BELAWAN-Ketinggian air pasang laut di pesisir Utara kota Medan persisnya di Kecamatan Medan kota Belawan hingga, Sabtu (10/3) siang, masih tinggi. Bahkan volume air laut yang mencapai satu meter itu tidak hanya menenggelamkan ribuan pemukiman warga. Namun juga mengakibatkan infrastruktur jalan terendam dan berdampak pada terganggunya aktivitas nelayan melaut.
“Dibanding kemarin, hari ini pasang air laut lebih tinggi lagi. Kalau kemarin tak semua badan jalan yang terendam, tapi kali ini banjir pasang menenggelamkan hampir seluruh badan jalan,” ungkap, M Nasir (56) warga Lorong Papan Lingkungan 28 Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan kepada Sumut Pos.
Berdasarkan perhitungan nelayan sebut, Nasir gelombang pasang air laut yang terjadi di Belawan merupakan hari ke tujuh belas bulan. Ini diketahui dengan melihat kondisi dan posisi bulan pada malam hari.”Dan ketinggian air akan semakin naik apabila memasuki hari dua puluh bulan. Itu dilihat dari kondisi bulan pada malam hari, dan air akan kian meninggi pada hari 20 bulan. Setelah itu air akan kembali normal,” terangnya.
Meski sudah dianggap biasa oleh warga, namun yang bermukim di kawasan pesisir utara tersebut mengaku tetap waspada datangnya banjir maupun genangan rob yang terjadi pada malam hari. “Yang ditakutkan kalau pasang laut terjadi malam hari, ditambah lagi curah hujan tinggi, maka akan menambah tingginya genangan air yang merendam lingkungan kami. Seperti terjadi pada dua hari sebelumnya,” beber kakek bercucu satu ini.
Curah hujan yang tinggi bila digabungkan dengan tingginya air pasang dapat berdampak buruk bagi warga yang tinggal di sekitar muara Sungai Deli seperti di Jalan Yuong Panah Hijau, Kec.Medan Marelan. Sebab, aliran air dari hulu sungai yang sedianya mengalir ke laut bisa meluber saat permukaan air laut sudah tinggi.
“Dampak dari pasang laut yang kian naik di Belawan juga kami rasakan disini (Marelan, Red). Belum lagi adanya genangan air hujan yang sering terjadi malam hari, ini mengakibatkan warga kerepotan menguras genangan air laut bercampur air hujan,” keluh, Masitah (29) warga setempat.
Sejak memasuki periode pasang air laut di pesisir pantai Utara kota Medan pada awal tahun ini, ketinggian air laut hampir selalu di atas batas normal. Bahkan, pada beberapa hari pertama ketinggian air laut sempat mencapai hampir 100 centimeter.
Tak urung, kondisi tersebut sempat menimbulkan genangan di beberapa lokasi, seperti di kawasan Jalan TM Pahlawan, Pajak Baru, Kampung Kurnia, Pulau Sicanang dan Bagan Deli Kec.Medan kota Belawan.
Tak hanya, pemukiman dan ruas jalan saja yang menjadi sasaran gelombang pasang air laut. Namun sebahagian besar nelayan terpaksa tak berangkat melaut karena kondisi cuaca yang kurang bersahabat.”Saat ini cuaca di laut memang lagi buruk, kemarin saja ada beberapa kapal penangkap ikan nelayan yang terpaksa tambat di lampu tiga perairan Belawan begitu melihat ombak cukup besar,” kata Khairuman (53), nelayan asal Gabion, Belawan.
Menurut pria berdomisili di Jalan Belanak Pajak Baru, Belawan ini, imbas dari buruknya kondisi cuaca sudah dapat dipastikan juga berdampak buruh pada kebutuhan ekonomi para nelayan itu sendiri. “Kalau tak melaut macam mana bisa dapat uang, ya terpaksalah menambah daftar hutangan di warung buat belanja di rumah,” tuturnya sambil tertawa.
Sementara, Kepala BMKG Maritim Stasiun Belawan, Drs Sampe Siamngunsong ketika dihubungi mengatakan, naiknya air laut disejumlah daerah di Indonesia belakangan ini akibat dari terjadinya air pasang maksimum. Ini fenomena alam yang terjadi setiap tahun, meskipun waktunya dapat mengalami pergeseran.
“Berdasarkan analisa sementara naiknya air laut karena pasang maksimum dampak dari posisi bulan, bumi dan matahari serta bertiupnya angin timur yang dominan,” ujarnya. (mag-17)