JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan aktivitas erupsi vulkanik Gunung Semeru, Jawa Timur, saat ini sudah cenderung mereda. “Aktivitas Gunung Semeru sejak Minggu (4/12) kemarin, pukul 13.30 WIB cenderung mereda.
Hari ini, pada sekitar pukul 12.00 WIB terjadi awan panas kecil mencapai jarak tujuuh kilometer dan pada pukul 12.25 WIB terjadi lahar dingin tidak terlalu besar selama lebih kurang dua jam,” kata Kepala PVMBG Hendra Gunawan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (5/12).
Gunung Semeru mengeluarkan awan panas guguran dengan jangkauan sejauh tujuh kilometer pada Minggu (4/12), pukul 02.46 WIB. Pada pukul 12.00 WIB, PVMBG mengambil langkah mitigasi dengan menaikkan status Gunung Semeru dari sebelumnya Level III atau Siaga menjadi Level IV atau Awas.
Keputusan itu diambil agar warga yang bermukim di kawasan rawan bencana Gunung Semeru mengosongkan daerah mereka dan mengevakuasi diri menuju pengungsian yang telah disediakan di daerah yang aman dari jangkauan erupsi. Dengan demikian, tidak menimbulkan korban jiwa bila sewaktu-waktu gunung api tersebut meletus.
PVMBG memberikan sejumlah rekomendasi terkait dengan peningkatan status Gunung Semeru menjadi Awas, yakni tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.
Selain itu, masyarakat juga diminta tidak beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap lontaran batu (pijar). Selain itu, warga mewaspadai potensi awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Kemarin (5/12), petugas dan warga mulai mengevakuasi hewan ternak di zona merah bencana Gunung Semeru di Desa Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. “Hari ini (5/12), masyarakat mulai mengevakuasi hewan ternak dibantu petugas di Dusun Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh. Sedangkan di Kampung Renteng relatif aman,” kata Sekretaris Desa Sumberwuluh Samsul Arif di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.
Menurut dia, evakuasi hewan ternak menjadi bagian penting dalam penanggulangan bencana. Sebab, merupakan aset berharga bagi masyarakat, sehingga perlu diselamatkan. “Dusun Kajar Kuning menjadi daerah terparah terdampak Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru dan evakuasi hewan ternak tidak bisa dilakukan pada hari pertama karena kondisi medan yang masih rawan,” tutur Samsul Arif.
Dia menjelaskan, hewan ternak dievakuasi untuk memastikan keamanan aset milik warga. Hal tersebut untuk mengantisipasi adanya oknum yang memanfaatkan kelengahan warga. “Seperti yang terjadi bencana APG Gunung Semeru pada tahun lalu, kami mendapat laporan kehilangan hewan ternak saat erupsi disertai APG tahun lalu,” terang Samsul Arif.
Samsul mengatakan, hewan ternak dikumpulkan di Desa Penanggal dan hunian tetap di Desa Sumbermujur terdapat kandang. “Namun, kami masih belum tahu apakah kebutuhan pangan ternak warga sudah tercukupi,” ujar Samsul Arif.
Sementara itu, Sekretaris Camat Candipuro Abdul Aziz mengatakan semua warga di Dusun Kajar Kuning sudah direlokasi di Bumi Semeru Damai di Desa Sumbermujur. Namun, sebagian warga bercocok tanam dan memelihara hewan di sana. “Para penyintas awan panas guguran (APG) masih bercocok tanam di Dusun Kajar Kuning, namun setelah selesai bekerja, mereka pulang ke hunian tetap di relokasi Bumi Semeru Damai tersebut,” jelas Abdul Aziz.
Menurut dia, Dusun Kajar Kuning merupakan daerah zona merah erupsi Gunung Semeru. Sehingga, setahun lalu setelah bencana APG Semeru dikosongkan dan tidak ada warga yang tinggal di sana. (jpc)