26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Ekspor ke Jepang Meningkat

Ekspor ke Jepang akan terganggu di tiga bulan pertama pascabencana gempa dan tsunami yang melanda negara tersebut. Namun, pada tahap pemulihan di kuartal ketiga, ekspor ke Jepang akan meningkat tajam seiring kebutuhan untuk rekonstruksi dan rehabilitasi.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengungkapkan hal tersebut di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, kemarin. Mari mengatakan, berdasarkan pengalaman gempa Kobe 1995, volume perdagangan dengan Jepang langsung menurun. Namun langsung melonjak begitu memasuki masa rekonstruksi. “Biasanya kuartal kejadian itu terjadi dia turun. Tetapi begitu masuk tahap rekonstruksi dia naik karena dia butuh barang untuk rekonstruksi,” kata Mari.

Dia menambahkan, komoditas yang dibutuhkan Jepang antara lain energi, besi dan baja, kayu, peralatan rumah tangga, hingga furnitur. “Peluang ada di rekonstruksi,” kata Mari. Rekonstruksi pascabencana diperkirakan akan dimulai kuartal ketiga tahun ini.

Mari mengatakan, perfektur Miyagi dan Iwate yang dilanda gempa dan tsunami, hanya 6 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang. Sebagai perbandingan, Kobe di 1995 mencakup 12 persen dari perekonomian Jepang. Namun, kata Mari, yang perlu diwaspadai adalah potensi dampak radioaktif akibat kerusakan pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima. “Kita pantau terus. Kita sedang melakukan assessment, termasuk minta masukan dari atase perdagangan yang ada di Tokyo,” kata Mari.

Pihaknya juga memanggil asosiasi-asosiasi usaha untuk meminta pendapat tentang dampak bisnis pascagempa dan tsunami Jepang. Mengenai kemungkinan dampak radioaktif pada produk makanan asal Jepang, Mari berjanji akan terus meningkatkan pengawasan bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Mari mengatakan, untuk setiap bahan makanan terutama yang segar, harus ada sertifikat analisis. “Di situ kita akan lihat, membahayakan konsumen atau tidak. Itu terutama utk produk yg dikirim sejak maret,” kata Mari.
Sebelumnya Ekonom Bank Dunia di Indonesia Shubham Chaudhuri mengatakan, gempa Jepang berpeluang mendatangkan keuntungan bagi Indonesia. Dengan kerusakan PLTN, Jepang membutuhkan gas dan batu bara dalam jumlah banyak. “Indonesia adalah eksportir gas dan batu bara terbesar,” katanya. (sof/jpnn)

Ekspor ke Jepang akan terganggu di tiga bulan pertama pascabencana gempa dan tsunami yang melanda negara tersebut. Namun, pada tahap pemulihan di kuartal ketiga, ekspor ke Jepang akan meningkat tajam seiring kebutuhan untuk rekonstruksi dan rehabilitasi.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengungkapkan hal tersebut di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, kemarin. Mari mengatakan, berdasarkan pengalaman gempa Kobe 1995, volume perdagangan dengan Jepang langsung menurun. Namun langsung melonjak begitu memasuki masa rekonstruksi. “Biasanya kuartal kejadian itu terjadi dia turun. Tetapi begitu masuk tahap rekonstruksi dia naik karena dia butuh barang untuk rekonstruksi,” kata Mari.

Dia menambahkan, komoditas yang dibutuhkan Jepang antara lain energi, besi dan baja, kayu, peralatan rumah tangga, hingga furnitur. “Peluang ada di rekonstruksi,” kata Mari. Rekonstruksi pascabencana diperkirakan akan dimulai kuartal ketiga tahun ini.

Mari mengatakan, perfektur Miyagi dan Iwate yang dilanda gempa dan tsunami, hanya 6 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang. Sebagai perbandingan, Kobe di 1995 mencakup 12 persen dari perekonomian Jepang. Namun, kata Mari, yang perlu diwaspadai adalah potensi dampak radioaktif akibat kerusakan pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima. “Kita pantau terus. Kita sedang melakukan assessment, termasuk minta masukan dari atase perdagangan yang ada di Tokyo,” kata Mari.

Pihaknya juga memanggil asosiasi-asosiasi usaha untuk meminta pendapat tentang dampak bisnis pascagempa dan tsunami Jepang. Mengenai kemungkinan dampak radioaktif pada produk makanan asal Jepang, Mari berjanji akan terus meningkatkan pengawasan bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Mari mengatakan, untuk setiap bahan makanan terutama yang segar, harus ada sertifikat analisis. “Di situ kita akan lihat, membahayakan konsumen atau tidak. Itu terutama utk produk yg dikirim sejak maret,” kata Mari.
Sebelumnya Ekonom Bank Dunia di Indonesia Shubham Chaudhuri mengatakan, gempa Jepang berpeluang mendatangkan keuntungan bagi Indonesia. Dengan kerusakan PLTN, Jepang membutuhkan gas dan batu bara dalam jumlah banyak. “Indonesia adalah eksportir gas dan batu bara terbesar,” katanya. (sof/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/