SUMUTPOS.CO – PROGRAM 5Ng (Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng) atau dalam Bahasa Indonesia berarti “memantau orang hamil” merupakan kegiatan sistematis dan terpadu untuk mengurangi angka kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Semua ibu hamil perlu dipantau agar mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sehingga ibu selamat, dan bayi sehat.
Karena itu, program 5Ng dilaksanakan dalam empat fase yakni sebelum hamil, kehamilan, persalinan, dan nifas. Langkah tersebut efektif, berdasar hasil Long Form Sensus Penduduk 2020 Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat angka kematian bayi (AKB) mengalami penurunan tajam hingga 91,13 persen dalam lima dekade terakhir.
“Hal ini karena program imunisasi yang dilakukan oleh pemerintah, imunisasinya lengkap serta peningkatan rata-rata lama pemberian ASI, utamanya ASI eksklusif, membuat bayi yang dilahirkan semakin mampu bertahan hidup lebih lama dibandingkan jika tidak mengonsumsi ASI eksklusif,” ujar Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Jateng Muh Saichudin.
Sedangkan, angka kematian Ibu (AKI) di Jateng berada di bawah AKI nasional. Jateng mencatatkan 183 yang selaras dengan penurunan yang ditargetkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yakni 183/100 ribu Kelahiran Hidup.”AKI tahun 2020 sudah mencapai 183, sedangkan level nasional mencapai 189. Ini menurun jauh,” paparnya.
Sementara itu, Ganjar Pranowo mendukung aplikasi elektronik siap nikah dan hamil (Elmisil) yang digagas oleh BKKBN RI. Pasalnya, hal itu sejalan dengan program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng yang salah satu tujuannya adalah pencegahan stunting.
“BKKBN mempunyai program bagus, tiga bulan sebelum mereka (pasangan) menikah diperiksa, wabil khusus calon pengantin putri. Pemeriksaan mencakup kadar hemoglobin, lingkar lengan, hingga tinggi badan, serta kesehatan secara menyeluruh dari calon pengantin putri,” kata Ganjar.
Sementara untuk calon pengantin putra, pemeriksaan melingkupi beberapa aspek kesehatan, salah satu yang jadi fokus adalah kebiasaan merokok.”Yang merokok, kalau bisa berhenti merokoknya paling tidak tiga bulan, sehingga nanti pada saat berproses (reproduksi) mereka semuanya (sehat). Insha Allah bayinya akan sehat,” lanjutnya.
Ganjar berharap dengan program tersebut pemerintah bisa melakukan lebih banyak intervensi guna pengendalian stunting. Termasuk, edukasi untuk tidak menikah di usia muda karena menurutnya ketidaksiapan mental calon pengantin menjadi salah satu faktor terjadinya stunting.
Pengamat Kesehatan Sumatera Utara (Sumut), dr Amalia mengatakan, program untuk mendukung kesehatan ibu hamil memang perlu digalakkan. Di Indonesia, sendiri, kata dia, program Kesehatan Ibu Hamil sudah dimulai sejak tahun 1988, yang dikenal dengan Program Safe Motherhood (SM). Dan mulai dikenalkan oleh WHO di Indonesia dengan tujuan utama menurunkan angka MMR dan IMR.
Dijelaskannya, ada empat pilar safe motherhood, yakni Keluarga Berencana (KB), pelayanan Ante Natal/Ante Natal Care (ANC), persalinan yang aman, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi dan pelayanan Obstetri Esensial. Untuk itu, Amelia mengharapkan agar program tersebut harus semakin gencar digalakkan. Tujuannya menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia agar semua perempuan di Indonesia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman, dan bayi dilahirkan hidup sehat. (rel/dwi/ila)