Oleh:
Ahmad Ilyas SAg
Untuk muda-mudi generasi penerus, tulisan ini akan memaparkan tentang Cinta (kasih sayang), yang ternyata eksploitasi cinta tanpa tuntunan agama akan bermuara kepada pergaulan seks bebas dan merusak tatanan, bahkan eksploitasi cinta akan dapat menggiring pelakunya ke sikap pendewaan terhadap cinta yang akhirnya akan dapat menggiring seseorang kepada kesyirikan yang tidak disadarinya.
Kasih sayang adalah sebuah nilai yang universal, semua orang di dunia menyetujui bahwa kasih sayang adalah nilai yang agung, semua orang di dunia suka akan hal itu. Sebagai sebuah agama dunia, Islam sangat menaruh perhatian terhadap kasih sayang itu. Islam memang agama kasih sayang. “Barangsiapa yang tidak menyayang, tidak akan disayang. “Barangsiapa tidak menyayangi yang di bumi, maka tidak akan disayangi oleh yang di langit.”
Mengingat tingginya nilai kasih sayang dalam pandangan Islam, maka kasih sayang diberikan, dirayakan sepanjang waktu. Tidak ada waktu khusus untuk saling menyayangi, misalnya tahun kasih sayang, bulan kasih sayang, atau hari kasih sayang. Kasih sayang dalam Islam terjadi sepanjang hari, sepanjang kehidupan. Kalau terjadi peristiwa seperti itu, pasti bukan dari Islam.
Selain itu kasih sayang Islam untuk seluruh makhluk Allah. Bahkan Rasulullah Saw melebel orang yang tidak menyayangi yang kecil dan yang besar (dengan menghormatinya) bukan termasuk umatnya. Sehingga Islam tidak mengenal kasih sayang hanya untuk orang tertentu saja, apalagi hanya kepada lawan jenis.
Sementara, di tengah-tengah masyarakat kita-khususnya diperkotaan-telah muncul perayaan hari kasih sayang yang disebut dengan valentine’s day. Merayakannya dengan menghabiskan hari dengan orang terkasih, yaitu kekasihnya. Makan malam bersama di tempat yang romantis, sambil menikmati iringan lagu My Valentine. Saling memberikan kado, coklat, yang disertai kartu ucapan. Hari itu dianggap hari yang special. Interior di mall, supermarket atau pusat perbelanjaan di rancang demikian romantis dipenuhi pernak-pernik berbentuk hati, ada rangkaian bunga indah, coklat, pita disana-sini, yang kesemuanya didominasi warna pink. Kartu ucapan sayangpun marak dijual di emperan toko-toko.
Perayaan seperti jelas bukan dari Islam karena seperti yang disebutkan diatas, Islam hanya mengenal bahwa kasih sayang itu dilakukan setiap hari. Lalu darimana perayaan seperti ini? Banyak orang bercerita tentang asal muasal valentine’s day itu, namun beberapa para ahli mengatakan bahwa asal mula Valentine itu berkaitan dengan St. Valentine. Ia adalah seorang pria Roma yang menolak melepaskan agama Kristen yang diyakininya. Ia meninggal pada 14 Februari 269 Masehi, bertepatan dengan hari yang dipilih sebagai pelaksaan ‘undian cinta’. Legenda juga mengatakan bahwa St. Valentine sempat meninggalkan ucapan selamat tinggal kepada putri seorang narapidana yang bersahabat dengannya. Di akhir pesan itu, ia menuliskan : “Dari Valentinemu”.
Akhirnya secara bertahap 14 Februari menjadi hari khusus untuk bertukar surat cinta dan St. Valentine menjadi idola para pecinta. Datangnya tanggal itu ditandai dengan pengiriman puisi cinta dan hadiah sederhana, semisal bunga. Sering juga untuk merayakan hari kasih sayang ini dilakukan acara pertemuan besar atau bahkan permainan bola. Acara Valentine mulai dirayakan besar-besaran semenjak tahun 1800 dan pada perkembangannya, kini acara ini menjadi sebuah ajang bisnis yang menguntungkan.
Nah, ternyata benar, valentine’s day itu bukan dari Islam, bahkan merayakannya akan menyeret pelakunya kepada kemusyrikan, sebuah perbuatan yang akan mencederai ketauhidan kepada Allah. Ini masalah besar dalam Islam.
