28 C
Medan
Wednesday, February 5, 2025

Ada Gangguan Cuaca Pengaruhi Pola Angin, Waspadai Banjir dan Angin Kencang

SUMUTPOS.CO – Saat ini, sejumlah wilayah di Indonesia mengalami musim kemarau, termasuk Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Namun, ada yang tak lazim ketika musim kemarau tapi justru beberapa hari ini sebagian besar wilayah Sumut di guyur hujan dengan intensitas rendah hingga tinggi. Lantas, apa penyebabnya?

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan menjelaskan, ketidaklaziman itu dikarenakan adanya gangguan cuaca yang mempengaruhi pola angin. “Cuaca ini terkadang bersifat labil, ya. Suka berubah-ubah. Misalnya, ada gangguan di Samudera Hindia, jadi bisa mempengaruhi pola angin. Kadang di musim kemarau itu bisa hujann

Di Sumatera Utara sendiri untuk saat ini, adanya daerah pertemuan angin sehingga memicu adanya pertumbuhan awan hujan sehingga 2-3 hari ke depan terjadinya hujan ringan hingga lebat,” terang prakirawan BBMKG Wilayah 1 Medan, Utami Al Khairiyah kepada wartawan, Minggu (24/7).

Khususnya untuk wilayah Kota Medan pada hari ini, Senin (25/7), Utami menjelaskan, akan terjadi hujan ringan dari pagi hingga siang. Sedangkan pada sore hari, Kota Medan diperkirakan akan diguyur hujan sedang dan malam harinya sudah mulai berawan. Adapun rata-rata wilayah Sumut akan diperkirakan terjadi hujan ringan hingga lebat lebat, khususnya di Kota Sidikalang dan Salak, Pakpak Bharat.

“Normalnya puncak hujan untuk wilayah Sumut ada dua ya, biasanya itu pada Mei dan Oktober atau November. Jadi kemungkinan sekarang kan masih kemarau, nanti mulai September, Oktober, November sudah masuk musim hujan. Jadi, Sumut normalnya punya dua puncak musim hujan,” imbuh Utami.

Secara global, dijelaskan BMKG masuknya musim kemarau tapi masih sering hujan dikarenakan adanya fenomena atmosfer seperti La Nina, Dipole Mode, Madden Julian Oscillation, gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby. Adapun pada Bulan Juli ini fenomena La Nina masih cukup aktif walaupun dengan kategori lemah yang mempengaruhi penyediaan uap air secara umum di atmosfer Indonesia.

Kemudian fenomena Dipole Mode yang terjadi di Samudera Hindia memicu naiknya curah hujan terutama di wilayah Indonesia bagian Barat, termasuk Sumut. Dan fenomena Madden Julian Oscillation, gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby merupakan gelombang atmosfer aktif yang meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan awan hujan berskala regional.

Utami mengimbau kepada masyarakat, saat hujan berangsur hampir setiap hari ini bagi masyarakat yang berada di pinggiran sungai agar tetap mewaspadai banjir dan angin kencang. “Angin kencang berpotensi terjadi di Sumut pada Juli ini, dengan kecepatan maksimum 20-25 knot. Potensi angin kencang ini terjadi di lereng barat dan pantai barat Sumut,” ujarnya.

Dijelaskannya, pada umumnya, cuaca di wilayah Kota Medan dan sekitarnya dalam 2-3 hari ke depan adalah berawan dan berpotensi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat, khususnya pada sore hingga malam hari.

Hal ini, lanjutnya, adanya pertemuan angin di wilayah Sumut yang menyebabkan pertumbuhan awan-awan hujan. Sedangkan suhunya berkisar antara 25-33 derajat Celcius dengan kelembaban berkisar 68-95 persen. “Kita juga mengimbau warga agar antisipasi dan waspada terhadap banjir. Selain itu, kita juga mengingatkan masyarakat waspada terhadap perubahan cuaca yang bersifat dinamis, untuk itu selalu pantau informasi update dari BMKG setiap hari,” imbaunya.

Adapun, papar Utami, sesuai prakiraan BBMKG Wilayah 1 Medan, potensi banjir di Sumut dengan tingkat rendah, yakni terjadi di Kota Medan, yaitu Kecamatan Medan Barat, Medan Amplas, Medan Baru, Medan Belawan, Medan Deli, Medan Denai, Medan Helvetia, Medan Johor, Medan Kota, Medan Labuhan, Medan Maimun, Medan Marelan, Medan Perjuangan, Medan Petisah, Medan Polonia, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Tembung dan Medan Tuntungan.

Selanjutnya, Deliserdang, meliputi, Bangunpurba, Beringin, Biru-Biru, Delitua, Hamparanperak, Kutalimbaru, Labuhandeli, Lubukpakam, Namorambe, Pagarmerbau, Pancurbatu, Pantailabu, Percutseituan, Senembahtanjungmuda Hilir, Sunggal dan Tanjungmorawa.

Kemudian, Kota Binjai, termasuk Kecamatan Binjai Barat, Binjai Selatan, Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Kota. Lalu, Asahan, Batubara, Kota Gunungsitoli, Kota Pematangsiantar, Tebingtinggi, Labuhanbatu, Labuhanbatu Selatan (Labusel), Labuhanbatu Utara, Langkat, Mandailingnatal (Madina), Nias, Niasbarat, Niasselatan (Nisel), Niasutara, Padanglawas Utara (Paluta), Serdangbedagai (Sergai), Simalungun, Tapanuliselatan (Tapsel) dan Tapanulitengah (Tapteng). “Sedangkan, wilayah di Sumut yang berpotensi banjir tingkat menengah, yakni Asahan, Niasutara dan Tapsel,” tandasnya. (mag-3/dwi/adz)

SUMUTPOS.CO – Saat ini, sejumlah wilayah di Indonesia mengalami musim kemarau, termasuk Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Namun, ada yang tak lazim ketika musim kemarau tapi justru beberapa hari ini sebagian besar wilayah Sumut di guyur hujan dengan intensitas rendah hingga tinggi. Lantas, apa penyebabnya?

