26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Indonesia Turut Berduka dan Siap Kirim Bantuan

TURKI, SUMUTPOS.CO – Gempa dahsyat di Turki dan Syria mengundang empati dunia. Pemerintah RI juga siap membantu. Komitmen itu disampaikan Wapres KH Ma’ruf Amin saat kunjungan kerja di proyek smelter PT Freeport Indonesia di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, kemarin (7/2).

Ma’ruf mengatakan, semua negara tentu memiliki komitmen untuk saling membantu. Khususnya ketika ada negara yang mengalami musibah atau bencana yang cukup besar. ’’Turki itu, dulu ketika ada tsunami di Aceh, juga paling awal ikut membantu,’’ katanya.

Menurut Ma’ruf, di momen resepsi puncak Satu Abad NU di Kabupaten Sidoarjo, dirinya sudah berkomunikasi dengan Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Intinya, membahas pengiriman bantuan ke Turki secepatnya. ’’Semua ini bagian dari tanggung jawab internasional kita,’’ katanya.

Dunia mesti harus saling membantu. Tradisi kemanusiaan antarnegara perlu terus ditingkatkan. Di Indonesia, nanti pengiriman bantuan juga bisa melibatkan lembaga sosial seperti Badan Amal Zakat Nasional (Baznas) dan lembaga lainnya.

Sementara itu, Ketua Baznas RI Noor Achmad mengungkapkan, pihaknya turut berdukacita yang mendalam atas musibah gempa dahsyat di Turki dan Syria. Sebagai bentuk misi kemanusiaan dan meringankan beban para korban, Baznas segera mengirimkan bantuan. Termasuk menurunkan tim disaster yang berpengalaman. ’’Diharapkan 3–4 hari ke depan, tim ini sudah bisa berangkat ke sana (Turki),’’ ungkapnya.

Beberapa bantuan itu berupa bahan pokok, selimut, dan obat-obatan. Pada tahap awal, bantuan yang dikirimkan kurang lebih senilai Rp 1 miliar. Namun, pihaknya juga akan terus menggalang bantuan hingga sebulan ke depan. Termasuk melibatkan seluruh Baznas di tingkat kabupaten/kota dan provinsi se-Indonesia. ’’Diharapkan, penggalangan bantuan ini bisa mencapai Rp 10 miliar. Dana ini nantinya diharapkan bisa digunakan untuk recovery di sana,’’ terangnya.

Agar bantuan yang diberikan bisa tepat sasaran, Noor Achmad meminta kepada tim yang ditugaskan ke Turki untuk berkoordinasi dengan pihak kedutaan di Turki. Selain itu, berkoordinasi dengan para mahasiswa asal Indonesia yang sedang belajar di Turki. ’’Tim juga harus belajar dan mengetahui apa yang benar-benar dibutuhkan para korban,’’ jelasnya.

Ketua World Zakat and Waqf Forum (WZWF) Zainulbahar Noor mengungkapkan, pihaknya telah mengirimkan surat kepada semua organisasi zakat dan wakaf di 41 negara untuk memberikan bantuan. Termasuk kepada semua organisasi dunia agar memberikan perhatian dan bantuan kepada semua yang menderita di Turki dan Syria. ’’Gempa bumi ini salah satu yang terbesar di Turki dan saya kira juga di seluruh dunia,’’ ujarnya.

 

Sepuluh WNI Ikut Jadi Korban

Sementara itu, hingga kemarin (7/2) jumlah WNI terdampak gempa bumi Turki bertambah menjadi 10 orang. Empat orang di antaranya telah ditangani di rumah sakit setempat. Satu orang di Kahramanmaras dan tiga orang di Hatay. Adapun enam lainnya akan dievakuasi ke rumah sakit di Ankara lantaran tak dapat tertampung di rumah sakit di Hatay.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Teuku Faizasyah mengatakan, situasi di wilayah gempa sangat dinamis. Karena itu, pantauan terhadap WNI yang berada di wilayah terdampak terus dilakukan. KBRI Ankara pun secara berkala melaporkan perkembangan yang terjadi kepada Menlu RI Retno Marsudi. “Empat tim KBRI Ankara yang dipimpin langsung oleh Pak Dubes Lalu Muhammad Iqbal sedang menuju lokasi gempa untuk mengevakuasi 104 WNI dari lima titik,” ujarnya dalam temu media di Jakarta kemarin.

Lima titik tersebut meliputi Gaziantep, Kahramanmaras, Adana, Hatay, dan Diyarbakir. Kelimanya diketahui menjadi wilayah paling terdampak gempa bumi yang terjadi Senin (6/2) dini hari tersebut. Selain mengevakuasi para WNI, Dubes Iqbal membawa satu kontainer berisi bahan makanan untuk diserahkan melalui Bulan Sabit Merah Turki (Kizilay) di Kota Gaziantep.