Masalah besar lainnya adalah berkurangnya nilai kasih sayang, yang oleh Islam dijunjung tinggi. Terkesan bahwa kasih sayang itu hanya terbatas hubungan laki-laki dan perempuan, padahal sejatinya kasih sayang itu lebih luas dari yang dipraktekkan. Bahkan kasih sayang-yang mulia itu-dipraktekkan dengan perzinahan. Dipraktekkan dengan pergaulan bebas, terjadi de-sakralisasi seks. Sungguh praktek kasih sayang yang jauh dari ketinggian Islam.
Dari sudut pandang Islam, ternyata Valentine adalah sebuah perayaan yang harus dijauhi oleh para muda-mudi dan anak-anak muslim dan muslimah, dan sebaiknya para orang tua memberikan informasi kepada anak-anaknya bahwa Valentine bertentangan dengan nilai-nilai ke-Islam-an, memang bukan merupakan hal yang mudah karena sesungguhnya kita berhadapan dengan arus modernisme yang telah mengglobal dan salah kaprah. Opini tidak ketinggalan zaman dan tidak gaul bila tidak merayakan Valentine adalah salah satu kendalanya, namun dengan cara yang baik dan informasi yang akurat, Insya Allah informasi tersebut akan menjadi nasehat yang akan mudah untuk diikuti dan ditaati.
Banyak para muda-mudi yang mengadakan pesta Valentine hanya karena ikut-ikutan supaya tidak dibilang ketinggalan zaman atau tidak gaul, orang yang ikut-ikutan pesta valentine seakanakan telah menyandang predikat sebagai orang yang modern dan maju, padahal dia tidak tahu apa-apa tentang sejarah Valentine dan Valentine itu sendiri, padahal Valentine sendiri bukanlah hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Berdampak buruk terhadap akhlak
Pertama, munculnya akhlak tasyabbuh yaitu akhlak meniru orang lain dengan tanpa mengetahui dan mempertimbangkan sebab dilakukannya valentine’s day. Dengan meniru praktek berkasih sayang yang buruk akan membuat ketinggian kasih sayang Islam akan pudar dan secara perlahan akan sirna. Untuk itu Rasulullah saw memagari umatnya dengan sebuah hadits:
“Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut, “ (HR. Tirmidzi.)
Kedua, dengan meniru orang lain menunjukkan ketidakberdayaan umat Islam yang pada gilirannya akan meninggalkan ciri ketinggian nilai-nilai Islam, menanggalkan identitas keislaman. Nantinya umat Islam berperilaku mengikuti trend yang sedang berkembang di tengah-tengah masyarakat-yang sekarang ini-dipengaruhi oleh budaya global melalui berbagai media. Karena dengan mengikuti Valentine bukan saja sekedar pesta untuk menyatakan kasih sayang, tetapi juga pesta yang mau-tidak-mau harus mengikutkan budaya yang lainnya, pergaulan bebas, fashion, pakaian minim, dansa-dansa, dan mengumbar nafsu lainnya.
Ketiga, valentine’s day secara tidak langsung memberi keuntungan kepada pihak kapitalis dan menjadikan umat Islam sebagai konsumen saja. Mereka yang membuat, memproduksi barang kepentingan perayaan, sementara pembelinya adalah umat Islam.
Dikala seperti ini, kita pegang saja kuat-kuat Sabda Nabi Muhammad saw: “katakanlah: aku beriman kepada Allah kemudian istiqamahlah!” Dengan iman yang menancap di lubuk hati, sampai pada cinta kepada keimanan dan iman itu menghiasinya, maka akan benci kepada bentuk kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan”. Sebagai firman Allah :
“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,”(QS.Al Hujarat:7)
Inilah dasar untuk menangkis serangan era globalisasi yang kuat dalam menerpa nilai-nilai Islam yang kita miliki. Setelah kita menggenggam keimanan dengan erat, komitmenlah, istiqamahlah, berjalan terus diatas jalan yang lurus. Jangan lupa pelajari ilmu agama dan jangan pula pernah jemu. Orang berilmu akan mengetahui terang di dalam kegelapan, akan mengetahui jalan keluar dalam kesesatan, dan akan mengetahui kebenaran diantara kebatilan. Wallahu A’lam Bishowab.(*)
Penulis adalah Ketua PERSIS (Persatuan Islam) Kecamatan Medan Johor, Staf pengajar di SD Islam
An-Nizam Medan dan Pemerhati
persoalan Pemuda dan Remaja Kota Medan.