29.2 C
Medan
Saturday, May 11, 2024

Menyoal Relokasi Pedagang Buku Lapangan Merdeka

Oleh:  Amos Simanungkalit

“Untuk apalagilah mereka berdagang buku, sedangkan buku saat ini sudah banyak bantuan dari pemerintah dan diberikan gratis, sosialisasi sudah beberapa kali kami lakukan dan tinggal pertemuan sekali lagi. Diharapkan seluruh pedagang bisa memakluminya,” ucapnya.

“Seluruh pedagang buku yang ada disitu akan dibangunkan kios setelah dipindahkan ke pasar Mandala Medan. Itu sebagai solusi relokasi para pedagang buku di areal Lapangan Merdeka (Titi Gantung),” ujar Wali Kota Medan Rahudman Harahap, Kamis (28/6).

Hal ini muncul setelah Pemerintah Kota Medan berencana untuk melakukan relokasi pedagang buku lapangan merdeka yang sebelumnya berada diatas titi gantung akan dipindahkan ke Lapangan Mandala, Jalan Ahmad Tahir Kecamatan, Medan Denai. Hal ini tentu saja mengundang banyak kontroversi ditengah-tengah masyarakat Kota Medan yang selama banyak mengunjungi Lapangan Merdeka baik untuk mencari buku bekas untuk bacaan penghantar tidur ataupun buku pelajaran siswa dan mahasiswa.

Toko buku di Lapangan Merdeka selama ini cukup melekat di hati masyarakat Kota Medan hingga hari ini terkait satu-satunya pilihan dalam mencari buku murah yang berkualitas disamping toko buku para pemodal yang cukup tenar diseantero negeri yang memiliki gerai hampir diseluruh Indonesia. Toko buku Lapangan Merdeka memiliki banyak stok buku dari harga miring hingga cukup mahal buat kantong pelajar dengan kualitas bermutu.

Rencana relokasi pedagang buku Lapangan Merdeka ke Lapangan Mandala tentu saja tidak rencana Pemerintah Kota Medan untuk membuat lahan parkir untuk kendaraan pribadi sebagai upaya menunjang akses jalur kereta api Medan-Kualanamu dan pembangunan City Airport Terminal (CAT) berupa pos city check in sebagai pendukung rencana strategis Pemerintah kota Medan untuk membawa Kota Medan menjadi salah satu Kota Metropolitan di Indonesia dimana system transportasi menjadi salah satu indikator penetapan. Jika melirik kepada system transportasi yang terpadu sebagai kota terbesar ke-3 di Indonesia memang toko buku bisa saja harus mengalah. Memang kata orang bijak: buku adalah jendela dunia. Jadi, ketika orang sangat butuh melihat dunia kan dia pasti mencari buku di mana pun tokonya berada.

Alasan logis

Beberapa hal yang cukup menjadi perhatian ketika pedagang buku Lapangan Merdeka akan digantikan oleh suatu perparkiran yang memiliki nilai lebih strategis dimata para pemangku kebijakan Kota Medan tentu saja dapat disanggah dengan tak lepas memperhatikan :

Pertama, 180 pedagang buku Lapangan Merdeka yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Buku Lapangan Merdeka (Aspeblam) tentu saja harus menjadi perhatian Pemerintah Kota Medan, mereka yang menggantungkan nasibnya di dalam proses penjualan setiap buku tentu saja sebagai pemimpin Bapak Walikota Medan, semestinya juga memperhatikan hajat hidup orang banyak dimana tentu saja hal ini, akan berbeda jika tempat relokasi berada di daerah yang susah diakses warga Kota Medan.

Dimana hal ini tentu saja akan semakin mengurangi animo warga Kota Medan untuk berkunjung mencari buku favorit mereka dimana tentu saja berimplikasi terhadap minat baca warga kota Medan padahal jika melihat fakta bahwa potensi bangsa Indonesia sangat tinggi secara kuantitas. Namun, fakta membuktikan bahwa kondisi minat baca di Indonesia berdasarkan temuan UNDP tahun 2010, Human Development Indeks, masih sangat rendah, berada di peringkat 112 dari 175 negara.

Kedua, jika melihat letak dari Lapangan Merdeka Medan dimana dahulu terdapat Balai kota Medan lama yang merupakan titik nol Kota Medan. Letaknya yang tepat di jantung Kota Medan menjadikannya sebagai landmark kota ini. Kita tentu saja masih mengingat bahwa daerah Lapangan Merdeka dahulu selain menjadi pusat perkantoran pemerintahan di jamannya. Tentu saja dimana daerah ini merupakan salah satu resapan air di Kota Medan.

