26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Remon Punya Lukisan dari Abad ke-17

Oleh: Miftah

BAGI para pecinta koleksi barang antik, memilik benda-benda kuno merupakan suatu kebanggan sendiri.

Ibaratnya uang gampang dicari, tapi barang antik susah didapat. Ini juga yang dilakoni kolektor benda kuno, Remon Biti.

Pria berambut gondrong ini tengah memegang kuas dan kain lap halus, membersihkan satu pe rsatu di antara puluhan keris kuno dan lukisan lawan koleksi pribadi di rumahnya yang beralamat di Gang delima, RT02/03 Durenjaya Bekasi Timur.

Seperti itulah cara pria kelahiran Bekasi 27 April 1976 ini ketika mengisi waktu senggangnya. Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, ayah dari duaoranganakiniselalumembersihkan koleksi benda kuno kesayangannya.

“Ya paling Cuma dilap saja. Tidak ada perawatan khusus untuk benda-benda kuno ini. Biasanya sebulan sekali dilap. Tapi ada juga yang dibiarkan begitu saja, semakin berdebu semakin unik,”• tuturnya kepada Radar Bekasi.

Di ruangan sederhana berukuran 3 x 3 meter, Remon menyimpan barangbarang kesayangannya, seperti keris, pedang kerajaan, lukisan kuno, guci antik, baju-baju bekas pejuang serta berbagai benda kuno lainnya.

Ayah dari Kevin Selendra (14) dan Alyandro Laksana Nusantara (8) ini menuturkan, ketertarikannya dengan benda-benda kuno sejak tahun 1990.

Saat itu dirinya diberi sebuah keris oleh kerabatnya, keris tersebut merupakan peninggalan dari kerajaan mataram.

Karena benda tersebut merupakan saksi sejarah kerajaan, maka keris berwarna coklat itu lalu dirawat dengan baik. Sejak saat itu ketertarikan terhadap keris pun semakin bertambah, dia pun lantas berburu keberbagai daerah di Indonesia.

Tidak hanya keris, suami dari Rafika (33) ini juga mengkoleksi berbagai jenis pedang, rencong, guci, serta berbagai lukisan kuno. “Saya suka dengan barang kuno karena yakin akan bernilai sejarah dan masyarakat Indonesia membutuhkan benda benda itu,”• tuturnya.

Keris-keris koleksi miliknya merupakan peninggalan dari kerajaan Majapahit, Mataram, Segalu dan Pajajaran.

Sementara pedang merupakan peninggalan dan rencong didapat dari Kalimantan dan Aceh. Semuanya merupakan peninggalan dari abad 17 hingga 18 Masehi.

Untuk mengetahui benda tersebut merupakan peninggalan dari kerajaan, ataupun usia dari benda tersebut, pria yang juga Ketua Komunitas Pengamen Kalanan (KPJ) Kota Bekasi ini melihat dari struktur besi dan ukirannya.

Karena kata Remon, setiap kerajaan ataupun setiap tahun, cara pembuatan pedang maupun keris berbedabeda.

“Kita bisa melihat dari struktur besinya, kalau yang ini dibuat dari tahun 1800 an,”• katanya sembari menunjukan pedang yang didapat dari Kalimantan Selatan.

Hingga saat ini Remon telah memiliki 30 keris, 10 pedang dan 3 rencong.

Remon mengaku, sebenarnya dia memiliki koleksi lebih dari itu, namun benda-benda tersebut ada yang dijual dan diberikan ke kerabatnya.

Dari sekian koleksi benda kuno miliknya, dalah satu benda yang paling dibanggakan yakni sebuah lukisan karya G Rasmussen, yang dibuat pada tahun 1883. Lukisan yang bersudul Fjallforsen ini merupakan karya dari seniman asal Noerwegia yang hidup pada tahun 1842-1914.

Lukisan dengan panjang sekitar 90 cm dan lebar 70 cm ini bergambar sebuah pemandangan sungai dengan bebatuan. Di dalam lukisan yang dibalut dengan bingkai dari kayu jati ini ditandatangani langsung oleh sang maestro.

