MEDAN- Beberapa partai politik (parpol) di Sumatera Utara (Sumut) akan memfinalisasi pasangan calon mereka di PilgubsuMaret 2013 pada detik-detik akhir pendaftaran di KPUD Sumut. Hingga kini belum ada satu parpol yang memberikan sinyal siapa figur yang akan diusung. Tradisi last minute dikhawatirkan semakin merusak sendi-sendi demokrasi karena menutup peluang partisipasi publik terhadap nama pilihan parpol.
Wakil Ketua Bidang Infokom DPD I Partai Golkar Sumut, Firdaus Nasution, Jumat (5/10), mengatakan, pihaknya belum memunculkan nama karena survei internal masih dilakukan.
“Survei masih berlangsung, tapi infonya dalam waktu dekat ini akan dirapatkan dengan DPD II Golkar se-Sumut,” kata juru bicara tim penjaringan calon gubsu Partai Golkar tersebut. Dari keterangan sebelumnya, Firdaus mengatakan, nama yang akan diusung Partai Golkar sudah akan diumumkan pada awal Oktober. Akan tetapi, dia berkilah, para pengurus membutuhkan banyak pertimbangan dari segala aspek untuk menetapkan pasangan calon.
Selain pertimbangan dari pengurus daerah, pengurus DPP juga pemikiran yang lain dan keputusannya menentukan. “Bila prosesnya selesai, nama segera dimunculkan,” tukasnya. Setali tiga uang dengan PDI-Perjuangan Sumut. Wakil Ketua bidang Infokom DPD PDI-P Sumut, Eddi Rangkuti, menguatkan bila proses penetapan nama calon gubsu tengah digodok di meja pimpinan DPP di Jakarta. Proses itu, lanjutnya, antara lain gabungan dari penilaian dari hasil fit and propert test di DPD PDI-P Sumut dan survei internal yang dikerjakan sepenuhnya oleh tim independen yang ditunjuk DPP.
“Tugas kami selaku pengurus daerah sebatas menyaring yang mendaftar, lantas mengirimkan nama-nama ke DPP. Keputusan akhir tetap adfa di tangan DPP. Kalau info dari Jakarta segera diumumkan pekan-pekan depan. Tapi kita lihat saja, semuanya kan bisa berubah,” ucapnya.
Diminta pendapatnya, Pengamat politik Universitas Sumatera Utara (USU), Warjio, menilai strategi last minute sepertinya tradisi bagi parpol. Strategi ini dilakukan pengurus pusat untuk meningkatkan nilai tawar (bargaining position) bagi parpol. “Biasanya strategi mengulur-ulur waktu hingga last minute sengaja diciptakan para elit parpol untuk menaikkan posisi tawar. Keuntungan itu bisa saja berupa sumbangan materi untuk dana pengelolaan partai atau benefit yang sifatnya politis,” ungkapnya.
Bila dikaji dari aspek edukasi politik, Warjo melihat, strategi last minute ini justru semakin merusak sistem demokrasi yang ada. Alasannya, penentuan calon di akhir-akhir masa pendaftaran menutup ruang bagi masyarakat untuk menilai track record calon pemimpin ke depan. Karena itu, dia mengharapkan, terbukanya jalur independen yang melahirkan sosok cagubsu yang muncul di awal-awal akan membuat publik pemilih lebih jeli dalam melihat kapasitas dan kapabilitas calon pemimpin mereka.
Dia melanjutkan, strategi last minute ini justru tidak membuka pertumbuhan kedewasaan politik dalam masyarakat. Uji kepatutan dan kelayakan yang dilakukan parpol bukan untuk kepentingan pemilih, melainkan sebatas instrumen tawar-menawar bagi elit parpol. (ari)