22.8 C
Medan
Sunday, January 19, 2025

FB, BB, & Status

Oleh: Dame Ambarita
Pemimpin Redaksi Sumut Pos

“Galau.”
“Capek dan ngantuk berat.com”
“Ingin rasanya pindah kost”
“Yaa Allah… sakitnya kepalaku… mikirin tugas kantor + tugas kuliah”
“Jangan pendam jika hatimu memang benar-benar rindu”
“Ya Tuhan, bagaimana masa depanku? Aku bener-benar takut Tuhan, nggak sanggup…”

Itu beberapa dari ratusan status teman-teman yang nampang di facebook (FB) masing-masing, kemarinn

Status di blackberry (BB) lain lagi. Simak berikut ini:

“Mau kurus, tapi malas olahraga.”
“BBM naik… (trus tanda jempol ke bawah tiga kali)
 “Kau pikir kau yang terhebat di dunia ini… ngaca, bro!”  
“Dunia penuh cobaan.”

Baca beberapa status teman-teman kita di facebook atau di BB, terkadang bisa membuat mood kita ikut positif. Apalagi kalau kebetulan dia posting cerita lucu yang belum pernah kita dengar atau baca. Asli tertawa terbahak-bahak. Tetapi beberapa status lain juga bisa membuat mood kita jadi negatif, karena penuh dengan keluhan, makian, atau kritikan.

Maraknya kehadiran situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan kehadiran smartphone seperti BB merupakan fenomena perkembangan zaman. Dengan hape di tangan yang link ke internet, status di FB dan twitter bisa di-update sembarang waktu. Bagi yang punya BB (juga yang link ke internet), bisa update status di BB, mengomentari status teman, masuk grup BB, dan sebagainya. Semuanya bisa dilakukan sembarang tempat sembarang waktu. Kabar terbaru kawan-kawan, apalagi kawan yang rajin update status, bisa terus diikuti.

Tapi kemudahan ini juga membuat kita dijejali dengan begitu banyak informasi. Si A lagi kesal, si B lapar, si C lagi putus cinta, si D dimarahin bosnya, si E lagi suntuk, si F curhat lewat puisi-puisinya yang melankolis, si G mengutuk korupsi, si H protes kenaikan harga BBM, si I ngebet pengen cepat-cepat kawin, si J lagi ulang tahun, bla bla bla… bla bla bla…

Mengetahui kabar kawan tentu menyenangkan. Apalagi kabar teman baik, seseorang yang dicinta atau ditaksir, atau keluarga. Persoalannya, teman-teman di media FB, twitter, atau BB, tak semuanya merupakan teman baik. Bahkan ada yang tidak kita kenal sama sekali. Hasil penelitian yang dilakukan sebuah Foundation dari Amerika, ROI, mendapatkan sebuah angka yang cukup mencengangkan.Dari 3.000 pengguna jaringan social media yang mereka teliti, rata-rata memiliki 67 persen daftar teman yang mereka belum pernah bertemu sebelumnya.

Bayangkan saja seandainya setiap menit ada saja teman yang update status, artinya 1.440 status baru dalam sehari —sementara puluhan bahkan ratusan teman-teman kita itu sebenarnya tidak kita kenal baik—, alangkah melelahkan mengikuti status mereka.
Mungkin ada yang bilang: “Ya udah, jangan buka facebook. Abaikan saja.”

Tetapi kenyataannya tidak segampang itu. Facebook ternyata bisa menjadi candu. Facebook sebagai jejaring sosial terbesar di dunia sekarang ini, telah menarik begitu banyak pengguna sehingga, membuat seseorang seperti benar-benar ditinggalkan oleh teman-temannya, jika tidak mengikuti mempunyai akun Facebook. FB menjadi semacam tekanan dan akhirnya seseorang dipaksa untuk selalu tetap masuk dan sekedar memperbaharui status dan melihat berita teman-teman anda.

Hal pertama yang biasa para pengguna lakukan di pagi hari adalah untuk memeriksa situs, kemudian memperbarui status pribadi mereka dan juga memeriksa lebih dari 5 sampai 6 kali sehari. Catatan menunjukkan bahwa beberapa pengguna telah menghabiskan waktu sekitar 4 sampai 5 jam sehari di Facebook. dan tanpa disadari ini saja telah membuktikan bahwa situasi telah berubah menjadi gejala kecanduan.

Dr Aric Sigman dalam The Biologist, jurnal yang dirilis oleh The Institute of Biology, mengatakan, situs jejaring sosial seharusnya dapat menjadi bumbu dari kehidupan sosial kita. Namun yang ditemukan sangat berbeda. Kenyataannya situs-situs tersebut tidak menjadi alat yang dapat meningkatkan kualitas hidup, melainkan alat yang membuat kita salah arah.

Tetapi, bila aktivitas Facebook Anda masih sekadar sign in, mengonfirmasi friend requests, lalu sign out, tampaknya Anda tak perlu khawatir bakal terkena risiko kanker, stroke, bahkan menderita pikun.