Remon mengaku, mendapatkan lukisan ini dari seorang tukang sampah yang biasa mengangkut sampah di perumahan Kemang Pratama. Melihat lukisan tersebut tergeletak di tempat gerobak sampah, Remon pun lantas memungut dan menggantikan uang kepada tukang sampah tersebut sebesar Rp170 ribu.

Pasalnya Remon tahu kalau lukisan tersebut merupakan lukisan karya pelukis terkenal.

Bahkan beberapa kolektor lukisan dan barang antik pun pernah menawar lukisan tersebut seharga Rp30 juta. Namun tidak diberikan, karena karya pelukis tempo dulu tidak ternilai harganya. Hingga saat ini, lukisan miliknya sebanyak 15 buah, yang merupakan karya sebelum tahun 1940 an.

Untuk berburu barang-barang antik, biasanya Remon menyambangi berbagai kota dan daerah yang ada di Indonesia.

Selain itu juga ada yang hasil barter dengan sesama pecinta barang kuno.

Untukmempermudah mendapatkan benda-benda kuno, Remon bergabung dengan perkumpulan yang diberi nama Kumbara (kumpulan mencari barang antik). Kelompok tersebut merupakan perkumpulan orang yang gemar mengkoleksi benda kuno yang ada di Kota Bekasi.

Remon pun mengatakan, terkadang banyak orang awam memandang miring dan aneh pada sejumlah orang yang memiliki kecintaan berlebih pada sesuatu benda. Apalagi jika benda itu seringkali dianggap sebagai sebuah benda yang remeh dan tak bernilai.

Juga jika upaya memiliki dan menyimpan benda-benda itu identik dengan menghambur-hamburkan uang, tenaga dan waktu untuk sesuatu yang tidak berguna. “Namun jangan salah.

Di balik fanatisme• yang seakan mubazir itu, sebenarnya tersimpan banyak sekali makna atau falsafah hidup, juga tujuan dan visi serta misi yang sangat mulia,”• tandasnya. (*)

Oleh: Miftah

BAGI para pecinta koleksi barang antik, memilik benda-benda kuno merupakan suatu kebanggan sendiri.

Ibaratnya uang gampang dicari, tapi barang antik susah didapat. Ini juga yang dilakoni kolektor benda kuno, Remon Biti.

Pria berambut gondrong ini tengah memegang kuas dan kain lap halus, membersihkan satu pe rsatu di antara puluhan keris kuno dan lukisan lawan koleksi pribadi di rumahnya yang beralamat di Gang delima, RT02/03 Durenjaya Bekasi Timur.

Seperti itulah cara pria kelahiran Bekasi 27 April 1976 ini ketika mengisi waktu senggangnya. Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, ayah dari duaoranganakiniselalumembersihkan koleksi benda kuno kesayangannya.

“Ya paling Cuma dilap saja. Tidak ada perawatan khusus untuk benda-benda kuno ini. Biasanya sebulan sekali dilap. Tapi ada juga yang dibiarkan begitu saja, semakin berdebu semakin unik,”• tuturnya kepada Radar Bekasi.

Di ruangan sederhana berukuran 3 x 3 meter, Remon menyimpan barangbarang kesayangannya, seperti keris, pedang kerajaan, lukisan kuno, guci antik, baju-baju bekas pejuang serta berbagai benda kuno lainnya.

Ayah dari Kevin Selendra (14) dan Alyandro Laksana Nusantara (8) ini menuturkan, ketertarikannya dengan benda-benda kuno sejak tahun 1990.

Saat itu dirinya diberi sebuah keris oleh kerabatnya, keris tersebut merupakan peninggalan dari kerajaan mataram.

Karena benda tersebut merupakan saksi sejarah kerajaan, maka keris berwarna coklat itu lalu dirawat dengan baik. Sejak saat itu ketertarikan terhadap keris pun semakin bertambah, dia pun lantas berburu keberbagai daerah di Indonesia.

