Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan kebutuhan utama bagi seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Tanpa BBM, kendaraan roda dua dan roda empat tidak bisa bergerak, bahkan beberapa perusahaan pun tidak bisa berproduksi.
Oleh:Benni Sinaga, SE
Karena begitu pentingnya, makanya kenaikan harga BBM menjadi suatu topik yang hangat untuk dibicarakan. Kondisi masyarakat yang berbeda-berbeda terbagi ke dalam masyarakat miskin, menengah dan kaya, membuat pemerintah mengadakan kebijakan yang bertujuan agar BBM dapat dikonsumsi secara merata.
Oleh karena itu, muncullah subsidi BBM. Subsidi BBM, sebagaimana dapat dipahami dari naskah RAPBN dan Nota keuangan adalah “Pembayaran yang dilakukan pemerintah Indonesia kepada Pertamina”.
Terkait dengan kenaikan BBM yang akan dilaksanakan pemerintah pada April mendatang, mendapat tanggapan dari masyarakat. Masyarakat tercengang dan kabar tersebut menjadi topik hangat untuk dibicatakan hampir di setiap tempat. Bahkan beberapa masyarakat sudah ada yang memprotes kenaikannya, tapi belum mendapat tanggapan dari pemerintah.
Kenaikan BBM ini bukan pertama kali kita dengar. Pada 2008, BBM juga mengalami kenaikan dan pada saat kenaikan tersebut, pemerintah memberi kompensasi kepada masyarakat berupa BLT (Bantuan Langsung Tunai) dengan jumlah Rp300.000 per tiga bulan. Gejolak juga terjadi, akhirnya kenaikan tersebut perlahan diterima masyarakat dan masyarakat dapat beradaptasi. Dan pemerintah pernah berjanji tidak akan menaikkan lagi harga BBM.
Alasan pemerintah untuk menaikkan harga BBM, karena harga minyak dunia di atas 104,70 dollar AS per barel. Sementara dalam APBN 2012, harga minyak diasumsikan 90 dollar AS per barel. Harga minyak dunia naik disebabkan karena memanasnya suasana di Iran dan timur tengah yang notabene sumber minyak dunia paling banyak.
Alasan kenaikan ini menurut saya tidak kuat, karena menurut saya tahun lalu pun harga BBM sudah naik. Dan yang menjadi pertanyaan, kenapa harga BBM dinaikan pada April ini? Kenapa tidak tahun lalu? Padahal, Indonesia berbangga atas keberhasilan mengatasi krisis dunia. Kalau menurut saya, ada empat aspek yang harus dilihat dan dampaknya atas kenaikan BBM ini yaitu aspek ekonomi, sosial, politik dan birokrasi.
Dari segi ekonomi, kenaikan BBM adalah keterpaksaan, karena kenaikan harga minyak dunia. Mau tidak mau, kita harus naikkan harga minyak kita karena berpatokan kepada harga minyak dunia. Bisa diterima logika, tapi kenaikan BBM ini juga harus diikuti dengan perkembangan ekonomi nasional. Dan baiknya, dari kenaikan ini adalah, kita bisa mengikuti harga minyak dunia, sehingga diekspor-impor minyak kita mendapat keuntungan yang sejalan dengan harga minyak dunia, kalau nilai ekspor minyak kita mengalami peningkatan. Kalau itu tidak terjadi, kita akan mengami pengurasan minyak nasional untuk mengimbangi harga minyak dunia.
Dilihat dari aspek sosial, kenaikan BBM akan menaikkan tarif ongkos penumpang, kemudian harga komoditas barang juga akan meningkat. Ketika urusan perut sudah dicampuri dan dibebani, maka yang lain harus ditambahi. Supir punya keluarga untuk dihidupi, belum lagi untuk perawatan mobil, seperti spare part akan naik juga harganya. Kalau BBM naik, otomatis biaya pengangkutan barang akan naik, sehingga harga barang yang mau dibeli pun akan naik.