Bantuan tersebut merupakan tahap awal yang disalurkan pemerintah Indonesia. Untuk bantuan selanjutnya, Faiza menyebut tengah dibahas di Jakarta oleh kementerian/lembaga terkait. Termasuk mengoordinasi bantuan dari masyarakat yang berempati memberikan bantuan kemanusiaan.

Tak hanya berdampak di lima wilayah di Turki Selatan, gempa berskala 7,8 SR itu juga mengguncang negara sekitarnya. Salah satunya, Syria. Faiza mengatakan, KBRI Damaskus telah mengirimkan tim menuju Aleppo dan Hama. Tujuannya, memastikan ada tidaknya WNI yang menjadi korban. “Sejak kemarin (Senin, Red) tim kontak KBRI sudah melihat di lapangan dan mengunjungi beberapa rumah sakit di wilayah Syria, tapi belum diperoleh laporan ada korban WNI,” paparnya.

Kendati belum ada laporan korban WNI, Duta Besar RI untuk Syria Wajid Fauzi memastikan, pihaknya akan terus menelusuri kondisi WNI di sana. KBRI Damaskus akan berkunjung ke Hama dan Aleppo guna mencari informasi WNI yang terdampak. Termasuk memberikan bantuan psikologis.

Menurut catatan KBRI Damaskus, terdapat 116 WNI di Syria. Mereka tersebar di Latakia sebanyak 34 orang, Hama (10), Homs (3), Tartus (20), dan Aleppo (49).

 

WHO Perkirakan 20 Ribu Korban Jiwa

Hingga kemarin (7/2), gempa di Turki-Syria telah merenggut lebih dari 5 ribu nyawa. Perinciannya, 3.419 orang di Turki dan 1.581 orang di Syria. Namun, jumlah korban tewas itu bak gunung es. Masih sementara. Sebab, ada ribuan bangunan yang ambruk terdampak gempa dahsyat Senin (6/2) dini hari itu. Lebih dari separo bangunan tersebut berupa gedung-gedung bertingkat.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, jumlah korban jiwa kemungkinan bisa tembus hingga 20 ribu nyawa. Gempa berkekuatan 7,8 magnitudo tersebut termasuk kategori gempa besar. Terlebih, disusul gempa kedua 7,6 magnitudo. Total ada 243 gempa susulan dengan rata-rata berkekuatan 4 magnitudo.

Kepala Institut Pengurangan Risiko dan Bencana di University College London Prof Joanna Faure Walker mengungkapkan, hanya ada dua gempa selama 10 tahun terakhir yang memiliki kekuatan sama. “Gempa ini terjadi pada dini hari ketika orang-orang sedang berada di dalam rumah dan tidur,” ujar Walker seperti dikutip BBC.

Bukan hanya kekuatan getaran yang menimbulkan kehancuran besar. Kekuatan dan kekokohan bangunan juga menjadi salah satu faktornya. Pembaca vulkanologi dan komunikasi risiko di University of Portsmouth Dr Carmen Solana menyebut, infrastruktur bangunan yang bertahan di wilayah selatan Turki dan Syria tidak merata. Kini, proses penyelamatan korban bergantung sepenuhnya pada respons tim evakuasi. “Pada 24 jam pertama sangat penting untuk menemukan penyintas. Setelah 48 jam, jumlah yang selamat akan berkurang drastis,” ujarnya.

Di wilayah yang terdampak, tidak pernah terjadi gempa besar selama lebih dari 200 tahun. Tidak ada pula tanda peringatan apa pun. Karena itu, tingkat kesiapsiagaan penduduk lebih rendah dibandingkan wilayah yang sudah terbiasa menghadapi gempa.

Gempa di Turki terjadi karena lempeng Arab yang bergerak ke utara. Bergesekan dengan lempeng Anatolia. Gesekan antarlempeng itu menjadi penyebab gempa bumi yang sangat besar dan merusak. Misalnya, gempa 7,4 magnitudo pada 13 Agustus 1822. Saat itu, kerusakan besar juga terjadi pada kota-kota Turki dan Syria. Tercatat sebanyak 7 ribu orang tewas di Aleppo saja. Gempa susulan yang merusak berlanjut hingga hampir satu tahun.

