SUMUTPOS.CO – Saat ini, para jamaah haji sedang bersiap untuk puncak haji 2022 yang akan dimulai saat wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah 1443 H atau 8 Juli 2022. Jelang puncak haji, pihak Panitia Penyelenggara Ibadah Haji atau PPIH sedang mempersiapkan kematangan puncak haji. Sedangkan jamaah haji diminta perbanyak istirahat menjaga stamina.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI, Budi Sylvana mengatakan, jelang puncak haji tersebut, Tim PPIH membagi petugas haji menjadi 3 kelompok, agar pergerakan jamaah tetap terpantau saat nanti jamaah haji melakukan wukuf di Arafah, bermalam di Muzdalifah, hingga melempar Jumrah di Mina.
Selain persiapan oleh tim PPIH, lanjutnya, imbauan persiapan juga digaungkan bagi para jamaah. “Saat ini jamaah tengah memasuki periode kritis haji. Kami minta jamaah paling tidak tiga hari menjelang Armuzna perbanyak istirahat di hotel. Karena apa? Tubuh butuh istirahat dulu sebelum memasuki Armuzna,” kata Budi di Mekkah.
Budi juga meningatkan untuk banyak minum karena udara ketika di Armuzna akan panas. “Perbanyak minum jangan tunggu haus. gunakan alat pelindung diri seperti payung, pelembab agar terjaga. Pakai kacamata biar mata tetap sehat,” katanya.
Selain itu, menuju puncak haji, Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daker Mekkah melakukan skrining ulang terhadap semua jamaah haji, terutama yang berisiko tinggi sakit. “Kita lakukan medical chek up ulang dan lengkap di KKHI yang dilakukan dokter spesialis,” pungkas Budi.
Seperti diketahui, musim haji dimulai sejak awal bulan Juni, yang mana kloter pertama sudah berangkat ke Tanah Suci pada 4 Juni 2022 lalu dan akan berakhir di bulan Juli.
Pelaksanaan ibadah haji sempat tertunda selama dua tahun, yaitu di 2020 dan 2021 saat pandemi Covid-19 melanda dunia. Kuota haji Indonesia pada 1443 H/2022 M berjumlah 100.051 jamaah, terdiri atas 92.825 jamaah kuota haji reguler dan 7.226 jamaah kuota haji khusus.
Sementara itu, Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daerah Kerja Mekkah Ansor meminta, jamaah haji untuk fokus mempersiapkan fisik tiga hari menjelang puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) mulai 9 Zulhijjah atau 8 Juli 2022.
“Jadi tiga hari jelang wukuf di Armuzna itu, kita fokuskan pada persiapan fisik,” kata dia di Mekkah, Kamis (30/6).
Pembimbing ibadah terutama yang di sektor selalu mengingatkan jamaah agar tidak memaksakan diri melakukan ibadah sunah. Terutama, untuk beribadah di Masjidilharam, karena dapat menguras fisik apalagi tidak ada Bus Shalawat yang melayani jamaah dari hotel ke masjid. “Jadi tetap kita sampaikan ke mereka, kesiapan yang fisik itulah yang utama untuk menghadapi puncak haji,” katanya.
Persiapan fisik yang diperlukan adalah menjaga kesehatan dan mengonsumsi makanan yang bergizi, serta menguatkan materi terkait dengan manasik haji. Haji merupakan ibadah fisik karena semua terkait dengan pergerakan mulai dari tawaf, sai, sampai melempar jumrah di Jamarat.
Menurut dia, dari sisi ibadah, sudah dilakukan semaksimal mungkin dengan sesi bimbingan ibadah dan motivasi setiap hari terkait dengan pemahaman dan pengamalan dari pemahaman manasik haji. “Kuncinya justru di kesehatan. Bagaimana mengatur asupan gizi d dan sebagainya, saya kira di situ. Intinya kesehatan, dari sisi ibadah sudah,” ujar Ansor.
Sedangkan Seksi Petugas dan Keamanan Jemaah Daerah Kerja (Daker) PPIH Makkah, Arab Saudi memperkuat personel guna menghadapi lonjakan jemaah di Masjidilharam. Langkah ini diambil untuk memberikan kenyamanan bagi jemaah haji.