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan menjelaskan, ketidaklaziman itu dikarenakan adanya gangguan cuaca yang mempengaruhi pola angin. “Cuaca ini terkadang bersifat labil, ya. Suka berubah-ubah. Misalnya, ada gangguan di Samudera Hindia, jadi bisa mempengaruhi pola angin. Kadang di musim kemarau itu bisa hujann

Di Sumatera Utara sendiri untuk saat ini, adanya daerah pertemuan angin sehingga memicu adanya pertumbuhan awan hujan sehingga 2-3 hari ke depan terjadinya hujan ringan hingga lebat,” terang prakirawan BBMKG Wilayah 1 Medan, Utami Al Khairiyah kepada wartawan, Minggu (24/7).

Khususnya untuk wilayah Kota Medan pada hari ini, Senin (25/7), Utami menjelaskan, akan terjadi hujan ringan dari pagi hingga siang. Sedangkan pada sore hari, Kota Medan diperkirakan akan diguyur hujan sedang dan malam harinya sudah mulai berawan. Adapun rata-rata wilayah Sumut akan diperkirakan terjadi hujan ringan hingga lebat lebat, khususnya di Kota Sidikalang dan Salak, Pakpak Bharat.

“Normalnya puncak hujan untuk wilayah Sumut ada dua ya, biasanya itu pada Mei dan Oktober atau November. Jadi kemungkinan sekarang kan masih kemarau, nanti mulai September, Oktober, November sudah masuk musim hujan. Jadi, Sumut normalnya punya dua puncak musim hujan,” imbuh Utami.

Secara global, dijelaskan BMKG masuknya musim kemarau tapi masih sering hujan dikarenakan adanya fenomena atmosfer seperti La Nina, Dipole Mode, Madden Julian Oscillation, gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby. Adapun pada Bulan Juli ini fenomena La Nina masih cukup aktif walaupun dengan kategori lemah yang mempengaruhi penyediaan uap air secara umum di atmosfer Indonesia.

Kemudian fenomena Dipole Mode yang terjadi di Samudera Hindia memicu naiknya curah hujan terutama di wilayah Indonesia bagian Barat, termasuk Sumut. Dan fenomena Madden Julian Oscillation, gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby merupakan gelombang atmosfer aktif yang meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan awan hujan berskala regional.

Utami mengimbau kepada masyarakat, saat hujan berangsur hampir setiap hari ini bagi masyarakat yang berada di pinggiran sungai agar tetap mewaspadai banjir dan angin kencang. “Angin kencang berpotensi terjadi di Sumut pada Juli ini, dengan kecepatan maksimum 20-25 knot. Potensi angin kencang ini terjadi di lereng barat dan pantai barat Sumut,” ujarnya.

Dijelaskannya, pada umumnya, cuaca di wilayah Kota Medan dan sekitarnya dalam 2-3 hari ke depan adalah berawan dan berpotensi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat, khususnya pada sore hingga malam hari.

Hal ini, lanjutnya, adanya pertemuan angin di wilayah Sumut yang menyebabkan pertumbuhan awan-awan hujan. Sedangkan suhunya berkisar antara 25-33 derajat Celcius dengan kelembaban berkisar 68-95 persen. “Kita juga mengimbau warga agar antisipasi dan waspada terhadap banjir. Selain itu, kita juga mengingatkan masyarakat waspada terhadap perubahan cuaca yang bersifat dinamis, untuk itu selalu pantau informasi update dari BMKG setiap hari,” imbaunya.

Adapun, papar Utami, sesuai prakiraan BBMKG Wilayah 1 Medan, potensi banjir di Sumut dengan tingkat rendah, yakni terjadi di Kota Medan, yaitu Kecamatan Medan Barat, Medan Amplas, Medan Baru, Medan Belawan, Medan Deli, Medan Denai, Medan Helvetia, Medan Johor, Medan Kota, Medan Labuhan, Medan Maimun, Medan Marelan, Medan Perjuangan, Medan Petisah, Medan Polonia, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Tembung dan Medan Tuntungan.

Selanjutnya, Deliserdang, meliputi, Bangunpurba, Beringin, Biru-Biru, Delitua, Hamparanperak, Kutalimbaru, Labuhandeli, Lubukpakam, Namorambe, Pagarmerbau, Pancurbatu, Pantailabu, Percutseituan, Senembahtanjungmuda Hilir, Sunggal dan Tanjungmorawa.

Kemudian, Kota Binjai, termasuk Kecamatan Binjai Barat, Binjai Selatan, Binjai Timur, Binjai Utara dan Binjai Kota. Lalu, Asahan, Batubara, Kota Gunungsitoli, Kota Pematangsiantar, Tebingtinggi, Labuhanbatu, Labuhanbatu Selatan (Labusel), Labuhanbatu Utara, Langkat, Mandailingnatal (Madina), Nias, Niasbarat, Niasselatan (Nisel), Niasutara, Padanglawas Utara (Paluta), Serdangbedagai (Sergai), Simalungun, Tapanuliselatan (Tapsel) dan Tapanulitengah (Tapteng). “Sedangkan, wilayah di Sumut yang berpotensi banjir tingkat menengah, yakni Asahan, Niasutara dan Tapsel,” tandasnya. (mag-3/dwi/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/