Sebelumnya, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menyatakan, pihaknya dalam waktu dekat mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin booster. Ada empat jenis vaksin yang memasuki proses registrasi: Pfizer, BioNTech, AstraZeneca, dan CoronaVac.

Cakupan Vaksin 280 Juta Dosis

Kementerian Kesehatan menyebut, vaksinasi Covid-19 di Indonesia telah mencapai cakupan 280 juta dosis pada akhir 2021. Berdasarkan input pada malam tahun baru ditemukan, angka tersebut terdiri dari 165,2 juta suntikan dosis 1, 113,8 juta suntikan dosis 2, dan 1,3 juta suntikan dosis 3. Bakal efektif tekan risiko gelombang-3?

“Apresiasi terbesar untuk teman-teman di lapangan. Dengan kekuatan modal sosial kita bisa mencapai 280 juta dosis vaksinasi di akhir tahun 2021,” kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi, dikutip dari laman resmi Kemenkes, Senin (3/1).

Dalam kesempatan lainnya, Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan RSUP Persahabatan, dr Prasenohadi, SpP, KIC, PhD menegaskan, cakupan vaksinasi adalah kunci nomor satu pencegahan lonjakan kasus Covid-19.

Terlebih mengingat, gelombang ketiga Covid-19 sempat dikhawatirkan berisiko terjadi di Indonesia pada awal 2022, dipicu oleh momen libur Natal dan Tahun Baru. Namun dr Pras menegaskan, di tengah merebaknya varian Omicron, lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia masih bisa dicegah.

“Nomor satu cakupan vaksinasi harus ditingkatkan. Ini adalah tugas pemerintah untuk meningkatkan cakupan vaksinasi. Kemudian partisipasi masyarakat untuk mau divaksin,” terangnya dalam siaran YouTube BNPB Indonesia, Kamis (30/12/2021).

“Kedua adalah mempertahankan protokol kesehatan. Meski sudah ada pelonggaran PPKM, tapi protokol kesehatan harus tetap dijaga, bahkan ditingkatkan,” sambungnya.

dr Pras menegaskan, selama cakupan vaksinasi ditingkatkan dibarengi penerapan protokol kesehatan, gelombang ketiga COVID-19 RI masih dapat dicegah. “Kalau masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan, kemudian cakupan vaksinasi lebih ditingkatkan, maka diharapkan gelombang ketiga tidak terjadi,” kata dr Pras.

“Sekali lagi, cakupan vaksinasi, menjaga protokol kesehatan, kemudian meningkatkan imunitas. Dalam hal ini nutrisi dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya meningkatkan imunitas seseorang menjadi hal penting dalam mencegah terjadinya ‘third wave’ atau gelombang ketiga,” pungkasnya.(jpc/dth)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Meningkatnya kekhawatiran atas berbagai varian Covid-19, mendorong vaksinasi booster atau dosis ketiga kian mendesak. Di tengah munculnya varian Omicron, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan vaksinasi booster akan dimulai pada 12 Januari 2022.

TUTUP MATA: Seorang siswa sekolah dasar di Jawa Tengah, menutup matanya saat divaksin Covid-19, belum lama ini.istimewa/sum utpos.

“Vaksinasi booster sudah diputuskan Bapak Presiden akan jalan tanggal 12 Januari,” katanya secara virtual, Senin (3/1).

Lalu, vaksinasi booster itu untuk siapa? Budi Gunadi mengatakan, booster diberikan kepada golongan dewasa di atas 18 tahun sesuai dengan rekomendasi WHO. Vaksin booster akan diberikan ke kabupaten kota yang sudah memenuhi kriteria 70 persen suntik pertama dan 60 persen untuk suntik kedua. “Jadi sampai sekarang ada 244 kabupaten kota yang sudah memenuhi kriteria tersebut,” jelasnya.

Namun Menkes Budi tak merinci, apakah vaksin tersebut gratis, atau harus membayar, dan bagaimana mekanismenya. Vaksinasi booster ini juga akan diberikan dengan jangka waktu di atas 6 bulan sesudah dosis kedua. “Kita identifikasi ada sekitar 21 juta sasaran di Bulan Januari yang sudah masuk ke kategori ini dan jenis boosternya nanti akan kita tentukan ada yang homolog atau jenisnya sama ada yang heterolog jenis vaksinnya berbeda,” katanya.