Nah, sekarang tinggal bagaimana kita menyikapi situs jejaring yang ada dengan arif. Setiap hari mengupdate status, mungkin bisa menjadi aktualisasi diri. Tetapi juga perlu diingat, itu memenuhi layar FB temanmu. Karena itu, ariflah. (*)

Oleh: Dame Ambarita
Pemimpin Redaksi Sumut Pos

“Galau.”
“Capek dan ngantuk berat.com”
“Ingin rasanya pindah kost”
“Yaa Allah… sakitnya kepalaku… mikirin tugas kantor + tugas kuliah”
“Jangan pendam jika hatimu memang benar-benar rindu”
“Ya Tuhan, bagaimana masa depanku? Aku bener-benar takut Tuhan, nggak sanggup…”

Itu beberapa dari ratusan status teman-teman yang nampang di facebook (FB) masing-masing, kemarinn

Status di blackberry (BB) lain lagi. Simak berikut ini:

“Mau kurus, tapi malas olahraga.”
“BBM naik… (trus tanda jempol ke bawah tiga kali)
 “Kau pikir kau yang terhebat di dunia ini… ngaca, bro!”  
“Dunia penuh cobaan.”

Baca beberapa status teman-teman kita di facebook atau di BB, terkadang bisa membuat mood kita ikut positif. Apalagi kalau kebetulan dia posting cerita lucu yang belum pernah kita dengar atau baca. Asli tertawa terbahak-bahak. Tetapi beberapa status lain juga bisa membuat mood kita jadi negatif, karena penuh dengan keluhan, makian, atau kritikan.

Maraknya kehadiran situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan kehadiran smartphone seperti BB merupakan fenomena perkembangan zaman. Dengan hape di tangan yang link ke internet, status di FB dan twitter bisa di-update sembarang waktu. Bagi yang punya BB (juga yang link ke internet), bisa update status di BB, mengomentari status teman, masuk grup BB, dan sebagainya. Semuanya bisa dilakukan sembarang tempat sembarang waktu. Kabar terbaru kawan-kawan, apalagi kawan yang rajin update status, bisa terus diikuti.

Tapi kemudahan ini juga membuat kita dijejali dengan begitu banyak informasi. Si A lagi kesal, si B lapar, si C lagi putus cinta, si D dimarahin bosnya, si E lagi suntuk, si F curhat lewat puisi-puisinya yang melankolis, si G mengutuk korupsi, si H protes kenaikan harga BBM, si I ngebet pengen cepat-cepat kawin, si J lagi ulang tahun, bla bla bla… bla bla bla…

Mengetahui kabar kawan tentu menyenangkan. Apalagi kabar teman baik, seseorang yang dicinta atau ditaksir, atau keluarga. Persoalannya, teman-teman di media FB, twitter, atau BB, tak semuanya merupakan teman baik. Bahkan ada yang tidak kita kenal sama sekali. Hasil penelitian yang dilakukan sebuah Foundation dari Amerika, ROI, mendapatkan sebuah angka yang cukup mencengangkan.Dari 3.000 pengguna jaringan social media yang mereka teliti, rata-rata memiliki 67 persen daftar teman yang mereka belum pernah bertemu sebelumnya.

Bayangkan saja seandainya setiap menit ada saja teman yang update status, artinya 1.440 status baru dalam sehari —sementara puluhan bahkan ratusan teman-teman kita itu sebenarnya tidak kita kenal baik—, alangkah melelahkan mengikuti status mereka.
Mungkin ada yang bilang: “Ya udah, jangan buka facebook. Abaikan saja.”

Tetapi kenyataannya tidak segampang itu. Facebook ternyata bisa menjadi candu. Facebook sebagai jejaring sosial terbesar di dunia sekarang ini, telah menarik begitu banyak pengguna sehingga, membuat seseorang seperti benar-benar ditinggalkan oleh teman-temannya, jika tidak mengikuti mempunyai akun Facebook. FB menjadi semacam tekanan dan akhirnya seseorang dipaksa untuk selalu tetap masuk dan sekedar memperbaharui status dan melihat berita teman-teman anda.

Hal pertama yang biasa para pengguna lakukan di pagi hari adalah untuk memeriksa situs, kemudian memperbarui status pribadi mereka dan juga memeriksa lebih dari 5 sampai 6 kali sehari. Catatan menunjukkan bahwa beberapa pengguna telah menghabiskan waktu sekitar 4 sampai 5 jam sehari di Facebook. dan tanpa disadari ini saja telah membuktikan bahwa situasi telah berubah menjadi gejala kecanduan.

Dr Aric Sigman dalam The Biologist, jurnal yang dirilis oleh The Institute of Biology, mengatakan, situs jejaring sosial seharusnya dapat menjadi bumbu dari kehidupan sosial kita. Namun yang ditemukan sangat berbeda. Kenyataannya situs-situs tersebut tidak menjadi alat yang dapat meningkatkan kualitas hidup, melainkan alat yang membuat kita salah arah.

Tetapi, bila aktivitas Facebook Anda masih sekadar sign in, mengonfirmasi friend requests, lalu sign out, tampaknya Anda tak perlu khawatir bakal terkena risiko kanker, stroke, bahkan menderita pikun.

Nah, sekarang tinggal bagaimana kita menyikapi situs jejaring yang ada dengan arif. Setiap hari mengupdate status, mungkin bisa menjadi aktualisasi diri. Tetapi juga perlu diingat, itu memenuhi layar FB temanmu. Karena itu, ariflah. (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/