26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Semua Bisa Terbaik

Oleh: HIRZAN
Wakil Pemimpin Redaksi Sumut Pos

Siang itu koran ini mendapatkan pesan pendek alias sandek atau yang lebih akrab disebut dengan SMS dari panitia Indonesia Print Media Awards (IPMA) 2012. Isinya: Dear Bapak/Ibu pengelola media di Indonesia. Kami panitia IPMA 2012 SPS Pusat mengucapkan selamat atas dipilihnya media Bapak/Ibu oleh Dewan Juri menjadi salah satu pemenang IPMA 2012. Untuk itu kami mohon konfirmasi kehadiran perwakilan dari media Bapak/Ibu yang akan digelar di Jambi 7 Februari 2012.

Langsung saja saya telepon panitia yang dimaksud. Saya meminta agar dikirimkan via email mengenai surat konfirmasi kapan acara tersebut akan dilaksanakan karena ini penting untuk pertangungjawaban ke manajemen. Lantas saya bertanya ke panitia di seberang sana, kira-kira Sumut Pos mendapatkan penghargaan katagori apa. Sayang, panitia hanya menjawab, “Tunggu saja akan diumumkan di Jambi 7 Februari nanti.”

Terus terang, bagi saya penghargaan ini sangat penting. Pasalnya, pada 2011 lalu, koran ini tidak meraih penghargaan tersebut. Jujur, tahun lalu koran ini memang kurang serius menyikapi even tersebut. Hal inilah yang menjadi pemicu amuk Big Bos. Sang Big Bos marah karena sejatinya dia yakin kalau Sumut Pos bisa meraih penghargaan tersebut jika menyiapkan segalanya dengan lebih serius.

Dan, amuk sang Big Bos cukup beralasan. Buktinya, setelah tahun ini Sumut Pos serius mengikuti even ini, penghargaan langsung diraih. Tentu, hal ini tak terlepas dari kerja tim dari soal penyeleksian cover yang akan diikutkan melalui rapat yang serius.

Sumut Pos akhirnya mendapatkan Silver Winner (The Best of Sumatera Newspaper IPMA 2012), merupakan katagori tertinggi tahun ini sebagai koran harian terbaik pada desain, layout atau tampilan perwajahan di Regional Sumatera. Kontan saja kru redaksi kegirangan. Bersalaman hingga agenda makan-makan pun langsung mewakili rasa bangga tersebut.

Saya berpikir, betul juga apa yang dikatakan Big Bos tadi di atas, “Pasti bisa kalau serius!” kalimat ini saya terjemahkan tidak untuk Sumut Pos saja. Semua koran yang ada di Medan pun bisa meraih penghargaan IPMA pada tahun-tahun mendatang. Syaratnya, ya, serius!

Perlu diketahui, untuk ketiga kalinya Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat menyelenggarakan IPMA. IPMA merupakan ajang adu kreasi sampul muka (cover) media cetak (surat kabar, tabloid, dan majalah) yang terbit di Indonesia. Pertama kali diselenggarakan pada 9 Juli 2010, dengan melibatkan 351 entri dari seluruh Indonesia. Kedua digelar di Bali pada 9 Juni 2011 diikuti oleh 310 entri se-Indonesia. Dan, pada penyelenggaraan yang ketiga digelar di Jambi 7 Februari 2012 yang diikuti 500 entri se-Indonesia.

Apa yang membuat SPS mencetuskan adu kreatif ini tentu bukan tak beralasan bukan? Media cetak benar-benar menghadapi persoalan yang serius di era digital ini. Banyak pengamat mengatakan bahwa media cetak akan dikalahkan oleh online. Semua itu bukan tidak mungkin karena selama ini untuk menerima informasi dari media cetak, harus menunggu beberapa jam dulu. Tapi kalau media online, beritanya per detik sudah bisa ketahui.

Phillip Meyer seorang penulis buku yang berjudul The Vanishing Newspaper meramalkan koran terakhir yang terbit adalah pada April 2040. Hal ini bisa dilihat dari mulai berjamurnya berita yang disajikan dalam bentuk digital serta peminatnya lumayan banyak. Phillip mengatakan tidak ada jaminan suatu perusahaan akan eksis selamanya. Buktinya, gelombang digitalisasi memporak-porandakan bisnis yang sudah dijalankan lebih dari seabad. Kodak, mengumumkan pailit setelah berusia lebih dari seratus tahun. Kodak tak sendirian. Koran The Guardian dan The Observer edisi internasional juga tutup. Padahal surat kabar asal Inggris itu sudah berusia ratusan tahun juga, yakni The Guardian terbit pada 5 Mei 1821 dan The Observer terbit pada 1791.
Tapi, apakah ramalan Philip Meyer bakal menjadi kenyataan? Nah, inilah yang mungkin dilakukan SPS dengan menyelenggarakan IPMA untuk mencoba memikat para pembaca melalui suguhan cover yang kreatif, edukatif, dan atraktif.