Nelayan akan terbebani biaya bensin yang mahal, maka mereka pun akan menaikkan harga ikan hasil tanggapan mereka. Di dunia perindustrian dan usaha kecil menengah juga akan mengalami gangguan untuk mengoperasikan perusahaan atau industri membutuhkan energi. Jika harga BBM naik, maka biaya produksi akan naik dan harga barang pun akan naik juga, karena menurut saya tidak ada perusahaan yang mau rugi paling tidak impas. Yang paling ditakutkan adalah penimbunan BBM oleh pihak yang berkepentingan sehingga ada spekulasi untuk menaikkan harga lagi.
Dari aspek politik, isu kenaikan BBM ini bisa jadi pengalihan atas isu-isu yang ada, yaitu korupsi dan rekening gendut ditambah permainan politik pencitraan. Ada sedikit persamaan kebijakan pemerintah di 2008 dengan 2012 ini, yaitu di tahun 2008 pemerintah mengadakan kompensasi BLT, ditahun ini pemerintah mungkin akan memberikan BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat). Artinya, pemerintah memperhatikan rakyat kurang mampu, namun yang menjadi permasalahan adalah pemberian kompensasi ini terkesan tidak tepat sasaran.
Kalau menurut hemat saya, janganlah pemerintah terkesan baik pada masyarakat dengan memberikan bantuan kepada orang kurang mampu atau miskin untuk menarik simpatik atas keberlangsungan tatanan politik dalam negeri. Apalagi dua tahun lagi mau pemilihan kepala negara di negara kita ini.
Dari aspek birokrasi, kalau kita lihat biaya antara subsidi dan biaya birokrasi mengalami penurunan yang signifkan. Biaya sudsidi menurun 14 persen dan biaya birokrasi naik 29 persen. Ternyata memang kurangnya subsidi kepada masyarakat di sebabkan biaya birokrasi yang naik. Ini perbuatan pemerintah yang menciderai masyarakat. Kalau menurut saya, ini tidak adil. Yang menjadi pertanyaan saya adalah, kenapa biaya birokrasi di atas penderitaan rakyat? Anggota DPR berpoya-poya di senayan, rekening gendut PNS semakin banyak. Kalau pun harga minyak dunia naik tak semestinya pemerintah menaikkan BBM.
Menyikapi kenaikan BBM ini, menurut sdaya pemerintah harus bijak mengambil langkah yang mendukung kepada rakyat bukan malah menyengsarakan rakyat. Fungsi kontrol pemerintah harus dibuktikan bila terjadi gejolak internasional seperti kenaikan BBM ini. Bisa saja pemerintah membendung supaya kenaikan tidak terjadi. Kalau pun pemerintah sudah habis, ku pikir-pikir kita harus bekerja sama untuk mencari solusi.
Selama ini pemerintah tak pernah curhat kepada masyarakat miskin hanya curhat kepada masyarakat menengah dan kaya. Padahal yang paling banyak di imbas kenaikan BBM ini adalah masyarakat miskin. Menurut hemat saya, kalau tidak terbendung lagi kenaikan BBM ini. Ada beberapa solusi untuk mengatasi kenaikan BBM ke depan yaitu; 1, Pemerintah harus mengurangi biaya Birokrasi Seperti mengurangi gaji DPR, Mengurangi gaji Presiden bahkan PNS lainnya itu pun kalau mau. 2, Menghemat pemakaian BBM. 3, Kalau pun naik Harga BBM tapi kalau UMR dan sistem penggajian lainnya naik ini bisa menolonng kepada penanganan masalah kebutuhan. 4, Merealisasikan sistem ekonomi kreatif yang bisa mendukung dan memfasilitasi masyarakat untuk kreatif menambah nilai produk dalam negeri yang berdaya jual tinggi.
Kupikir pemerintah punya andil yang kuat untuk mengambil keputusan dalam menyikapi kenaikan harga BBM. Kalaulah pemerintah berpihak kepada rakyat, tak semestinya menyengsarakan. Keputusan yang bijak akan membawa damai bagi negeri ini tapi keputusan yang salah akan membawa malapetaka.(*)
Penulis adalah Dosen STIE IBMI
Medan aktif di Campus-Concern Medan (Putra Laumil Sialaman)