Karena itu, para pakar pun memperkirakan, gempa susulan yang terjadi di Turki saat ini mungkin juga berlangsung selama beberapa bulan ke depan. (wan/gih/mia/sha/c7/hud/jpg)

TURKI, SUMUTPOS.CO – Gempa dahsyat di Turki dan Syria mengundang empati dunia. Pemerintah RI juga siap membantu. Komitmen itu disampaikan Wapres KH Ma’ruf Amin saat kunjungan kerja di proyek smelter PT Freeport Indonesia di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, kemarin (7/2).

Ma’ruf mengatakan, semua negara tentu memiliki komitmen untuk saling membantu. Khususnya ketika ada negara yang mengalami musibah atau bencana yang cukup besar. ’’Turki itu, dulu ketika ada tsunami di Aceh, juga paling awal ikut membantu,’’ katanya.

Menurut Ma’ruf, di momen resepsi puncak Satu Abad NU di Kabupaten Sidoarjo, dirinya sudah berkomunikasi dengan Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Intinya, membahas pengiriman bantuan ke Turki secepatnya. ’’Semua ini bagian dari tanggung jawab internasional kita,’’ katanya.

Dunia mesti harus saling membantu. Tradisi kemanusiaan antarnegara perlu terus ditingkatkan. Di Indonesia, nanti pengiriman bantuan juga bisa melibatkan lembaga sosial seperti Badan Amal Zakat Nasional (Baznas) dan lembaga lainnya.

Sementara itu, Ketua Baznas RI Noor Achmad mengungkapkan, pihaknya turut berdukacita yang mendalam atas musibah gempa dahsyat di Turki dan Syria. Sebagai bentuk misi kemanusiaan dan meringankan beban para korban, Baznas segera mengirimkan bantuan. Termasuk menurunkan tim disaster yang berpengalaman. ’’Diharapkan 3–4 hari ke depan, tim ini sudah bisa berangkat ke sana (Turki),’’ ungkapnya.

Beberapa bantuan itu berupa bahan pokok, selimut, dan obat-obatan. Pada tahap awal, bantuan yang dikirimkan kurang lebih senilai Rp 1 miliar. Namun, pihaknya juga akan terus menggalang bantuan hingga sebulan ke depan. Termasuk melibatkan seluruh Baznas di tingkat kabupaten/kota dan provinsi se-Indonesia. ’’Diharapkan, penggalangan bantuan ini bisa mencapai Rp 10 miliar. Dana ini nantinya diharapkan bisa digunakan untuk recovery di sana,’’ terangnya.

Agar bantuan yang diberikan bisa tepat sasaran, Noor Achmad meminta kepada tim yang ditugaskan ke Turki untuk berkoordinasi dengan pihak kedutaan di Turki. Selain itu, berkoordinasi dengan para mahasiswa asal Indonesia yang sedang belajar di Turki. ’’Tim juga harus belajar dan mengetahui apa yang benar-benar dibutuhkan para korban,’’ jelasnya.

Ketua World Zakat and Waqf Forum (WZWF) Zainulbahar Noor mengungkapkan, pihaknya telah mengirimkan surat kepada semua organisasi zakat dan wakaf di 41 negara untuk memberikan bantuan. Termasuk kepada semua organisasi dunia agar memberikan perhatian dan bantuan kepada semua yang menderita di Turki dan Syria. ’’Gempa bumi ini salah satu yang terbesar di Turki dan saya kira juga di seluruh dunia,’’ ujarnya.

 

Sepuluh WNI Ikut Jadi Korban

Sementara itu, hingga kemarin (7/2) jumlah WNI terdampak gempa bumi Turki bertambah menjadi 10 orang. Empat orang di antaranya telah ditangani di rumah sakit setempat. Satu orang di Kahramanmaras dan tiga orang di Hatay. Adapun enam lainnya akan dievakuasi ke rumah sakit di Ankara lantaran tak dapat tertampung di rumah sakit di Hatay.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Teuku Faizasyah mengatakan, situasi di wilayah gempa sangat dinamis. Karena itu, pantauan terhadap WNI yang berada di wilayah terdampak terus dilakukan. KBRI Ankara pun secara berkala melaporkan perkembangan yang terjadi kepada Menlu RI Retno Marsudi. “Empat tim KBRI Ankara yang dipimpin langsung oleh Pak Dubes Lalu Muhammad Iqbal sedang menuju lokasi gempa untuk mengevakuasi 104 WNI dari lima titik,” ujarnya dalam temu media di Jakarta kemarin.

Lima titik tersebut meliputi Gaziantep, Kahramanmaras, Adana, Hatay, dan Diyarbakir. Kelimanya diketahui menjadi wilayah paling terdampak gempa bumi yang terjadi Senin (6/2) dini hari tersebut. Selain mengevakuasi para WNI, Dubes Iqbal membawa satu kontainer berisi bahan makanan untuk diserahkan melalui Bulan Sabit Merah Turki (Kizilay) di Kota Gaziantep.

