SUMUTPOS.CO – Berkat kerja keras dan konsistensi memasarkan produknya melalui e-Commerce dan media sosial, Creabrush milik Febri Yunarta (49) masuk dalam 500 UMKM terbaik skala nasional yang mengikuti BRI Expo BRILianpreneur tahun 2021 yang lalu. Kini UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang memanfaatkan sisa bahan pakai dari limbah padat perkebunan kelapa, sedang proses menyelesaikan orderan dari pengusaha perhotelan asal Bali. “Sudah 2 hari saya lakukan pengerjaan ini, ia memesan Tas dari Lidi Kelapa. Untuk kerja sama lebih lanjut, masih tahap negoisasi bang,” ujarnya kepada awak media (18/5).
Pria paruh baya yang memulai bisnisnya pada tahun 2016 ini menyebut kerajinan sabut kelapa atau dikenal dengan sebutan Creabrush dibagi menjadi dua kategori berdasarkan fungsinya yaitu kategori home decor yang terdiri dari lukisan, kaligrafi, miniatur dan cup lampu hias. Yang kedua kategori fashion craft yang terdiri dari tas, sandal, sepatu, dan buku agenda.
Peluang pasar digital sangat dimanfaatkan oleh pembisnis Creabrush untuk dapat memperluas segmen pembeli. Pembeli dengan mudahnya menemukan usaha Creabrush miliknya di Platform E-Commerce ternama seperti Shopee dan Tokopedia.
Selain itu, Febri juga memanfaatkan media sosial yang dikelolanya bernama
Creabrush_indonesia. Pembeli juga bisa memesannya melalui sarana tersebut.
Ia juga memiliki fasilitas berbelanja QRIS (transaksi pembayaran scan barcode) dan Mesin EDC (Electronic Data Capture) yang merupakan suatu mesin dengan fungsi mendukung proses penerimaan pembayaran dari konsumen pengguna kartu debit maupun kredit. Kedua fasilitas pendukung ini ia terima dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bagi pembeli yang mau lihat-lihat dahulu, bisa datang langsung ke gerainya di Komplek Semanggi Indah jalan Medan – Binjai KM 11,2 Desa Mulyorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang.
“Saya pakai QRIS BRI sejak 2019. Sebelumnya QRIS yang saya pakai dari salah satu Bank Swasta bang,namun sudah tidak bisa dipakai lagi. Saat itu saya langsung mengurus untuk pembukaan QRIS yang baru ke Bank BRI Cabang Gatot Subroto,” jelasnya.
Dari fasilitas kemudahan transaksi yang diberikan BRI cukup membantunya dalam menjalankan usaha. “Saya juga memiliki aplikasi Brimo, jadi cek transaksi pembeli lebih mudah cukup dengan satu genggaman Smart Phone,” ucap Febri yang mengaku sebagai nasabah BRI Kantor Cabang Gatot Subroto Kota Medan.
Ia juga bercerita, berkat dari peluang memasarkan produknya secara digital, Febri mendapatkan pesanan produk pesanan dari pengusaha Perhotelan asal Bali. “Syarat khusus dari penawarannya, produk yang saya buat harus ditambah dengan kain tenun asal Bali. Menurut saya sih tak masalah dan projek inipun berjalan,” ujar pria yang pernah bekerja di perusahaan retail ini.
Di kesempatan berbeda, Putri (27) warga Asahan yang pernah memesan Buku Agenda Lidi Cambia seharga 110 Ribu mengaku cukup mudah memesan dari Instagram. Ia menerima paket pengiriman setelah 3 hari melakukan pemesanan.
Ketika dikonfirmasi awak media, Putri mengaku cukup mudah memesan buku ini. “Saya memang mencari buku agenda yang khas dan mau tampil beda. Saya searcing di google, kemudian ada intagramnya, lalu saya pesan. Menarik si produknya, apalagi saya lihat ada puluhan lukisan tokoh nasional dari sabut kelapa yang mirip banget sama aslinya. Minat sih, nanti-nanti deh pesan lukisannya, belum ada budget,” ujarnya.
Dampak Pandemi, Manfaatkan Lahan Kelola menjadi Agrikultur
Era Pandemi kemaren menjadi pukulan telak bagi usaha Febri. “Perlahan berkat iktiar dan selalu melakukan inovasi produk, alhamdulillah usaha saya bertahan sampai sekarang. Demi mencukupi kebutuhan sehari-hari pada era pandemi kemaren, saya menjajaki usaha bidang Agrikultur sembari memanfaatkan lahan yang ada,” ujarnya.
Ia menjelaskan, berkah dari upayanya bangkit dari menurunnya pesanan di era pandemi, tahun 2022 memulai usaha bidang yang baru. Kini ia jadi memiliki bidang usaha yang baru dirintisnya, mengelola tanaman muda berupa bawang, kentang, dan tanaman kol. “Alhamdulillah hasilnya terbilang cukup bagi pemula bang, panen bawang kemaren bisa mencapai 3-5 ton/hektar dengan masa tanam selama 3 bulan,” jelasnya.
Ketika ditanya omzet dari usaha pertaniannya, ia menjawab sekitar 2 juta/bulan belum dikurangi biaya perawatan dan lain-lain. “Masalah besarnya justru datang dari ternak tetangga bang, hewan ternak berkaki empat itu kalau sudah masuk ke lahan saya, jadi rusak la sudah,” pungkasnya. (dat/*)