Karena memang di areal delta tempat bertemunya dua aliran sungai, yakni Sungai Deli dan Sungai Babura, dulunya oleh Belanda dibangun benteng (loji). Dimana banjir menjadi perhatian akhir-akhir ini ketika selesai hujan yang hampir mustahil terjadi di awal umur kota yang kita cintai ini. Nah! Bagaimana jika rencana pemerintah untuk membuat perparkiran yang terkelola denga rapi tentu saja memerlukan banyak kajian dari Ilmuwan dikarenakan bangunan-banguna permanen tentu saja mempengaruhi system drainase Lapangan Merdeka dimana akan banjir terus disesaki gedung-gedung pencakar langit disekelilingnya.

Ketiga, Sejarah Lapangan Merdeka yang tentu saja menjadi nilai romantisme yang cukup mengakar di tengah warga Kota Medan. Dimana selain warga pengunjung dapat menikmati kondisi lapangan merdeka untuk berolaharaga namun tentu saja para pengunjung warga kota Medan dapat menjadikan toko buku di Lapangan Merdeka sebagai rekreasi belajar untuk anak dimana selain dapat menikmati fasilitas bermain di lapangan merdeka. Sejarah panjang Kota Medan juga menunjukkan bahwa Lapangan Merdeka Kota Medan symbol perjuangan tiap kota mereka di jaman pra kemerdeaan dulu.

Keempat, Nilai akses terhadap pendidikan terkhusus akses terhadapa buku yang murah dan berkualitas terkhusus buat bagi mahasiswa dan pelajar tentu saja tidak lepas dari berbagai kajian yang masih saja semakin menyulitkan buku muncul dihadapan pelajar disebabkan akses yang tidak berada di tengah-tengah warga.

Sejatinya saya berpikir  jika ingin memindahkan Pasar Buku, kenapa harus ke tempat yang tak teruji di bidang perbukuan? Maksudnya, kenapa tidak meletakan Pasar Buku itu di sebuah tempat yang sejatinya telah akrab dengan buku. Tempat yang dimaksud adalah perpustakaan. Itu sebabnya kata pertama yang menakjubkan adalah: “Bacalah”.

Penulis: Sekretaris Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Cabang Medan,
Mahasiswa Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

Oleh:  Amos Simanungkalit

“Untuk apalagilah mereka berdagang buku, sedangkan buku saat ini sudah banyak bantuan dari pemerintah dan diberikan gratis, sosialisasi sudah beberapa kali kami lakukan dan tinggal pertemuan sekali lagi. Diharapkan seluruh pedagang bisa memakluminya,” ucapnya.

“Seluruh pedagang buku yang ada disitu akan dibangunkan kios setelah dipindahkan ke pasar Mandala Medan. Itu sebagai solusi relokasi para pedagang buku di areal Lapangan Merdeka (Titi Gantung),” ujar Wali Kota Medan Rahudman Harahap, Kamis (28/6).

Hal ini muncul setelah Pemerintah Kota Medan berencana untuk melakukan relokasi pedagang buku lapangan merdeka yang sebelumnya berada diatas titi gantung akan dipindahkan ke Lapangan Mandala, Jalan Ahmad Tahir Kecamatan, Medan Denai. Hal ini tentu saja mengundang banyak kontroversi ditengah-tengah masyarakat Kota Medan yang selama banyak mengunjungi Lapangan Merdeka baik untuk mencari buku bekas untuk bacaan penghantar tidur ataupun buku pelajaran siswa dan mahasiswa.

Toko buku di Lapangan Merdeka selama ini cukup melekat di hati masyarakat Kota Medan hingga hari ini terkait satu-satunya pilihan dalam mencari buku murah yang berkualitas disamping toko buku para pemodal yang cukup tenar diseantero negeri yang memiliki gerai hampir diseluruh Indonesia. Toko buku Lapangan Merdeka memiliki banyak stok buku dari harga miring hingga cukup mahal buat kantong pelajar dengan kualitas bermutu.

Rencana relokasi pedagang buku Lapangan Merdeka ke Lapangan Mandala tentu saja tidak rencana Pemerintah Kota Medan untuk membuat lahan parkir untuk kendaraan pribadi sebagai upaya menunjang akses jalur kereta api Medan-Kualanamu dan pembangunan City Airport Terminal (CAT) berupa pos city check in sebagai pendukung rencana strategis Pemerintah kota Medan untuk membawa Kota Medan menjadi salah satu Kota Metropolitan di Indonesia dimana system transportasi menjadi salah satu indikator penetapan. Jika melirik kepada system transportasi yang terpadu sebagai kota terbesar ke-3 di Indonesia memang toko buku bisa saja harus mengalah. Memang kata orang bijak: buku adalah jendela dunia. Jadi, ketika orang sangat butuh melihat dunia kan dia pasti mencari buku di mana pun tokonya berada.