Ia menegaskan, secara rinci dan detail akan bisa segera diputuskan tanggal 10 Januari. Tentunya setelah menunggu keluarnya rekomendasi dari ITAGI dan BPOM.

Dua Skema

Terpisah, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, pemerintah memilih untuk mendahulukan kelompok rawan, yakni lansia (lanjut usia). Selain lansia, vaksinasi booster juga bakal menyasar kelompok rentan sebagai peserta penerima bantuan iuran (PBI) BPJS Kesehatan yang diberikan secara gratis. Selanjutnya, program booster akan dilanjutkan kepada masyarakat umum non-PBI dengan skema berbayar.

Sampai kemarin pukul 19.30, cakupan vaksinasi tahap I golongan lansia masih mencapai 65,56 persen. Sementara, target vaksinasi lansia adalah 21.553.118 orang.

Airlangga yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) menjelaskan, vaksinasi booster ini bakal menggunakan dua skema. Pertama, vaksin pertama hingga ketiga menggunakan merek vaksin yang sama. Kedua, memakai merek yang berbeda. Skema tersebut sudah mendapatkan izin dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau ITAGI.

Sebelumnya, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menyatakan, pihaknya dalam waktu dekat mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin booster. Ada empat jenis vaksin yang memasuki proses registrasi: Pfizer, BioNTech, AstraZeneca, dan CoronaVac.

Cakupan Vaksin 280 Juta Dosis

Kementerian Kesehatan menyebut, vaksinasi Covid-19 di Indonesia telah mencapai cakupan 280 juta dosis pada akhir 2021. Berdasarkan input pada malam tahun baru ditemukan, angka tersebut terdiri dari 165,2 juta suntikan dosis 1, 113,8 juta suntikan dosis 2, dan 1,3 juta suntikan dosis 3. Bakal efektif tekan risiko gelombang-3?

“Apresiasi terbesar untuk teman-teman di lapangan. Dengan kekuatan modal sosial kita bisa mencapai 280 juta dosis vaksinasi di akhir tahun 2021,” kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi, dikutip dari laman resmi Kemenkes, Senin (3/1).

Dalam kesempatan lainnya, Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan RSUP Persahabatan, dr Prasenohadi, SpP, KIC, PhD menegaskan, cakupan vaksinasi adalah kunci nomor satu pencegahan lonjakan kasus Covid-19.

Terlebih mengingat, gelombang ketiga Covid-19 sempat dikhawatirkan berisiko terjadi di Indonesia pada awal 2022, dipicu oleh momen libur Natal dan Tahun Baru. Namun dr Pras menegaskan, di tengah merebaknya varian Omicron, lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia masih bisa dicegah.

“Nomor satu cakupan vaksinasi harus ditingkatkan. Ini adalah tugas pemerintah untuk meningkatkan cakupan vaksinasi. Kemudian partisipasi masyarakat untuk mau divaksin,” terangnya dalam siaran YouTube BNPB Indonesia, Kamis (30/12/2021).

“Kedua adalah mempertahankan protokol kesehatan. Meski sudah ada pelonggaran PPKM, tapi protokol kesehatan harus tetap dijaga, bahkan ditingkatkan,” sambungnya.

dr Pras menegaskan, selama cakupan vaksinasi ditingkatkan dibarengi penerapan protokol kesehatan, gelombang ketiga COVID-19 RI masih dapat dicegah. “Kalau masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan, kemudian cakupan vaksinasi lebih ditingkatkan, maka diharapkan gelombang ketiga tidak terjadi,” kata dr Pras.

“Sekali lagi, cakupan vaksinasi, menjaga protokol kesehatan, kemudian meningkatkan imunitas. Dalam hal ini nutrisi dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya meningkatkan imunitas seseorang menjadi hal penting dalam mencegah terjadinya ‘third wave’ atau gelombang ketiga,” pungkasnya.(jpc/dth)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/