Tidak hanya keris, suami dari Rafika (33) ini juga mengkoleksi berbagai jenis pedang, rencong, guci, serta berbagai lukisan kuno. “Saya suka dengan barang kuno karena yakin akan bernilai sejarah dan masyarakat Indonesia membutuhkan benda benda itu,”• tuturnya.

Keris-keris koleksi miliknya merupakan peninggalan dari kerajaan Majapahit, Mataram, Segalu dan Pajajaran.

Sementara pedang merupakan peninggalan dan rencong didapat dari Kalimantan dan Aceh. Semuanya merupakan peninggalan dari abad 17 hingga 18 Masehi.

Untuk mengetahui benda tersebut merupakan peninggalan dari kerajaan, ataupun usia dari benda tersebut, pria yang juga Ketua Komunitas Pengamen Kalanan (KPJ) Kota Bekasi ini melihat dari struktur besi dan ukirannya.

Karena kata Remon, setiap kerajaan ataupun setiap tahun, cara pembuatan pedang maupun keris berbedabeda.

“Kita bisa melihat dari struktur besinya, kalau yang ini dibuat dari tahun 1800 an,”• katanya sembari menunjukan pedang yang didapat dari Kalimantan Selatan.

Hingga saat ini Remon telah memiliki 30 keris, 10 pedang dan 3 rencong.

Remon mengaku, sebenarnya dia memiliki koleksi lebih dari itu, namun benda-benda tersebut ada yang dijual dan diberikan ke kerabatnya.

Dari sekian koleksi benda kuno miliknya, dalah satu benda yang paling dibanggakan yakni sebuah lukisan karya G Rasmussen, yang dibuat pada tahun 1883. Lukisan yang bersudul Fjallforsen ini merupakan karya dari seniman asal Noerwegia yang hidup pada tahun 1842-1914.

Lukisan dengan panjang sekitar 90 cm dan lebar 70 cm ini bergambar sebuah pemandangan sungai dengan bebatuan. Di dalam lukisan yang dibalut dengan bingkai dari kayu jati ini ditandatangani langsung oleh sang maestro.

Remon mengaku, mendapatkan lukisan ini dari seorang tukang sampah yang biasa mengangkut sampah di perumahan Kemang Pratama. Melihat lukisan tersebut tergeletak di tempat gerobak sampah, Remon pun lantas memungut dan menggantikan uang kepada tukang sampah tersebut sebesar Rp170 ribu.

Pasalnya Remon tahu kalau lukisan tersebut merupakan lukisan karya pelukis terkenal.

Bahkan beberapa kolektor lukisan dan barang antik pun pernah menawar lukisan tersebut seharga Rp30 juta. Namun tidak diberikan, karena karya pelukis tempo dulu tidak ternilai harganya. Hingga saat ini, lukisan miliknya sebanyak 15 buah, yang merupakan karya sebelum tahun 1940 an.

Untuk berburu barang-barang antik, biasanya Remon menyambangi berbagai kota dan daerah yang ada di Indonesia.

Selain itu juga ada yang hasil barter dengan sesama pecinta barang kuno.

Untukmempermudah mendapatkan benda-benda kuno, Remon bergabung dengan perkumpulan yang diberi nama Kumbara (kumpulan mencari barang antik). Kelompok tersebut merupakan perkumpulan orang yang gemar mengkoleksi benda kuno yang ada di Kota Bekasi.

Remon pun mengatakan, terkadang banyak orang awam memandang miring dan aneh pada sejumlah orang yang memiliki kecintaan berlebih pada sesuatu benda. Apalagi jika benda itu seringkali dianggap sebagai sebuah benda yang remeh dan tak bernilai.

Juga jika upaya memiliki dan menyimpan benda-benda itu identik dengan menghambur-hamburkan uang, tenaga dan waktu untuk sesuatu yang tidak berguna. “Namun jangan salah.

Di balik fanatisme• yang seakan mubazir itu, sebenarnya tersimpan banyak sekali makna atau falsafah hidup, juga tujuan dan visi serta misi yang sangat mulia,”• tandasnya. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/