Bantuan tersebut merupakan tahap awal yang disalurkan pemerintah Indonesia. Untuk bantuan selanjutnya, Faiza menyebut tengah dibahas di Jakarta oleh kementerian/lembaga terkait. Termasuk mengoordinasi bantuan dari masyarakat yang berempati memberikan bantuan kemanusiaan.

Tak hanya berdampak di lima wilayah di Turki Selatan, gempa berskala 7,8 SR itu juga mengguncang negara sekitarnya. Salah satunya, Syria. Faiza mengatakan, KBRI Damaskus telah mengirimkan tim menuju Aleppo dan Hama. Tujuannya, memastikan ada tidaknya WNI yang menjadi korban. “Sejak kemarin (Senin, Red) tim kontak KBRI sudah melihat di lapangan dan mengunjungi beberapa rumah sakit di wilayah Syria, tapi belum diperoleh laporan ada korban WNI,” paparnya.

Kendati belum ada laporan korban WNI, Duta Besar RI untuk Syria Wajid Fauzi memastikan, pihaknya akan terus menelusuri kondisi WNI di sana. KBRI Damaskus akan berkunjung ke Hama dan Aleppo guna mencari informasi WNI yang terdampak. Termasuk memberikan bantuan psikologis.

Menurut catatan KBRI Damaskus, terdapat 116 WNI di Syria. Mereka tersebar di Latakia sebanyak 34 orang, Hama (10), Homs (3), Tartus (20), dan Aleppo (49).

 

WHO Perkirakan 20 Ribu Korban Jiwa

Hingga kemarin (7/2), gempa di Turki-Syria telah merenggut lebih dari 5 ribu nyawa. Perinciannya, 3.419 orang di Turki dan 1.581 orang di Syria. Namun, jumlah korban tewas itu bak gunung es. Masih sementara. Sebab, ada ribuan bangunan yang ambruk terdampak gempa dahsyat Senin (6/2) dini hari itu. Lebih dari separo bangunan tersebut berupa gedung-gedung bertingkat.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, jumlah korban jiwa kemungkinan bisa tembus hingga 20 ribu nyawa. Gempa berkekuatan 7,8 magnitudo tersebut termasuk kategori gempa besar. Terlebih, disusul gempa kedua 7,6 magnitudo. Total ada 243 gempa susulan dengan rata-rata berkekuatan 4 magnitudo.

Kepala Institut Pengurangan Risiko dan Bencana di University College London Prof Joanna Faure Walker mengungkapkan, hanya ada dua gempa selama 10 tahun terakhir yang memiliki kekuatan sama. “Gempa ini terjadi pada dini hari ketika orang-orang sedang berada di dalam rumah dan tidur,” ujar Walker seperti dikutip BBC.

Bukan hanya kekuatan getaran yang menimbulkan kehancuran besar. Kekuatan dan kekokohan bangunan juga menjadi salah satu faktornya. Pembaca vulkanologi dan komunikasi risiko di University of Portsmouth Dr Carmen Solana menyebut, infrastruktur bangunan yang bertahan di wilayah selatan Turki dan Syria tidak merata. Kini, proses penyelamatan korban bergantung sepenuhnya pada respons tim evakuasi. “Pada 24 jam pertama sangat penting untuk menemukan penyintas. Setelah 48 jam, jumlah yang selamat akan berkurang drastis,” ujarnya.

Di wilayah yang terdampak, tidak pernah terjadi gempa besar selama lebih dari 200 tahun. Tidak ada pula tanda peringatan apa pun. Karena itu, tingkat kesiapsiagaan penduduk lebih rendah dibandingkan wilayah yang sudah terbiasa menghadapi gempa.

Gempa di Turki terjadi karena lempeng Arab yang bergerak ke utara. Bergesekan dengan lempeng Anatolia. Gesekan antarlempeng itu menjadi penyebab gempa bumi yang sangat besar dan merusak. Misalnya, gempa 7,4 magnitudo pada 13 Agustus 1822. Saat itu, kerusakan besar juga terjadi pada kota-kota Turki dan Syria. Tercatat sebanyak 7 ribu orang tewas di Aleppo saja. Gempa susulan yang merusak berlanjut hingga hampir satu tahun.

Karena itu, para pakar pun memperkirakan, gempa susulan yang terjadi di Turki saat ini mungkin juga berlangsung selama beberapa bulan ke depan. (wan/gih/mia/sha/c7/hud/jpg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/