26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tidak Cuma Wisata, Saatnya Bali menjadi Unggulan Ekspor Produk Kakao

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Perkebunan rakyat sudah barang tentu menghasilkan nilai ekonomi suatu produk di sentra produksi jika dijalankan dan dikelola dengan inovation of bussiness. Begitu juga dengan basis perkebunan rakyat untuk komoditas kakao di Bali yang perlu terus didukung keekonomiannya dan bergandengan dengan potensi wisata di sana.

Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah mengatakan, Bali merupakan provinsi dengan branding terkuat di Indonesia. Siapa yang tidak tahu Bali? Mancanegara pun berbondong-bondong untuk menikmati wisata di sana. “Nah, ini yang perlu ditangkap untuk kakao Bali bisa berbuat banyak di pasar ekspor, karena dari wisata sudah punya nilai, tinggal dikemas dan dibranding dengan baik. Ditjen Perkebunan akan terus memperhatikan sentra-sentra produksi kakao di Bali untuk bisa meningkatkan ekspor mendukung program Gratieks,” kata Andi Nur Alam.

Ketua Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya, I Ketut Wiadnyana, mengapresiasi peran pemerintah, salah satunya Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan, sangat banyak, selalu men-support mereka. “Salah satunya melalui pelatihan, sarana prasarana penunjang untuk proses di onfarm, benih yang bersertifikat, sarana prasarana penunjang fermentasi dan alat/mesin yang bermanfaat untuk pengolahan cokelat,” ujar I Ketut Wiadnyana saat dihubungi Tim Ditjen Perkebunan, beberapa waktu lalu.

Ia mengungkapkan, berkat ketekunan dan komitmen bersama antara kelompok tani dan koperasi, kini mendulang sukses berkat kakao. “Kini Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya dampingan dari Kalimajari Bali telah rutin melakukan ekspor setiap tahun ke Perancis, Belanda, Amerika Serikat, Jepang, Swiss, Belgia sebanyak 0,5-15,5 ton/ tahun,” ungkapnya.

Ia menceritakan kisah suksesnya, Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya telah berdiri sejak 8 Mei 2006, dengan jumlah anggota sertifikasi sebanyak 609 orang. Produk turunan yang baru dihasilkan berupa Nibs kakao yang dijual ke lokal PT Bali, kakao kul-kul sebanyak 1 ton/bulan dan Bali Varenyam sebanyak 100 kg/bulan. Kedepan tidak hanya Nibs saja, kami mengupayakan produksi dan ekspor produk olahan cokelat yang bernilai tambah lebih tinggi.

“Pekebun kakao yang tergabung dalam koperasi dapat memperoleh keuntungan yang cukup signifikan, salah satu dampak positifnya harga penjualan Nibs dapat lebih mahal dan stabil, koperasi pun continue mendampingi petani, memberikan saran advokasi serta melalui pendampingan dari koperasi dapat merubah mindset pekebun agar lebih memperhatikan proses hulu hingga ke hilir sehingga hasil produksi dan produktivitas berkualitas mutu baik dan berdaya saing,” bebernya.

Motivasi mereka, lanjut I Ketut Wiadnyana, agar posisi tawar itu ada di pihak pekebun dan koperasi, sedangkan untuk promosi Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya telah melakukan berbagai promosi untuk memperkenalkan produk olahan kakao miliknya, salah satunya Kalimajari, melalui exhibition dan media sosial. “Harapan ke depannya, kita dapat disupport mesin-mesin yang kapasitasnya lebih besar sehingga kita bisa menjual Pasta, butter, powder baik lokal maupun ekspor,” harapnya.

