Travel Tour Hongkong-Macau (3)
Oleh: DAME AMBARITA
Pemimpin Redaksi Sumut Pos
Sore hari kedua, peserta berganti bus dari Hong Kong ke Shenzhen yang lokasinya berbatasan. Lewat imigrasi lagi. Ganti tour guide lagi.
Namanya Aming. Ia cukup fasih berbahasa Indonesia karena ibunya pernah tinggal di Indonesia. Sang ibu kembali ke China saat keluarnya PP 10 tahun 1959.
Bagi yang belum tau, PP No 10 ini adalah sebuah peraturan tahun 1959 yang berisi larangan orang asing berusaha di bidang perdagangan eceran di tingkat kabupaten ke bawah (di luar ibu kota daerah) dan wajib mengalihkan usaha mereka kepada warga negara Indonesia. Peraturan ini mengakibatkan eksodus besar-besaran orang China (belum warganegara Indonesia) dan keturunan Tionghoa kembali ke China.
Perjalanan ke Shenzhen berlangsung mulus. Kali ini sopir bus berada di sebelah kiri karena perbedaan peraturan jalan dengan Hong Kong. Bus di Shenzhen dilengkapi alat yang menayangkan suhu udara saat itu, dalam billboard kecil di bus. Jadi setiap saat, seluruh penumpang bus dapat mengikuti temperatur udara saat itu juga.
Sepanjang perjalanan, peserta melewati puluhan jalan layang, terowongan, dan deretan gedung-gedung tinggi. Dekade terakhir ini, hampir tak terlihat lagi beda antara Kota Hong Kong dengan Shenzhen soal jumlah gedung. Hampir sepanjang jalan, rumah susun, apartemen, hotel, dan pusat-pusat perbelanjaan dengan tinggi puluhan lantai, menantang di kiri kanan jalan. Jarang terlihat ruko 3 lantai, apalagi rumah 1 lantai. Rumah ibadah pun tidak terlihat dari jalur jalan raya yang dilintasi bus kami.
Jalanan bersih. Pembatas tengah jalan penuh tanaman hidup dan dipagar rapi. Tidak ada lautan reklame yang melelahkan mata seperti di Kota Medan dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Hati pun tenang menikmati pemandangan kota.
Di Shenzhen, Aming menjelaskan, orang China umumnya menaruh rasa hormat pada taipan Hong Kong, Li Ka-sing, karena bersedia menanamkan investasi di Hong Kong. “Puluhan tahun lalu, orang China bisa masuk Hong Kong tanpa banyak masalah soal izin. Namun sejak Hong Kong berkembang pesat, izin jadi sangat sulit. Orang Hong Kong kaya-kaya, sementara orang China sangat miskin. Alhasil, orang China daratan suka bermimpi jadi dewa agar bisa terbang ke Hong Kong dan bekerja di sana. Soalnya, orang Hong Kong kaya-kaya,” kisahnya.
Barulah setelah masa Mao Zedong jadi presiden China, ekonomi China mulai bangkit. Caranya, Mao terlebih dahulu membangkitkan rasa nasionalisme rakyatnya melawan penghinaan dari Soviet, yang menyebut ‘sampai rakyat China harus berbagi 1 celana dalam untuk 2 orang pun, China takkan mampu membayar utangnya’.
Lewat tayangan ‘penghinaan’ itu berulang-ulang, Mao mengajak seluruh rakyat China yang berjumlah 1 miliar, untuk menyisihkan 1 butir beras per orang setiap kali masak. Artinya, jika masak beras hanya satu kali satu hari, berarti ada 1 miliar butir beras yang disetor ke pemerintah per hari, untuk membayar utangnya. Jadilah, utang mereka terbayar dalam waktu cepat, dan ekonomi mereka mulai bergeliat.
Dengan bantuan orang-orang China yang sukses di luar negeri yang tidak melupakan tanah leluhurnya, China pun mulai membangun. Li Ka-shing termasuk salahsatu yang membantu China, dengan cara berinvestasi di sana.
Kota Shenzhen yang berbatasan dengan Hong Kong, merupakan kota pertama yang dipilih sebagai kota terbuka bagi dunia luar. Shenzhen pun maju. Disusul Guangzhou, Zhuhai, dan puluhan kota lainnya yang dibangun dengan lanskap kota modern.
Dengan bergeliatnya kota-kota di China, dunia pun berbalik. Kali ini, justru penduduk Hong Kong yang banyak bekerja di Shenzhen. Orang Hong Kong yang dulu banyak memandang hina pada orang China, berbalik menjadi pencari kerja di China. Orang China sendiri justru menjadi turis ke Hong Kong.
Di Shenzhen, Aming membawa peserta tour menikmati beragam objek wisata. Mulai dari wisata kebun bunga di OCT Theme Park, naik dan turun kereta gantung, naik kereta api wisata melintasi hutan dan lembah, dan masuk ke Splendid of China menonton pertunjukan di Inspiration Theater yang spektakuler. Biaya masuk ke teater ini sudah termasuk dalam paket tour. Jadi tak usah keluar uang lagi. Di sini banyak pemandangan menarik untuk objek foto.
Yang menakjubkan dari Inspiration Theater dalah pertunjukan kolosal selama 1 jam di dalam gedung teater. Dibuka pukul 4 sore, ratusan penari dengan kostum fantastis ala kerajaan-kerajaan di China dari berbagai suku, tampil silih berganti. Berbagai kisah dan koreografi tampil seakan tak ada habisnya. Pertunjukan dipadu dengan tata lampu yang keren.
Gedungnya memang dirancang khusus untuk pertunjukan. Saat ada adegan yang membutuhkan curah hujan pun, ada air beneran yang turun dari langit-langit, ditampung di lantai yang bisa membuka dan menutup. Juga ada panggung yang bisa naik turun, bergeser ke kiri atau ke kanan, dan sebagainya. Benar-benar keren. Seandainya Kota Medan memiliki gedung pertunjukan dan pertunjukan sehebat itu.
Usai dari gedung theater, sekitar 3 jam kemudian, ada pertunjukan kedua di panggung terbuka. Dengan areal penonton yang bisa menampung 3-ribuan orang (dan menurut Aming, setiap hari penuh dengan turis mancanegara), pertunjukan itu lebih spektakuler lagi. Melibatkan badut, ratusan penari grup, penari solo, penari terbang, dewi Kwan Im terbang (yang ini benar-benar bagus, dengan tata cahaya yang mirip terowongan waktu, tempat sang dewi turun dari langit), kembang api yang meledak mengejutkan, puluhan kuda-kuda yang ditunggangi prajurit berlari di depan pantai, pawai para raja-raja China, api unggun di atas gedung, dan sebagainya. Seluruh pertunjukan benar-benar dikemas efisien. Penari silih berganti dan kadang 3 kelompok berbeda tampil bersamaan di panggung berbeda. “Sampai bingung mau fokus menonton yang mana,” kata seorang teman. Hihihihi…
Intinya, pemerintah China benar-benar mengemas konsep paket wisatanya untuk memuaskan para turis. Biaya besar yang diinvestasikan diprediksi kembali cepat, melihat jumah turis yang setiap hari datang ke China. Konsep yang bisa kita terapkan di sini.
Puas menonton pertunjukan, Aming memandu seluruh peserta kembali ke bus, dilanjutkan dengan wisata belanja ke Louhou Market di Shenzhen. Murah meriah asalkan pintar menawar pakai bahasa kalkulator. (dame)