Jadi dengan adanya IPMA, geliat menjadikan cover koran semakin menarik (tentunya juga soal isi beritanya) dapat membuat pembaca bertahan dan semakin cinta. Dengan begitu, semoga yang diramalkan tentang koran akan mati tidak terjadi. (*)

Oleh: HIRZAN
Wakil Pemimpin Redaksi Sumut Pos

Siang itu koran ini mendapatkan pesan pendek alias sandek atau yang lebih akrab disebut dengan SMS dari panitia Indonesia Print Media Awards (IPMA) 2012. Isinya: Dear Bapak/Ibu pengelola media di Indonesia. Kami panitia IPMA 2012 SPS Pusat mengucapkan selamat atas dipilihnya media Bapak/Ibu oleh Dewan Juri menjadi salah satu pemenang IPMA 2012. Untuk itu kami mohon konfirmasi kehadiran perwakilan dari media Bapak/Ibu yang akan digelar di Jambi 7 Februari 2012.

Langsung saja saya telepon panitia yang dimaksud. Saya meminta agar dikirimkan via email mengenai surat konfirmasi kapan acara tersebut akan dilaksanakan karena ini penting untuk pertangungjawaban ke manajemen. Lantas saya bertanya ke panitia di seberang sana, kira-kira Sumut Pos mendapatkan penghargaan katagori apa. Sayang, panitia hanya menjawab, “Tunggu saja akan diumumkan di Jambi 7 Februari nanti.”

Terus terang, bagi saya penghargaan ini sangat penting. Pasalnya, pada 2011 lalu, koran ini tidak meraih penghargaan tersebut. Jujur, tahun lalu koran ini memang kurang serius menyikapi even tersebut. Hal inilah yang menjadi pemicu amuk Big Bos. Sang Big Bos marah karena sejatinya dia yakin kalau Sumut Pos bisa meraih penghargaan tersebut jika menyiapkan segalanya dengan lebih serius.

Dan, amuk sang Big Bos cukup beralasan. Buktinya, setelah tahun ini Sumut Pos serius mengikuti even ini, penghargaan langsung diraih. Tentu, hal ini tak terlepas dari kerja tim dari soal penyeleksian cover yang akan diikutkan melalui rapat yang serius.

Sumut Pos akhirnya mendapatkan Silver Winner (The Best of Sumatera Newspaper IPMA 2012), merupakan katagori tertinggi tahun ini sebagai koran harian terbaik pada desain, layout atau tampilan perwajahan di Regional Sumatera. Kontan saja kru redaksi kegirangan. Bersalaman hingga agenda makan-makan pun langsung mewakili rasa bangga tersebut.

Saya berpikir, betul juga apa yang dikatakan Big Bos tadi di atas, “Pasti bisa kalau serius!” kalimat ini saya terjemahkan tidak untuk Sumut Pos saja. Semua koran yang ada di Medan pun bisa meraih penghargaan IPMA pada tahun-tahun mendatang. Syaratnya, ya, serius!

Perlu diketahui, untuk ketiga kalinya Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat menyelenggarakan IPMA. IPMA merupakan ajang adu kreasi sampul muka (cover) media cetak (surat kabar, tabloid, dan majalah) yang terbit di Indonesia. Pertama kali diselenggarakan pada 9 Juli 2010, dengan melibatkan 351 entri dari seluruh Indonesia. Kedua digelar di Bali pada 9 Juni 2011 diikuti oleh 310 entri se-Indonesia. Dan, pada penyelenggaraan yang ketiga digelar di Jambi 7 Februari 2012 yang diikuti 500 entri se-Indonesia.

Apa yang membuat SPS mencetuskan adu kreatif ini tentu bukan tak beralasan bukan? Media cetak benar-benar menghadapi persoalan yang serius di era digital ini. Banyak pengamat mengatakan bahwa media cetak akan dikalahkan oleh online. Semua itu bukan tidak mungkin karena selama ini untuk menerima informasi dari media cetak, harus menunggu beberapa jam dulu. Tapi kalau media online, beritanya per detik sudah bisa ketahui.

Phillip Meyer seorang penulis buku yang berjudul The Vanishing Newspaper meramalkan koran terakhir yang terbit adalah pada April 2040. Hal ini bisa dilihat dari mulai berjamurnya berita yang disajikan dalam bentuk digital serta peminatnya lumayan banyak. Phillip mengatakan tidak ada jaminan suatu perusahaan akan eksis selamanya. Buktinya, gelombang digitalisasi memporak-porandakan bisnis yang sudah dijalankan lebih dari seabad. Kodak, mengumumkan pailit setelah berusia lebih dari seratus tahun. Kodak tak sendirian. Koran The Guardian dan The Observer edisi internasional juga tutup. Padahal surat kabar asal Inggris itu sudah berusia ratusan tahun juga, yakni The Guardian terbit pada 5 Mei 1821 dan The Observer terbit pada 1791.
Tapi, apakah ramalan Philip Meyer bakal menjadi kenyataan? Nah, inilah yang mungkin dilakukan SPS dengan menyelenggarakan IPMA untuk mencoba memikat para pembaca melalui suguhan cover yang kreatif, edukatif, dan atraktif.

Jadi dengan adanya IPMA, geliat menjadikan cover koran semakin menarik (tentunya juga soal isi beritanya) dapat membuat pembaca bertahan dan semakin cinta. Dengan begitu, semoga yang diramalkan tentang koran akan mati tidak terjadi. (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/