“Personel kita perkuat di Masjidiharam demi memberikan rasa aman. Sebelumnya, sektor khusus Masjidilharam personel 10. Saat ini ditambah 19 jadi 29 personel. Ini yang khusus personel dari TNI/Polri,” ujar Kepala Seksi Petugas dan Keamaaan Jemaah, Kolonel Muftil Umam, Kamis (30/6).
PPIH selama ini menggandeng personel khusus dari TNI/Polri untuk memberikan bantuan pengamanan jamaah selama pelaksanaan haji. Meski berstatus prajurit TNI/Polri, saat menjalankan tugas di Arab Saudi, mereka tidak berseragam prajurit, melainkan berpakaian putih dan rompi hitam layaknya petugas haji lainnya.
Muftil yang berstatus sebagai prajurit Kopassus ini mengatakan, selain perkuatan personel, shift jaga di Masjidilharam juga ditambah. Jika sebelumnya hanya dua shift dengan durasi jaga masing-masing 12 jam, saat ini ditambah menjadi tiga shift dengan durasi jaga 8 jam.
Selain prajurit TNI/Polri, sektor khusus di Masjidilharam juga diperkuat petugas lainnya. Total petugas di sektor khusus kini mencapai 80 orang. Mereka tersebar di delapan titik masjid baik di dalam maupun di luar. Di antaranya di lokasi tawaf, lokasi sai, pintu Babussalam, sekitar Tower Zamzam, serta tiga terminal bus yang ada di seputaran Masjidilharam.
Selain memberi rasa aman bagi jamaah, personel yang dikenal dengan sebutan Linjam (pelindungan jamaah) ini juga membantu jamaah yang tersesat, membantu memenuhi kebutuhan jemaah termasuk juga membantu jamaah agar tidak menggunakan jasa kereta dorong ilegal hingga membantu jemaah yang kehilangan sandal.
“Termasuk kereta dorong kita juga arahkan dan sosialisasikan untuk kereta dorong yang resmi. Kami juga punya banyak sandal untuk membantu jemaah yang kehilangan sandal,” ujarnya.
Hasil evaluasi sementara, masalah jamaah yang paling banyak terjadi di Masjidilharam adalah lupa atau tidak tahu jalan pulang ke hotel. Tahun ini, jemaah yang seperti itu mudah diarahkan karena rata-rata masih berusia muda di bawah 65 tahun dengan tingkat pengetahuan yang mencukupi.
“Hampir tidak ada risti (pelindungan), seperti tahun 2019 yang luar biasa. Tiap hari 2019, hampir ada 200 jamaah tersesat, sekarang paling banyak 20. Ini sama teman-teman langsung diatasi. Kalau ada jemaah yang tersesat. Linjam wajib membantu sampai titik bus pengantaran,” kata Mufti.
Sedangkan untuk kasus di dalam Masjidilharam hampir tidak ada. Ada beberapa kasus kecil misalnya karena ketidaktahuan, jamaah menggunakan jasa kereta dorong ilegal. Permasalahan yang melibatkan otoritas kerajaan Arab Saudi juga relatif tidak ada.
“Ada satu-dua masalah. Ada jemaah yang merokok. Ada yang merokok di sekitaran sai, habis sai langsung merokok, sehingga didatangi Askar. Tidak sempat dibawa ke askar, akhirnya bisa diselesaikan,” jelas Mufti.
16 Jemaah Haji Wafat
Sementara itu, 67 calon jemaah haji (CJH) Indonesia masih menjalani rawat inap di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah. Mayoritas karena gangguan jantung. Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Budi Sylvana menuturkan, karena masih masa pandemi Covid-19, awalnya diprediksi masalah kesehatan yang banyak dialami jemaah adalah penyakit terkait paru-paru atau pernapasan.
“Ternyata itu meleset. Kita sekarang justru dipenuhi kasus penyakit kardiovaskular,” ujar Budi di KKHI Makkah kemarin.
Penyakit jantung, kata dia, masuk dalam tiga besar gangguan kesehatan yang paling banyak diderita jemaah Indonesia. Dua lainnya adalah diabetes melitus dan hipertensi. “Yang terskrining oleh kami kira-kira 2.500,” ungkap Budi.
Sebanyak 16 jemaah Indonesia yang wafat di Tanah Suci hingga kemarin, lanjut Budi, juga didominasi penyakit jantung. Jumlahnya 15 orang. Satu jemaah lain meninggal karena gangguan saluran pernapasan. (cnn/bbs/jpnn)