Alasan logis

Beberapa hal yang cukup menjadi perhatian ketika pedagang buku Lapangan Merdeka akan digantikan oleh suatu perparkiran yang memiliki nilai lebih strategis dimata para pemangku kebijakan Kota Medan tentu saja dapat disanggah dengan tak lepas memperhatikan :

Pertama, 180 pedagang buku Lapangan Merdeka yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Buku Lapangan Merdeka (Aspeblam) tentu saja harus menjadi perhatian Pemerintah Kota Medan, mereka yang menggantungkan nasibnya di dalam proses penjualan setiap buku tentu saja sebagai pemimpin Bapak Walikota Medan, semestinya juga memperhatikan hajat hidup orang banyak dimana tentu saja hal ini, akan berbeda jika tempat relokasi berada di daerah yang susah diakses warga Kota Medan.

Dimana hal ini tentu saja akan semakin mengurangi animo warga Kota Medan untuk berkunjung mencari buku favorit mereka dimana tentu saja berimplikasi terhadap minat baca warga kota Medan padahal jika melihat fakta bahwa potensi bangsa Indonesia sangat tinggi secara kuantitas. Namun, fakta membuktikan bahwa kondisi minat baca di Indonesia berdasarkan temuan UNDP tahun 2010, Human Development Indeks, masih sangat rendah, berada di peringkat 112 dari 175 negara.

Kedua, jika melihat letak dari Lapangan Merdeka Medan dimana dahulu terdapat Balai kota Medan lama yang merupakan titik nol Kota Medan. Letaknya yang tepat di jantung Kota Medan menjadikannya sebagai landmark kota ini. Kita tentu saja masih mengingat bahwa daerah Lapangan Merdeka dahulu selain menjadi pusat perkantoran pemerintahan di jamannya. Tentu saja dimana daerah ini merupakan salah satu resapan air di Kota Medan.

Karena memang di areal delta tempat bertemunya dua aliran sungai, yakni Sungai Deli dan Sungai Babura, dulunya oleh Belanda dibangun benteng (loji). Dimana banjir menjadi perhatian akhir-akhir ini ketika selesai hujan yang hampir mustahil terjadi di awal umur kota yang kita cintai ini. Nah! Bagaimana jika rencana pemerintah untuk membuat perparkiran yang terkelola denga rapi tentu saja memerlukan banyak kajian dari Ilmuwan dikarenakan bangunan-banguna permanen tentu saja mempengaruhi system drainase Lapangan Merdeka dimana akan banjir terus disesaki gedung-gedung pencakar langit disekelilingnya.

Ketiga, Sejarah Lapangan Merdeka yang tentu saja menjadi nilai romantisme yang cukup mengakar di tengah warga Kota Medan. Dimana selain warga pengunjung dapat menikmati kondisi lapangan merdeka untuk berolaharaga namun tentu saja para pengunjung warga kota Medan dapat menjadikan toko buku di Lapangan Merdeka sebagai rekreasi belajar untuk anak dimana selain dapat menikmati fasilitas bermain di lapangan merdeka. Sejarah panjang Kota Medan juga menunjukkan bahwa Lapangan Merdeka Kota Medan symbol perjuangan tiap kota mereka di jaman pra kemerdeaan dulu.

Keempat, Nilai akses terhadap pendidikan terkhusus akses terhadapa buku yang murah dan berkualitas terkhusus buat bagi mahasiswa dan pelajar tentu saja tidak lepas dari berbagai kajian yang masih saja semakin menyulitkan buku muncul dihadapan pelajar disebabkan akses yang tidak berada di tengah-tengah warga.

Sejatinya saya berpikir  jika ingin memindahkan Pasar Buku, kenapa harus ke tempat yang tak teruji di bidang perbukuan? Maksudnya, kenapa tidak meletakan Pasar Buku itu di sebuah tempat yang sejatinya telah akrab dengan buku. Tempat yang dimaksud adalah perpustakaan. Itu sebabnya kata pertama yang menakjubkan adalah: “Bacalah”.

Penulis: Sekretaris Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Cabang Medan,
Mahasiswa Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/