Pada kesempatan yang berbeda, Plt. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Baginda Siagian mengapresiasi langkah yang dilakukan koperasi kakao pak Ketut, apalagi didukung kemitraan yang kuat, ini salah satu bentuk koorporasi petani yang wajib di replikasi di sentra kakao lainnya. Perlu juga memperkuat branding melalui promosi, dan Ditjen. Perkebunan akan hadir di aspek tersebut untuk membantu promosi. (rel/adz)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Perkebunan rakyat sudah barang tentu menghasilkan nilai ekonomi suatu produk di sentra produksi jika dijalankan dan dikelola dengan inovation of bussiness. Begitu juga dengan basis perkebunan rakyat untuk komoditas kakao di Bali yang perlu terus didukung keekonomiannya dan bergandengan dengan potensi wisata di sana.

Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah mengatakan, Bali merupakan provinsi dengan branding terkuat di Indonesia. Siapa yang tidak tahu Bali? Mancanegara pun berbondong-bondong untuk menikmati wisata di sana. “Nah, ini yang perlu ditangkap untuk kakao Bali bisa berbuat banyak di pasar ekspor, karena dari wisata sudah punya nilai, tinggal dikemas dan dibranding dengan baik. Ditjen Perkebunan akan terus memperhatikan sentra-sentra produksi kakao di Bali untuk bisa meningkatkan ekspor mendukung program Gratieks,” kata Andi Nur Alam.

Ketua Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya, I Ketut Wiadnyana, mengapresiasi peran pemerintah, salah satunya Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan, sangat banyak, selalu men-support mereka. “Salah satunya melalui pelatihan, sarana prasarana penunjang untuk proses di onfarm, benih yang bersertifikat, sarana prasarana penunjang fermentasi dan alat/mesin yang bermanfaat untuk pengolahan cokelat,” ujar I Ketut Wiadnyana saat dihubungi Tim Ditjen Perkebunan, beberapa waktu lalu.

Ia mengungkapkan, berkat ketekunan dan komitmen bersama antara kelompok tani dan koperasi, kini mendulang sukses berkat kakao. “Kini Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya dampingan dari Kalimajari Bali telah rutin melakukan ekspor setiap tahun ke Perancis, Belanda, Amerika Serikat, Jepang, Swiss, Belgia sebanyak 0,5-15,5 ton/ tahun,” ungkapnya.

Ia menceritakan kisah suksesnya, Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya telah berdiri sejak 8 Mei 2006, dengan jumlah anggota sertifikasi sebanyak 609 orang. Produk turunan yang baru dihasilkan berupa Nibs kakao yang dijual ke lokal PT Bali, kakao kul-kul sebanyak 1 ton/bulan dan Bali Varenyam sebanyak 100 kg/bulan. Kedepan tidak hanya Nibs saja, kami mengupayakan produksi dan ekspor produk olahan cokelat yang bernilai tambah lebih tinggi.

“Pekebun kakao yang tergabung dalam koperasi dapat memperoleh keuntungan yang cukup signifikan, salah satu dampak positifnya harga penjualan Nibs dapat lebih mahal dan stabil, koperasi pun continue mendampingi petani, memberikan saran advokasi serta melalui pendampingan dari koperasi dapat merubah mindset pekebun agar lebih memperhatikan proses hulu hingga ke hilir sehingga hasil produksi dan produktivitas berkualitas mutu baik dan berdaya saing,” bebernya.

Motivasi mereka, lanjut I Ketut Wiadnyana, agar posisi tawar itu ada di pihak pekebun dan koperasi, sedangkan untuk promosi Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya telah melakukan berbagai promosi untuk memperkenalkan produk olahan kakao miliknya, salah satunya Kalimajari, melalui exhibition dan media sosial. “Harapan ke depannya, kita dapat disupport mesin-mesin yang kapasitasnya lebih besar sehingga kita bisa menjual Pasta, butter, powder baik lokal maupun ekspor,” harapnya.

Pada kesempatan yang berbeda, Plt. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Baginda Siagian mengapresiasi langkah yang dilakukan koperasi kakao pak Ketut, apalagi didukung kemitraan yang kuat, ini salah satu bentuk koorporasi petani yang wajib di replikasi di sentra kakao lainnya. Perlu juga memperkuat branding melalui promosi, dan Ditjen. Perkebunan akan hadir di aspek tersebut untuk membantu promosi. (rel/adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/